Share

6. Rencana Pencurian

Author: Lucy
last update Huling Na-update: 2023-03-01 17:25:51

Sama seperti hari sebelumnya, cafe Lemoncello ramai didatangi pengunjung yang ingin makan siang, makan camilan atau sekedar kongkow istirahat. Camille merasakan tatapan Donna sedikit tidak biasa memandangnya tetapi gadis itu berusaha bersikap cuek agar tetap profesional dalam melayani pelanggan yang datang ke Lemoncello. 

Menjelang sore, Pierre tiba di cafe dan langsung mencari Camille sambil tersenyum lebar. 

“Hai, sibuk?” goda Pierre melihat Camille di lantai dua cafe, baru saja selesai membersihkan salah satu meja yang di tinggalkan pelanggan agar bersih untuk pelanggan berikutnya. 

“Hai juga. Kamu baru datang?” sahut Camille sambil berjalan menyimpan peralatan bersih-bersih ke tempatnya diikuti Pierre di belakangnya. 

“Tadi Martin ke sini?” tanya Pierre mengabaikan pertanyaan Camille dan dia menatap lekat ke dalam mata gadis di depannya itu.

 

Camille menoleh dan ikut menatap mata Pierre, “Uhm, tapi dia segera pergi. Apakah ada masalah dalam pasokan lemon ke cafe?” Camille bertanya balik, kuatir terjadi masalah karena sikapnya pada Martin tadi di mobil. 

Kepala Pierre menggeleng, “Tidak ada masalah.” jawabnya cepat.

Pierre mengajak Camille turun ke lantai satu cafe dibawah tatapan tidak suka dari Donna yang bisa Camille rasakan. Camille membutuhkan pekerjaan di Lemoncello tersebut sebagai alibi untuk pekerjaan sambilannya jadi dia memutuskan mengabaikan apapun sikap Donna padanya.

 

“Hari ini kamu bisa pulang cepat,” ucap Pierre sambil tersenyum pada Camille yang menoleh cepat padanya. 

“Apakah aku di pecat?”

 

Pierre tertawa terbahak tetapi kemudian segera menutup mulutnya dengan satu tangan, “Tidak, Cammie! Hari ini ada pasokan lemon datang dan cafe kita akan tutup lebih awal. Kamu tidak perlu ikut mengangkat lemon-lemon itu, karena itu pekerjaan laki-laki.” jelas Pierre akan alasan Camille diijinkan pulang cepat sambil melirik ke lengan ramping gadis lugu nan polos di hadapannya. 

Camille menyadari arah tatapan Pierre yang berpikir dia tidak memiliki tenaga untuk membantu mengangkat lemon-lemon, “Aku bisa membantu,” cetusnya sambil membelai lengannya sendiri. 

Pierre menggeleng cepat. “Ikuti perintahku atau kamu mau benar-benar aku pecat, Cammie?” seringai Pierre menahan tawa di wajahnya. 

“B-baik, Boss!” Camille akhirnya menyahut dan menggeleng cepat. 

Pierre tertawa kecil melihat tingkah Camille dan gadis itu juga ikut tersenyum kecut, menyadari jika dirinya sudah di goda oleh Pierre.

Sementara itu Luca ikut mencuri-curi pandang pada Camille yang dimatanya terlihat sangat lugu tetapi sudah berhasil membuat seorang Pierre Bastien tertawa tidak memalingkan tatapannya ke arah lain.

Di tempat lain, Carla ikut tersenyum melihat keluguan Camille yang digoda oleh Pierre. Gadis yang usianya sama dengan Pierre tersebut ikut senang melihat bos tampan mereka bisa tersenyum dan tertawa ceria. 

Akhirnya jam pulang kerja Camille, Carla dan Donna tiba. Camille berpamitan dengan Pierre dan Luca sebelum melangkah pulang. 

Matahari sore bersinar cerah, tampak megah di langit yang condong ke arah barat dan sinarnya masuk ke halaman serta ke depan cafe Lemoncello dari arah samping.

Aroma air laut yang asin dan wangi semerbak memenuhi udara.

Camille melangkahkan kakinya dengan ringan berjalan kembali pulang ke rumah orangtua angkatnya. 

“Cammie!” panggil Carla yang sedang berjalan bersama Donna di belakang Camille. 

“Ya?” sahut Camille menghentikan langkahnya, menoleh melihat ke arah Carla dan Donna sambil tersenyum tipis. 

Camille bisa melihat Donna memalingkan wajahnya menatap laut sambil mendengkus kasar. 

“Kami akan pergi hangout di cafe atas, kamu mau ikut bersama kami?” ajak Carla sudah sampai di depan Camille dan menunjuk arah cafe yang belum Camille ketahui seperti apa tempat tersebut. 

Camille menggeleng pelan, “Tidak, aku harus membantu orangtuaku di rumah. Terima kasih Carla! Permisi,” jawab Camille sopan dan mempertahankan senyum tipis di wajahnya pada Carla juga Donna. 

“Kamu ada apa dengan Camille? Kok wajahmu ketus masam begitu?” tegur Carla pada Donna yang bisa di dengar oleh Camille tetapi gadis itu pilih tidak ambil peduli. 

Camille sudah terbiasa tidak memiliki teman ataupun sahabat. Satu-satu sahabatnya selain Dylan dan Solenne, orangtua angkatnya adalah Abraham.

Abraham yang kini mengidap penyakit serius karena kehidupannya sebelumnya sebagai pengemis jalanan juga memiliki wajah rupawan, sering menjadi objek sex bebas pria yang memberikan makan dan tempat tinggal padanya.

Bergegas Camille berjalan pulang yang meskipun bisa terlihat tempat tinggal kedua orangtuanya di tepi pantai bawah tapi untuk berjalan kaki membutuhkan waktu empat puluh lima menit dari cafe Lemoncello sampai ke rumah. 

“Bibi …” panggil Camille menggoda Solenne yang sedang membuat penganan pesanan dari beberapa pelanggan juga turis di toko mereka. 

Solenne langsung tertawa cerah mendengar suara putrinya yang renyah. 

“Kamu pulang cepat, apakah kamu membuat masalah?” tanya Solenne menatap lekat ke wajah putrinya yang tersenyum tipis meletakkan tasnya di dalam toko dan langsung ikut membantu melayani pelanggan di depan toko mereka. 

“Aku anak baik, tidak pernah membuat masalah. Jangan kuatir, hari ini Bos Tampan menyuruh semua pekerja pulang cepat karena ada stok barang yang masuk ke cafe,” sahut Camille kemudian bertanya pada pelanggan di depannya apa yang bisa dia bantu. 

Camille yang muda, cantik dan sangat manis dengan kedua lesung di pipi montoknya sangat menyenangkan mata juga gesit dalam bekerja melayani para pelanggan. 

“Kamu memiliki putri yang cekatan dan sangat manis,” puji salah satu pelanggan pada Solenne dan tatapannya tidak berhenti memperhatikan Camille. 

“Terima kasih, Nyonya! Putriku memang sangat cekatan dan manis juga pembelajar yang giat,” cetus Solenne menjawab pujian pelanggannya. 

Camille tetap cuek mendengar pembicaraan dan pujian siapapun padanya. Dia adalah gadis yang tidak peduli meskipun banyak orang menyebutnya sangat cantik dan manis tidak mirip Solenne ataupun Dylan. Bagi Camille, dia sangat mirip dengan kedua orangtua angkatnya tersebut, terutama Dylan. 

“Hei, kamu pulang cepat!” sapa Abraham dan Dylan bersamaan pada Camille yang sedang duduk pada salah satu kursi dengan kedua kaki terbuka lebar dan punggung tersandar. 

Dylan dan Abraham baru saja kembali dari membeli stok buah kelapa yang laris manis terjual di toko mereka. 

“Ya, Lemoncello tutup lebih awal jadi aku pulang cepat,” jawab Camille bangkit dan berjalan menyambut ke depan mobil pikap sewaan untuk membantu Dylan menurunkan kelapa dan membawanya ke dalam toko.  

“Abram, minggir, istirahat sana, biar aku yang membantu Paman!” cetus Camille pada Abraham agar tidak ikut mengangkat barang berat, kuatir anak remaja itu akan kembali sakit nantinya. 

Camille sudah menurunkan karung-karung berisi kelapa bersama Dylan dan dia benar-benar tidak mengijinkan Abraham untuk ikut membantu. 

Solenne dan Dylan juga tidak pernah membuat Abraham bekerja berat atau kelelahan membantu mereka, tentu saja kedua orang itu setuju dengan ketegasan dan ucapan Camille pada Abraham. 

“Kamu sudah minum vitaminmu rutin hari ini, Abram?” tanya Camille yang akan selalu dia tanyakan pada Abraham. 

Abraham mengangguk dan tersenyum tipis, “Sudah, Camille cantik yang bawel! Sampai kapan baru kamu akan berhenti mencerewetiku bertanya seperti itu?” kekeh Abraham yang juga ditanggapi Camille tertawa kecil. 

“Sampai kamu sembuh!” 

Camille melihat stok vitamin Abraham tinggal sedikit, mungkin bertahan untuk tiga atau empat hari kedepan. Melihat ini otak Camille berputar cepat, dia berjalan ke lantai tiga dan menyandarkan kepalanya ke sofa usang yang di beli Dylan untuk tempatnya duduk di balkon. 

“Aku harus bisa mendapatkan hasil kali ini.” gumam Camille lirih ke dirinya sendiri dimana dia akan mentargetkan salah satu rumah mewah untuk mencuri. Rumah yang pastinya bukan kediaman Martin dimana Camille sudah menandai kediaman mewah itu dengan tanda X merah di dalam kepalanya sebagai tempat terlarang. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pencuri Kecil Kesayangan Tuan Muda   99. Ekstra Part

    Acara makan perayaan ulangtahun Richie berjalan hangat kekeluargaan. Meskipun Eve dan Jared belum sempat datang karena kesibukan pekerjaan, anak lelaki itu tetap terlihat ceria melakukan panggilan video di pelukan Pierre yang membingkainya penuh kasih. "Tidak apa-apa, Granty. Selesaikan pekerjaan Granty dulu, nanti segera datang kalau adik Richie lahir." "Tentu, Sayang. Granty pasti datang ke sana. Nanti hadiahnya Granty kirimkan, oke?" Eve menjawab dan menatap lembut cucu lelakinya yang terlihat semakin 'dewasa' karena sebentar lagi akan memiliki adik. "Terima kasih, Granty. I love you!" Jared yang datang ke ruangan Eve, turut memberikan kecupan jauh untuk Richie bersama Eve melambaikan tangan dan panggilan video dimatikan oleh Richie. "Apakah sekarang kamu sudah senang? Granty-mu tidak bisa datang karena sibuk. Tapi segera mereka akan ada di sini begitu pekerjaan bisa ditangani untuk di pantau secara online." Clea berjalan membawa dua gelas minuman di tangannya ke arah Richie d

  • Pencuri Kecil Kesayangan Tuan Muda   98. Ikatan Bathin (The End)

    Pierre sudah dalam perjalanan ke rumah pantai Barcelona ketika ponselnya di atas dasbor bergetar mendapat panggilan telpon yang tersambung ke earphone pada telinganya. "Paman ..." terdengar suara anak lelaki memanggil Pierre. "Paman sudah dalam perjalanan ke sini? Sudah di mobil?" Sudut bibir Pierre refleks merekahkan senyuman manis hingga matanya menyipit. "Ya. Paman sudah di dalam mobil, Tiga puluh menit lagi sampai di rumah. Richie ingin dibelikan sesuatu? Paman akan melewati tempat jajanan kue-kue lezat ..." "Tidak! Paman cepatlah mengemudikan mobilnya! Kata Mama, sebentar lagi akan ada badai salju." anak lelaki yang dipanggil Richie oleh Pierre segera menjawab tegas juga terdengar kuatir pada nada suaranya. "Baik. Paman matikan dulu telponnya, oke?" "Oke, Paman! I love you!" Pierre segera memutuskan sambungan telponnya dari panggilan atas nama Camille tersebut setelah balas mengucapkan 'I Love You' pada Richie. Pierre mengemudikan mobilnya semakin cepat dan hati-hati, karen

  • Pencuri Kecil Kesayangan Tuan Muda   97. Hormon Kehamilan

    "Sebenarnya Daniel mengajakku kencan ..." Clea berkata jujur seraya mengunyah potongan daging di dalam mulutnya. Gerakan tangan Pierre yang hendak menyendok soup hangat untuk Clea, langsung terhenti sejenak. Mata Pierre mengunci pandangan pada Clea, "Daniel asistennya Martin?" tanyanya sembari mengerjapkan kelopak mata menyunggingkan senyuman tipis. Clea mengangguk, "Uhm." "Daniel pria baik. Sepertinya cocok denganmu. Ku dengar, dia juga yang sebelumnya membantumu melakukan tes DNA Camille di Roma, bukan?" Pierre menyerahkan mangkuk soup ke depan Clea yang langsung diraih wanita muda itu, menyeruputnya lahap sembari memberikan anggukan sebagai tanggapan pertanyaan Pierre. "Daniel juga yang mendampingimu ketika kamu memberikan misi perampokan pada kami ..." Clea tergelak cerah melihat sinar mata bahagia di mata Pierre yang sangat jelas terlihat jika pria itu menyetujui Daniel bersama Clea. Memang tak ada cinta sebagai pria dewasa dari Pierre untuk Clea. "Aku juga sudah berkata 'y

  • Pencuri Kecil Kesayangan Tuan Muda   96. Perasaan Pierre

    Pierre semakin sibuk dengan pekerjaannya yang kembali mengelola Lemoncello. Pria tampan itu juga melakukan koordinasi bisnis cafe dengan Dylan, Solenne dan Christopher di Barcelona. Sebelumnya, semua urusan pasokan bahan baku untuk cafe di Barcelona, Pierre yang melakukannya. "Hari ini akan ada pasokan bahan baku, sayuran serta buah dari Toko A, besok untuk ikan segar dari Mister XX serta daging segar dari peternakan ..." "Maaf, selalu merepotkanmu, Pierre. Nanti saya akan coba menangangi dan melakukan pemesanan langsung ke orang yang biasa datang ke cafe." Dylan menyela perkataan Pierre yang menghubunginya melalui sambungan telpon. "Tak apa-apa, Paman. Pekerjaanku masih bisa dihandel oleh Luciano ..." "Pierre ..." Dylan memanggil, mendesah pelan tidak melanjutkan perkataannya. Pierre tertawa kecil, "Baiklah. Nanti aku akan pinta semua pemasok menghubungi Paman. Bagaimana kesehatan Paman dan Bibi? Ku dengar Abraham kembali ke Barcelona?"Pierre akhirnya membicarakan topik lain den

  • Pencuri Kecil Kesayangan Tuan Muda   95. Kesalahan

    "Cammie ...ini tidak benar!"Pierre berusaha mendorong tubuh wanita yang beberapa saat lalu ia rengkuh masuk ke dalam pelukan dan lumat bibirnya penuh hasrat gairah. Clea yang dikira Camille oleh Pierre, tidak melepaskan pria itu yang ia dorong jatuh terlentang ke atas sofa. Secara sadar, Clea mengais bibir Pierre, memberikan kecupan dan hisapan pada pria yang sedang dalam pengaruh alkohol tersebut. Tiga puluh menit lalu, Pierre akhirnya sampai di kediamannya, sama sekali tidak menyadari ada sebuah mobil yang terus mengikutinya dari belakang, memastikan pria itu selamat sampai di rumah. Setibanya di dalam rumah, Pierre mengeluarkan koleksi minuman kerasnya yang biasanya ia nikmati bersama Luca. Satu-satunya sahabatnya yang ia pikir playboy namun bernasib nahas seperti dirinya karena tidak menemukan wanita yang cocok untuk menjadi pasangan. Ternyata Luca mengencani Martha yang terlanjur merasa sakit hati pada Pierre, mengira pria itu mengkhianatinya dengan Donna. Clea terus memper

  • Pencuri Kecil Kesayangan Tuan Muda   94. Merasa Ditinggalkan

    Setelah pergulatan panas di atas geladak, Martin membopong tubuh lemas Camille memasuki ruangan kamar mereka. "Istirahatlah, aku ambil makanan ke bawah." bisik Martin lembut seraya memberikan kecupan ke kening Camille yang mengangguk pelan. Camille langsung bergulung dalam selimut tipis, bibirnya tersenyum membayangkan betapa nikmatnya berada dalam pelukan panas Martin sewaktu mereka bergumul di geladak. Jantung dalam rongga dada Camille kembali berdebar-debar hanya membayangkan jika dirinya sudah kembali merindu ingin disesaki batang jantan suami tampannya. "Hei, tidak istirahat, kenapa senyum-senyum sendiri?"Martin telah meletakkan nampan berisi makanan malam mereka berdua ke atas meja, lalu menghampiri Camille yang sepertinya terkejut menyadari kedatangannya. "Sudah tidak perih?" Martin bertanya sambil duduk pada tepian ranjang, menjalarkan telapak tangannya mengusap permukaan kulit perut Camille dari balik selimut. Camille meraih tangan Martin yang membelai perutnya dan memb

  • Pencuri Kecil Kesayangan Tuan Muda   93. Bulan Madu

    Seminggu sudah berlalu,Dylan, Solenne dan Christopher kembali ke Barcelona menggunakan penerbangan pribadi bersama Clea yang masih ingin bersama kedua orangtua angkat barunya sekaligus membantu menjalankan bisnis cafe mereka. Keadaan Abraham semakin membaik. Gabriel membawanya ke Palermo dan Abraham akan berada dalam pengawasan langsung dokter terbaik dari keluarga Salvatore di kediamannya. "Tandatangani surat di atas meja dan segera angkat kaki dari kediamanku!" tegas Gabriel pada Lili yang terkejut melihat suaminya pulang ke Palermo membawa seorang anak lelaki remaja. "Gabriel ...aku minta maaf ..." Lili menjatuhkan tubuhnya berlutut di kaki Gabriel. Gabriel menarik mundur kakinya, "Kau tandatangani surat itu, maka kau mendapatkan uang pesangon dariku. Jika kau menolak menandatanganinya, bearti kau tak akan mendapatkan apa-apa dariku!" "Statusmu sudah bukan lagi istriku! Richard juga bukan darah dagingku dan aku tak memiliki kewajiban untuk terus memberikan nafkah pada putramu

  • Pencuri Kecil Kesayangan Tuan Muda   92. Doa Seorang Ibu

    Achilleo dan semua rekan bisnis Ralp Spencer telah meninggalkan kediaman Spencer. Tetapi itu sama sekali tidak mengurangi kemeriahan dan sahdunya acara pernikahan Camille dengan Martin. "Selamat, Camille dan Martin."Ralp yang pertama kali mengucapkan selamat pada Camille dan Martin begitu mereka dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri oleh Pendeta. Luca dan Martha saling berpandangan melihat Ralp yang sepertinya telah menyadari kesalahannya. Tanpa Luca menyebutkan dua kali, jika Camille adalah 'adik perempuannya', Ralp sudah maju seperti seorang Ayah untuk mengucapkan selamat pada Camille. "Terima kasih, Paman ..." sahut Camille atas ucapan selamat dari Ralp. Ralp menepuk pelan punggung tangan Camille, "Luca menganggapmu adik perempuannya, jadi sungguh sangat tidak etis jika aku sebagai Papanya Luca menganggapmu tetap orang luar. Panggil aku, Papa, Camille. Karena kamu adalah putriku dan sekarang, sungguh aku sangat bahagia melihat anak-anakku menikah di sini."Dylan tersenyum

  • Pencuri Kecil Kesayangan Tuan Muda   91. Cinta Tulus Pierre Untuk Camille

    Camille ditarik oleh Martha, membawanya masuk ke lantai dua kediaman, setelah gadis muda itu menerima lamaran Martin di halaman. "Oh, kamu sangat cantik, Cammie!" puji Martha atas gaun yang baru dia bantu pakaikan ke tubuh Camille, mengganti gaun gadis muda tersebut sebelumnya. "Terima kasih, Martha. Tapi gaunmu lah yang indah. Kamu memang perancang busana berbakat!" Camille balas memuji dan meneliti gaun pengantin pada tubuhnya dengan tatapan berbinar kagum. Luciano dan Eve melakukan touch up untuk riasan Camille yang sebelumnya Luciano sudah mendandani gadis muda mereka tersebut sebelum datang ke kediaman Spencer. "Nyonya Eve, sepertinya aku sudah mendapatkan model untuk rancangan gaun-gaunku." Martha berkata melirik Eve yang tersenyum mengangguk samar. "Apakah kamu mau menjadi model, Cammie?" Luciano bertanya setelah ia memulas bibir Camille dengan lipstik berwarna pink muda. Tak ada yang menduga jika pria iseng, sering berperan menjadi sopir di kelompok Libra tersebut dalam

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status