MasukYang jelas Baraka dan Delima Gusti sama-sama memandang ke arah datangnya sinar merah itu. Ternyata sinar itu datang dari seorang gadis bertahi lalat kecil di sudut bibir atasnya. Gadis berpakaian kuning kunyit itu tak lain adalah Putri Kunang. Matanya memandang dingin kepada Delima Gusti. Sedangkan yang dipandang pun balas memandang sinis, lalu menyapa dengan nada bermusuhan.
"Apa maksudmu membela pembunuh budiman itu! Biar disangka punya cinta dan rela berkorban. Hmmm...!" Delima Gusti mencibir.
"Aku bukan membela dia, Perempuan Tolol! Aku hanya selamatkan dia, karena dia belum mau bicara tentang di mana Cambuk Getar Bumi itu disimpannya!"
"O, jadi kau juga mencari cambuk pusaka guruku. Kalau begitu kau pun harus kuberi pelajaran biar tahu adat bahwa orang yang bukan murid Raja Hantu Malam tak boleh memiliki cambuk pusaka!"
"Aku membutuhkan cambuk itu, bukan untuk kumiliki!"
"Alasanmu bisa saja dibuat-buat! Aku pun membutuhkan cambuk itu! Dan untu
CAHAYA langit senja berwarna tembaga. Seolah-olah atap bumi itu sedang dipanggang api raksasa yang menebarkan panas kemana-mana. Namun nyatanya warna merah tembaga di langit tidak membuat pemuda tampan berbadan kekar itu menjadi hangus. Padahal sudah sejak tadi ia berada di tempat terbuka, ia bertelanjang dada, duduk bersila di atas sebongkah batu datar warna hitam. Kedua tangannya menengadah ke kanan-kiri. Kedua tangan itu masing-masing menyangga dua bongkahan batu yang masing-masing ukurannya sebesar gentong. Otot-ototnya saling bertonjolan, membuat dadanya tampak keras bagaikan baja. Lengannya pun membengkak karena otot yang dikeraskan sejak tadi. Tapi tak setetes keringat pun yang keluar dari pori-pori kulit tubuhnya."Pengerasan otot dan pengerahan tenaga untuk jurus ini tidak boleh menggunakan kekuatan luar. Tetapi kekuatan batinmu yang harus bekerja untuk mengeluarkan tenaga sebesar gunung."Seorang lelaki tua berkata begitu kepada si pemuda tampan tersebut. Lel
"Aku hanya menyelamatkan orang yang memang berhak memiliki pusaka itu!""Tak perlu banyak mulut, terimalah golok maut ini! Hiaaah...!"Maling Sakti melompat menerjang Pendekar Kera Sakti. Goloknya berkelebat merobek tangan sang pendekar tampan. Tapi gerakan tangan Pendekar Kera Sakti cukup gesit. Dengan sedikit bergeser ke kanan, golok itu berhasil membentur Suling Naga Krishna.Blaaarrr...!Benturan golok dengan Suling Naga Krishna mengakibatkan ledakan besar yang mementalkan tubuh Pendekar Kera Sakti. Tubuh itu kontan ke samping dan kepala sang pendekar tampan membentur batang pohon.Duuurr...!Pohon besar itu berguncang, daunnya berjatuhan karena mendapat benturan hebat dari kepala Baraka. Mestinya kepala itu pecah, sedikitnya bocor karena benturannya sangat kuat. Tapi karena kepala itu juga dialiri tenaga dalam, maka yang dialami Baraka hanya pusing dan berkunang-kunang. Pandangan matanya sedikit kabur. Sedangkan tubuh Maling Sakti terpe
Claap...! Jleeb...!Sinar itu bagaikan masuk menembus telapak tangan. Tiba-tiba tangan tersebut menyentak ke depan dan keluarlah sinar biru tadi beriringan dengan sinar merah sejajar.Sraaab...!Melesatnya kedua sinar dihadang oleh kibasan tangan sang Resi yang menghadirkan semburan asap putih. Sinar-sinar itu masuk ke dalam asap putih, terbungkus menggumpal sekejap, lalu meledak dengan dahsyatnya, sangat diluar dugaan Baraka dan Teratai Kipas.Glegaaarrrr...!Gelombang hentakannya begitu kuat, menyebar ke berbagai penjuru, membuat Pendekar Kera Sakti dan Teratai Kipas nyaris terpelanting jatuh. Untung keduanya segera saling berpegangan dan bertahan pada batang pohon, sehingga mereka tak sampai terkapar seperti yang dialami Resi Pakar Pantun. Sedangkan Maling Sakti sendiri tersentak mundur dan membentur dinding gugusan cadas. Jika tidak ia pasti akan jatuh terkapar seperti Resi Pakar Pantun dan Kadal Ginting yang tadi sempat terpekik kaget itu.
"Celana kolor buat bungkus batu. Dibuka sedikit baunya langu. Tujuh keliling kucari pusaka itu. Ternyata ada di tangan bocah dungu!"Resi Pakar Pantun mengawali lagaknya yang gemar bermain pantun untuk mengungkapkan rasa. Ia tampak tenang dalam sikap berdiri yang masih berkesan gagah walau usianya sudah banyak.Mata Pendekar Kera Sakti memperhatikan ke arah Resi Pakar Pantun, karena ia ingat Sumbaruni yang tadi mencari orang itu. Rasa khawatirnya membuat Pendekar Kera Sakti memancing keterangan dengan pertanyaan seakan tanpa maksud yang semestinya."Resi Pakar Pantun, beruntung sekali kau datang kemari, karena aku ingin bertanya apakah kau tadi bertemu dengan Sumbaruni?""He, he, he, he.... Sumbaruni tak akan bisa mengejarku walau aku punya janji padanya. Aku tak akan penuhi janjiku sebelum berhasil merebut pusaka milik leluhurku itu!""Kalau boleh kusarankan, jangan teruskan niatmu Resi Pakar Pantun. Tapi aku berjanji akan merebutkan Golok Setan i
Tetapi sebelum Baraka bergerak, tiba-tiba ia terkejut melihat Maling Sakti melompat dengan sangat cepat, menerjang tubuh si Malaikat Miskin. Gerakannya itu jelas tak bisa dihindari karena menyerupai hembusan badai.Wuuusss..! Tahu-tahu ia sudah berada di seberang sana, dari sisi kanan Malaikat Miskin pindah ke sisi kiri. Tentu saja orang yang dilintasinya menjadi terkejut dan menatapnya penuh keheranan."Monyet burik! Gerakannya lebih cepat dari gerakanku. Padahal setahuku, Cukak Tumbila sendiri tak mungkin mampu berkelebat secepat itu! Dia seperti menghilang dan berbentuk angin lewat di depanku. Dan... dan... oh, celaka!"Malaikat Miskin menjadi tegang, karena ketika ia memandang ke bawah, ternyata pakaiannya telah robek dan kulit dadanya tergores benda tajam. Malaikat Miskin terpaku sejenak memandangi lukanya. Tubuhnya segera kelihatan gemetar. Ketegangan wajahnya kian jelas dan sangat menonjol. Di sisi sana, Maling Sakti tertawa terkekeh-kekeh."He, he
Wuuut...! Sodokan ke depan atas mengenai perut Maling Sakti.Duuhg, claap...!Sinar merah memercik dari ujung tongkat yang menyentuh perut Maling Sakti."Uhg...!" Maling Sakti hanya terpekik pelan, tubuhnya tertahan dan oleng ke kiri.Bruuk...! Lalu, wajahnya yang masih terangkat disapu oleh tendangan putar kaki Malaikat Miskin.Plook...!Tendangan itu cukup kuat dan keras, namun hanya membuat kepala Maling Sakti tersentak ke belakang dan membentur tanah empuk.Buuk...! Tapi wajah itu tetap utuh, tanpa luka dan tanpa darah. Malaikat Miskin cepat sentakkan badan dengan bertumpu pada tongkatnya. Badan melesat naik dan bersalto mundur dua kali.Wuk, wuk...!"Edan!" gumamnya dalam hati setelah kakinya menapak di tanah dengan tegak. "Sodokan tongkatku tak membuatnya cedera apa pun! Padahal biasanya sodokan tongkat membuat benda apa pun menjadi pecah, perut orang bisa jebol karena kualiri tenaga dalam yang bernama jurus 'Naga







