Share

"Om"

Author: Cesca
last update Huling Na-update: 2025-07-08 15:21:37

Di sebuah ruangan, tempat karaoke Sekar berulang kali menurunkan dress ketatnya agar menutupi lututnya. Tetapi, tetap saja, dress yang ia pakai itu sangat ketat. Jika bukan karena paksaan Airin dan keterpaksaan keadaan, ia tak akan sudi memakai dress ketat itu. Ia tidak terbiasa dan bahkan tak akan pernah terbiasa dengan pakaian ketat. 

Sekar akhirnya memutuskan duduk di sofa dan ia menutupi pahanya yang terekspos itu dengan bantal. Sedangkan lengan putihnya yang terkespos ia tutup dengan jaket miliknya. 

"Aku benar-benar merasa salah mengambil langkah," gumam Sekar pada dirinya sendiri. 

Tidak lama seorang pria masuk ke sebuah ruangan karaoke dan menatap Sekar agak terkejut.  Pria itu bahkan mematung di ambang pintu. 

"Malam, Om!" Sekar bangkit dari duduknya dan membungkuk dengan sopan pada pria yang baru sampai itu. Sekar tidak menatap jelas pria yang baru saja tiba itu. Ketakutan dan rasa malunya cukup melahapnya habis hingga tak berani menatap pria itu. 

Pria itu tak menimpali sepatah kata pun dan hanya menatap Sekar dari atas ke bawah, terlihat menelisik. "Kamu baru pertama kali bekerja di sini?" Akhirnya satu pertanyaan dilayangkan pria itu kepada Sekar.

Sekar manggut-manggut  dan ia hanya menunduk malu pada pria yang tak jauh dari hadapannya itu. 

"Siapa namamu?" Pria itu kembali menodong Sekar dengan pertanyaan. 

"Sekar, Om. Sekar Kedaton." Sekar menimpali tanpa menatap pria asing itu. 

Pria itu lantas tak berucap lagi dan memilih menghampiri Sekar yang tidak jauh dari hadapannya. Lantas perlahan, tangan pria itu meraih rahang Sekar dengan tiba-tiba. Sekar berniat menghindar tetapi ia tak mampu karena tepat di belakangnya adalah sofa. 

Sekar akhirnya hanya mampu menutup matanya, ketakutan. Alih-alih marah, pria yang ada di hadapan Sekar itu malah tersenyum manis. "Dasar perempuan lugu!" ujarnya lalu melepaskan rahang Sekar penuh kehati-hatian. 

Sekar membuka matanya setelah pria itu melepaskan rahangnya. Sekar akhirnya memberanikan diri untuk menatap pria yang kini duduk di hadapannya itu. Sepersekian detik, Sekar terkesima dengan ketampanannya. Pria itu berkulit sawo matang dan memiliki tubuh yang proporsional. Seperti bukan dari kalangan menengah ke bawah, itulah yang ada di pikiran Sekar. Menurut perkiraan Sekar, pria itu berusia sekitar 34 tahun-an. Dalam hati, Sekar merutuk sekaligus menyalahkan dirinya sendiri, terlebih lagi setelah memanggil pria itu dengan sebutan "Om." 

Dasar mulut! Asal nyeplos saja! Sekar membatin.

"Duduklah! Apa kamu tidak capek berdiri terus?" Pria itu kembali membuka suaranya. 

Sekar akhirnya kembali duduk dan kembali menutup pahanya yang terkespos itu dengan bantal. Tindakan Sekar itu seketika menimbulkan kekehan kecil dari pria yang ada di hadapannya. 

"Maaf," ucap Sekar sembari menundukkan wajahnya. 

Sekar sama sekali tidak menduga bahwa ia berkhir mempermalukan dirinya sendiri. Sekar semestiya melayani pria yang ada di hadapannya itu dan menemaninya karaoke, tetapi dia  malah bersikap malu-malu. 

"Kenapa kamu harus bekerja di tempat ini jika kamu tidak menyukainya?" Pria itu akhirnya menodong Sekar dengan pertanyaan yang sudah menggantung di benaknya sejak melihat Sekar di ruangan. 

"Saya butuh uang banyak, Om. Jadi tidak ada pilihan lain bagi saya untuk tidak bekerja di sini," ujar Sekar. 

"Tetapi, Om tenang saja meskipun saya pemula, saya bisa menemani Om karoke atau ngobrol," tambah Sekar sembari menatap pria yang ada di hadapannya itu dengan mata yang melebar. 

Pria yang ada di hadapan Sekar itu tak menimpali dan hanya menatap Sekar intens. "Kamu butuh uang berapa?" tanyanya. 

"500 juta, Om," timpal Sekar jujur. 

"Kenapa banyak sekali? Untuk apa uang sebanyak itu?" Pria itu kembali bertanya, wajahnya menampilkan keterkejutan hebat. 

"A-Ayah saya di kampung terlilit hutang dan saya harus membantunya, Om." 

Pria itu menghela napasnya panjang lalu menutup bibirnya rapat-rapat. Sepersekian detik, di ruangan karaoke itu ditelan keheningan. Tidak ada percakapan antara kedua orang yang berbeda gender itu. 

Ruangan yang dingin dan sunyi hanya terdengar deru AC itu cukup membuat nyali Sekar ciut. Sekar bahkan hanya mampu memainkan jari-jemarinya sembari menunduk tak mampu menatap pria yang ada di hadapannya itu.

"Kamu butuh uang cepat kan?" Pria itu kembali melempar pertayaan kepada Sekar, memecah hening. 

Sekar dengan cepat manggut-manggut sembari memberanikan menatap pria yang duduk di hadapannya itu. 

"Kalau begitu, menikahlah dengan saya! Saya akan memberimu 50 ribu dollar." 

Sekar melebarkan matanya, wajahnya sama sekali tidak bisa menutupi keterkejutan yang hebat. Berulang kali ia memutar pernyataan pria di hadapannya itu. Ia sama sekali tidak percaya. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin 50.000 Dollar   SAH

    Sekar menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ia tampak anggun dengan kebaya putih yang melekat di tubuhnya. Siger sunda pun terpasang melingkar di keningnya. Polesan wajahnya tampak natural tetapi tetap membuatnya pangling. Berulang kali Sekar bahkan bertanya, "apakah ini benar aku? Apakah ini aku? Kenapa aku jadi cantik sekali." Terkadang Sekar masih tidak percaya bahwa dirinya akan menikah secepat ini. Ia bahkan tidak memikirkan untuk menikah dengan cepat, tetapi nyatanya takdir berkata lain. Mungkin Sekar akan teramat bahagia ketika ia benar-benar menikah tanpa embel-embel pernikahan kontrak. Senyum Sekar yang merekah seketika pudar. Setidaknya ada hal yang ia dapatkan dan ada yang harus ia korbankan. Utang-utang ayahnya lunas itu saja cukup baginya meski ia harus mengorbankan kebahagiaannya. "Jangan sedih dong, Sekar! Ini hari bahagia kamu!" Airin membuka suara, sahabat Sekar itu memberikan suport terbaiknya. "Meskipun ini hanya pernikahan kontrak, ingat setidaknya kamu kaw

  • Pengantin 50.000 Dollar   Aditya dan Kisah Cintanya

    Aditya tak jemu memandangi foto Karaya yang dengan apik terpajang di dalam pigura berwarna emas tua itu. Perempuan dengan surai berombak dengan gaun merah jambu itu mengembangkan senyuman manisnya. Tanpa Aditya sangka, seseorang pemilik senyuman manis itu cukup membuatnya terluka hingga hampir gila. Aditya masih ingat bagaimana kelimpungannya dan sedihnya dia ketika Karaya tidak dapat dihubungi. Ia bahkan memeriksa kediaman pribadi Karaya dan tak menemukan keberadaan perempuan itu. Karaya hilang tanpa jejak atau mungkin kabur tanpa meninggalkan jejak. Karaya yang Aditya cintai sepenuh hati tak pernah disangka menorehkan luka laksana belati.Sudah sebulan penuh, Aditya mencari keberadaan Karaya tetapi tidak membuahkan hasil. Kerabat dekat Karaya pun tidak ada yang tahu ke mana perginya perempuan itu. Aditya mengerahkan asistennya untuk mencari sekaligus menyelidiki keberadaan Karaya tetapi nahasnya tak kunjung ada kabar sedikitpun. Aditya juga meminta sahabatnya, Juna yang seorang Pol

  • Pengantin 50.000 Dollar   Deal

    Di jalanan yang mulai riuh, pria asing itu mengemudikan mobilnya. Langit telah menggelap dan rintik hujan mulai jatuh. Musim hujan belum tiba tetapi hujan telah jatuh sebelum musimnya. "Pakai jas ini, aku tahu kamu kedinginan dan tidak nyaman," ujar pria asing itu sembari memberikan jasnya yang baru ia lepas setelah lampu lalu lintas berubah merah. "Terima kasih, Om." Sekar menerima jas itu dan menutupkannya pada paha putih gadingnya yang mulus. "Tidak bisakah kamu berhenti memanggilku Om? Apakah aku setua itu?" Pria itu akhirnya protes setelah berulang kali mendengar Sekar memanggilnya dengan sebutan Om. "Lalu saya harus memanggil bagaimana? Pak? Atau apa?" Sekar menoleh kepada pria asing itu dan keduanya beradu tatap untuk sepersekian detik."Aditya, namaku Aditya Cempoko." Akhirnya pria asing itu mengenalkan diri. "Aditya? Mas Aditya?" Sekar sedikit ragu berucap sembari tak mengalihkan pandang dari Aditya yang teramat intens menatapnya. Aditya menarik kedua sudut bibirnya seb

  • Pengantin 50.000 Dollar   Kesepakatan

    "Menikah, Om? O-Om serius? Mak-Maksud saya, kita baru kenal tetapi kenapa bisa Om menawarkan hal seperti itu kepada saya?" Sekar akhirnya balik menodong pria asing itu. Bukannya terganggu dengan setiap pertanyaan yang Sekar todongkan, pria asing itu malah terkekeh seolah hal itu lucu baginya. "Karena kamu terlihat seperti perempuan baik. Di era seperti ini sulit menenmukan perempuan sepertimu.""Lagipula bukankah kamu mengatakan bahwa kamu butuh uang?" Pria itu menambahkan. Sekar masih tidak habis pikir dengan pria yang ada di hadapannya itu. "Tapi 50 ribu dollar bukan uang yang sedikit, Om. Masa Om mau memberikan uang sebanyak itu untuk perempuan asing sepertiku secara cuma-cuma?" "Siapa bilang aku akan memberikan uang sebanyak itu secara cuma-cuma? Aku butuh kamu menjadi pengantinku dan kamu harus menyepakati di antara kita tidak boleh melibatkan perasaan. Kamu butuh uang dan aku butuh kamu untuk menyelamatkan reputasiku." Sekar melongo, untuk ketiga kalinya ia terkejut dengan a

  • Pengantin 50.000 Dollar   "Om"

    Di sebuah ruangan, tempat karaoke Sekar berulang kali menurunkan dress ketatnya agar menutupi lututnya. Tetapi, tetap saja, dress yang ia pakai itu sangat ketat. Jika bukan karena paksaan Airin dan keterpaksaan keadaan, ia tak akan sudi memakai dress ketat itu. Ia tidak terbiasa dan bahkan tak akan pernah terbiasa dengan pakaian ketat. Sekar akhirnya memutuskan duduk di sofa dan ia menutupi pahanya yang terekspos itu dengan bantal. Sedangkan lengan putihnya yang terkespos ia tutup dengan jaket miliknya. "Aku benar-benar merasa salah mengambil langkah," gumam Sekar pada dirinya sendiri. Tidak lama seorang pria masuk ke sebuah ruangan karaoke dan menatap Sekar agak terkejut. Pria itu bahkan mematung di ambang pintu. "Malam, Om!" Sekar bangkit dari duduknya dan membungkuk dengan sopan pada pria yang baru sampai itu. Sekar tidak menatap jelas pria yang baru saja tiba itu. Ketakutan dan rasa malunya cukup melahapnya habis hingga tak berani menatap pria itu. Pria itu tak menimpali sep

  • Pengantin 50.000 Dollar   Tawaran Sesat Sahabat

    Sekar memijit pelipisnya gusar setelah menutup telepon dari Hendro, ayahnya yang di desa. Selama berkuliah hampir empat tahun di kota, ia tak pernah tahu bahwa ayahnya memiliki utang sebanyak 500 juta, jumlah yang sangat-sangat besar baginya. Kini otak Sekar rasanya ingin pecah memikirkan bagaimana ia mendapatkan uang dalam jumlah 500 juta dalam jangka waktu yang singkat. Belum lagi ia harus memikirkan tentang skripsinya. Rasanya segala hal yang Sekar hadapi benar-benar menjadi lebih rumit, ia bahkan kesulitan untuk mencari jalan keluar apalagi dengan beban utang ayahnya sebanyak 500 juta itu.Selama ini ia bekerja sebagai pelayan di kafe hanya digaji sekitar satu hingga dua juta dan itu pun ia gunakan untuk menghidupi hari-harinya sebagai mahasiswa.“Sekar…” Suara Airin, sahabat baik Sekar itu menyentak lamunannya.“Ngapain berdiri terus di situ? Ini makananmu hampir dingin,” ujar Airin sembari menunjukkan mi ayam milik Sekar.Dengan wajah yang lesu dan langkah lemas, Sekar melangkah

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status