Share

Chapter 6 | Lelaki Normal

Penulis: MJeona
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-04 15:17:20

“Mister Ryu?” Joana mengerjap sekali lagi untuk memastikan. 

“Pagi, Mademoiselle Valery.”

Namun, senyuman tampan familier itu memendar semakin nyata. 

“Saya hampir tidak percaya. Tadi saya lihat kamu dari kejauhan. Kamu sedang—,” tatapannya turun ke meja dan melihat dua piring yang setengah habis, serta dua cangkir kopi, “sarapan dengan siapa?”

Joana sontak berdiri gugup. Ia melirik ke koridor, berharap Kennard tidak kembali secepat itu. “Dengan ... teman,” jawabnya cepat dengan senyuman mengembang kaku.

Ryuzaki mengangkat alis, mencium gelagat tidak biasa, ketegangan. “Hm ... di hotel sekelas ini? Kamu sedang ada acara?”

“Sesuatu seperti itu, Mister.” Joana tersenyum kian kaku, memperlihatkan deretan gigi putih rapinya. 

Seketika itu pula, Kennard muncul dari arah lorong. Langkahnya tegap, dingin, dan langsung mengunci pandangan ke arah Ryuzaki yang berdiri terlalu dekat dengan istri kontraknya.

“Ryu?” sapa Kennard singkat, sedikit mengernyit.

Ryuzaki langsung menolehkan kepala, lantas tersenyum. “Ken! Wah, tidak saya sangka kita bertemu di sini.” Mereka berangkulan akrab. Joana hanya bisa terdiam, jantungnya berdebar.

“Pelayan,” panggil Kennard tenang. “Tambahkan satu kursi untuk tamu kami.”

Seorang pelayan pun membungkuk sopan dan bergerak cepat mengerjakan titah lelaki datar itu. 

Tak lama, Ryuzaki segera duduk bersama mereka. Setelah berbasa-basi, lelaki berdarah Jepang tersebut bertanya santai, “Jadi ... kalian berdua ada hubungan apa? Apa kamu menginap di hotel mewah ini bersama mahasiswiku, Ken?”

Joana dan Kennard saling bersitatap dan langsung mengunci rapat bibir mereka. Kaku. Tidak satu pun dari keduanya menjawab. 

Setelah menyentuh dua menit dalam keheningan, Kennard hanya menyesap cappuccino-nya pelan, lalu berkata, “Kami hanya bertemu secara kebetulan.”

“Oh, begitu?” sahut Ryuzaki dengan mata menyipit. “Ngomong-ngomong, Joana ini mahasiswi yang pernah saya ceritakan padamu beberapa waktu lalu. Dia sangat berbakat dalam desain mode. Aku pikir dia cocok untuk magang Darriston Couture.”

Joana nyaris tersedak saliva, sementara Kennard menoleh cepat.

“Dia?”

Ryuzaki mengangguk mantap. “Ya. Joana ini mengambil jurusan fashion design. Saya sudah lihat langsung hasil desainnya. Luar biasa. Saya pikir kamu bisa menerimanya magang, sembari dia menyelesaikan tesis akhir program bachelor-nya.”

Kennard menyembunyikan keterkejutannya. Ia melirik Joana dari ujung mata, menyadari betapa kecilnya dunia mereka. Istri kontraknya adalah calon magang di perusahaannya sendiri?

“Dia terus merendah, tapi desain musim semi buatannya sangat kreatif,” tambah Ryuzaki sambil mengeluarkan ponselnya. Ia menunjukkan salah satu hasil karya Joana yang disimpannya di galeri. Gambar digital baju two-piece dengan sentuhan bordiran sakura yang elegan.

Kennard berdecak pelan. Dalam hati ia sangat kagum dengan hasil desain tersebut. Sentuhannya begitu lembut serta elegan. Sempurna untuk selera fashion-nya yang cukup tinggi. “Oke. Dia bisa mulai besok.”

Joana membelalak. “Be-besok, Tuan?”

“Ya. Kita butuh orang seperti kamu,” ujar Kennard cepat, sebelum kembali menyesap minumannya. Ia menyembunyikan ekspresi yang tak ingin Joana dan sahabatnya lihat.

Ryuzaki mengangguk setuju. “Saya pastikan kamu tidak akan menyesal menerima Joana, Ken.” 

Ia melempar senyum hangat sekali lagi ke arah keduanya, menghabiskan kopinya yang baru dipesan oleh Kennard, lalu bangkit. “Saya harus kembali ke Madeleine. Ada kelas pukul sepuluh pagi. Senang bertemu kalian. Ah, Joana. semoga kita bertemu lagi, ya, meski di luar kampus.”

“Iya, Mister.” Joana hanya mengangguk kaku. Sang suami tengah melirik dingin ke arahnya. 

Begitu Ryuzaki pergi, keheningan kembali menyelimuti meja. Joana masih terdiam sampai akhirnya suara Kennard terdengar.

“Sejauh apa hubunganmu dengan Ryu, sampai-sampai dia menyimpan desainmu?”

Joana mengernyit. “Maksud, Tuan—um, kamu?”

“Apakah kalian dekat?” Sepasang mata Kennard menyipit. 

Joana mendengkus pelan, lalu menatap tajam. “Apa kamu cemburu?”

Kennard melirik tajam. “Jangan bodoh.”

Joana berakhir tersenyum miring. “Jangan-jangan ... rumor itu benar, ya?”

“Rumor apa?” timpakan lelaki itu setelah menyesap seteguk kopi lagi. 

Joana mengangkat bahu. “Kalau kamu … tidak tertarik dengan wanita.”

Wajah Kennard seketika menegang. “Apa kamu salah makan, Ana?”

Joana tertegun sejenak. Mengesampingkan panggilan baru dari Kennard yang mendadak disukainya, ia kembali mendesis, “Tadi malam kamu tidur seranjang denganku dan tidak menyentuhku sedikit pun, Ken. Kamu bahkan tidak melihatku sebagai seorang perempuan, bukan? Jarak kita semalam seperti Madeleine dan Distrik ke-7.”

Detik berikutnya, CEO Darriston Couture itu mengeraskan rahang, dan buru-buru berdiri. “Kita ke kamar. Sekarang.”

“Huh? Ke kamar?” Perasaan Joana mendadak tidak enak. 

Tanpa menjawab, Kennard langsung menarik tangan Joana, membawanya masuk lift, dan naik ke lantai tujuh tempat kamar mereka.

***

“Kamu kenapa, sih, Ken?” Joana masih memberontak. 

Kennard masih enggan bersuara. Begitu pintu kamar terbuka dan mereka masuk, Joana panik. “Tunggu-tunggu! Kamu mau apa?”

Pintu yang terkunci otomatis dan lelaki dingin tersebut beralih menatapnya tajam. “Buktikan saja sendiri. Apa saya terlihat tidak normal bagimu?”

Joana mundur setapak. Kennard mendekat, meraih dagunya, lalu mencondongkan wajah. Jantung Joana seakan-akan ingin meledak. Matanya memejam rapat kala bibir tipis merah muda Kennard memagut rakus bibir mungilnya. 

Gadis itu mulai terengah saat Kennard menggendongnya seperti anak koala, tanpa melepaskan ciumannya yang semakin intens. Ritsleting dress yang dikenakan Joana pun ia turunkan dalam satu gerakan cepat kala mendudukkan istri kontraknya di atas meja rias. 

Ciuman sang CEO mulai turun ke leher jenjang putih itu. Mengukir mahakarya indah berwarna kemerahan di sana. Tangan Joana refleks meremas rambut kecokelatan yang sebelumnya telah tertata rapi. 

“K-Ken ….” Joana melenguh. 

Kennard sudah tersenyum miring, lalu kembali menggendong Joana ke ranjang, dan mengungkungnya. Namun, sebelum apa pun terjadi, suara ketukan di pintu memecah gelombang hasrat keduanya.

Suara Edmund terdengar dari balik pintu. “Tuan muda, maaf mengganggu! Grandpa Lionel menelepon sambil marah-marah. Beliau ingin Anda kembali ke La Défense sekarang juga! Sepertinya Tuan Aaron sudah menceritakan semuanya pada Grandpa!”

Shit! 

To be continued ….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (33)
goodnovel comment avatar
Nurhayati90
jangan nantang singa yang lagi tidur Jo, bisa2 nanti kamu langsung diterkam Ken. hhh
goodnovel comment avatar
Nurhayati90
ya ampun kentang banget, baru juga ken mau mulai membuktikan sama jo seberapa dia normal malah ada gangguan tak terduga. dan ini penting. pasti opa ken mau marah2 karena Ken mengambil keputusan untuk membatalkan perjodohan nya dengan alexa
goodnovel comment avatar
nawsas
waduh hampir aja Joana mau diterkam sama Ken eh malah ada yg ganggu lagi .........wah ternyata Joana mahasiswa diseain yang berbakat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 19 | Kesalahpahaman

    Sore itu, cahaya matahari yang menyusup dari balik tirai tipis kamar utama kediaman Darriston memantulkan nuansa hangat yang menghapus kesuraman hari-hari sebelumnya. Joana duduk di tepian tempat tidur, mengenakan gaun santai berwarna sage. Wajahnya tampak lebih tenang meski rona pucat masih melekat di pipinya.Grandpa Lionel duduk di sofa berlapis beludru hijau yang menghadap ke ranjang cucu menantunya. Pandangannya teduh, penuh perhatian, tak lepas dari sosok Joana yang duduk diam, menanti."Dokter Leah sudah tiba, Tuan," ucap Arley dari luar pintu."Ya, suruh masuk," jawab Lionel tenang.Tak lama kemudian, Dokter Leah memasuki kamar dengan langkah ringan dan profesional. Rambutnya dikuncir satu di belakang, wajahnya bersih dan penuh ketenangan. Di tangan kirinya tergantung tas jinjing berisi perlengkapan medis."Selamat sore, Joana. Selamat sore, Tuan Lionel," sapanya ramah."Selamat sore, Leah. Terima kasih telah meluangkan waktu sore ini," balas Lionel dengan anggukan hormat.Lea

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 18 | Sampel Rahasia

    Pagi itu di Mansion keluarga Lin yang megah dan luas, suasana terlihat tenang di luar, tetapi tidak dengan isi pikiran sang pemilik rumah.Di lantai dua, di dalam ruang kerja bercat kelabu lembut yang langsung terhubung ke balkon pribadi, Aaron Lin berdiri di depan jendela kaca besar. Tangannya menggenggam ponsel, suara napasnya teratur tapi sarat kegelisahan. Angin musim panas berembus pelan menerpa tirai sutra yang menyingkap rak-rak buku lawas miliknya.Suara di seberang sambungan terdengar lembut. “Tuan Aaron, ada yang bisa saya bantu?” tanya Jacob, asisten pribadinya yang setia selama lebih dari dua dekade.Aaron membenarkan kerah kemeja tidur putihnya lalu berjalan pelan ke arah meja kerja dari kayu rosewood tua.“Jacob, saya ingin kamu melakukan sesuatu untuk saya. Rahasiakan dari siapa pun. Bahkan dari Ivana dan Alexa,” ujarnya tegas.Jacob diam sejenak sebelum menjawab, “Saya mengerti, Tuan. Apa instruksinya?”Aaron duduk perlahan, lalu menatap potret lawas yang dibingkai di

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 17 | Fakta Baru

    Kennard masih berdiri di depan pintu ketika ia melihat buliran hangat itu jatuh dari mata hazel Joana. Tetesan bening yang tak pernah ia kira akan membuat langkahnya terhenti begitu saja. Lelaki dingin itu menatapnya dalam. Joana sukses menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan isak. Akan tetapi, gagal. Luka itu sudah terlalu lama dipendam dan malam ini—karena satu nama, Javier—tangisnya pecah juga. Kennard urung mendekat ke sliding door walk-in closet. Napasnya mengembus berat. Tanpa suara, ia memangkas jarak ke sisi Joana dan menuntunnya ke ranjang. “Saya batal pergi,” ucapnya datar, tetapi terdengar menggetarkan. Joana mengerjap. “Apa?” “Saya bilang, saya tidak akan pergi malam ini.” Ia meraih ponsel dari atas nakas sisi ranjang dan menekan satu tombol panggilan cepat. Panggilan pun terhubung dalam hitungan detik. “Edmund, jangan lepaskan Javier. Paksa dia bicara. Saya ingin tahu siapa yang menyuruhnya. Kalau perlu, buat dia bicara dengan cara apa pun. Saya beri waktu du

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 16 | Luka

    Joana menatap kertas sketsa putih polos di hadapannya. Pensil kayu di tangan terasa berat. Bukan karena bobotnya, tetapi karena perasaan yang terus bergejolak di dalam hatinya. “Kenapa diam? Gambar saja apa yang ada di dalam pikiranmu. Bebas,” pinta Kennard lagi. Alhasil, Joana memandang sekelilingnya. Lampu-lampu Kota Paris yang berkedip lembut, langit-langit kaca bening tempat bintang-bintang terpantul, dan cahaya lilin mungil di meja bundar tempat mereka duduk. Semuanya terasa terlalu magis dan menyentuh. Akan tetapi, bukan waktunya untuk jatuh cinta pada suasana. Ia harus menggambar. Ini bukan tentang perasaan. Ini tes. Tes dari seorang CEO dingin yang menyembunyikan perhatian dalam bentuk aneh. Tangan Joana mulai bergerak. Garis demi garis muncul. Ia menciptakan siluet gaun malam elegan yang mengadopsi permainan transparansi, seperti kaca galeri di sekelilingnya. Bagian bawah gaun diberi motif melengkung seperti pantulan lampu malam di permukaan sungai. Sementara pada bag

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 15 | Kejutan

    Langit malam mulai bertabur bintang ketika mereka melangkah keluar dari mansion Darriston, menembus sejuknya udara di distrik yang menjadi pusat bisnis Kota Paris dengan Mercedes-Benz tersebut. Jalanan di Distrik La Défense yang gemerlap diterangi lampu-lampu kota, membuat hati kian tak terkendali. Joana menggenggam ujung mantel panjang yang tadi Kennard pakaikan untuknya.Warna cokelat gelap mantel itu menyatu sempurna dengan long dress lavender keabuan yang ia kenakan sejak makan malam tadi. Mobil hitam mewah yang dikemudikan oleh sopir pribadi Kennard membawa mereka melewati deretan pusat perbelanjaan, restoran mewah, galeri seni, dan menara kaca raksasa.Joana baru menyadari bahwa tempat ini sangat berbeda dari yang biasa ia lihat di Madeleine. Ini seperti dunia lain. Lebih metropolitan, lebih maju, dan juga tetap menawan.Begitu turun dari mobil, Kennard menyodorkan tangannya. “Ayo, hati-hati,” ajaknya tanpa senyuman segaris pun.Joana ragu sepersekian detik, tetapi akhirnya ia m

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 14 | Ikatan

    Setelah makan malam yang kembali menambah daftar kebencian di hati Alexa dan Daniella, Grandpa Lionel mengajak semua anggota keluarga yang hadir untuk berkumpul di ruang utama keluarga Darriston. Sebuah ruang duduk luas bergaya klasik dengan dinding kayu gelap dan lampu gantung kristal yang menyala terang.Joana berdiri di samping Kennard. Ia merasa jantungnya berdetak tak keruan. Tak hanya karena kenyataan bahwa malam ini banyak hal terjadi, tetapi karena tatapan semua orang terasa berat mengarah padanya. Terutama tatapan menusuk dari Alexa dan ibu sambung suaminya, Daniella.Grandpa Lionel duduk di kursi empuk bermotif kulit cokelat tua. Ia menyilangkan kaki, memegang tongkat yang hanya sesekali ia gunakan, dan menarik napas dalam.“Saya minta perhatian kalian semua,” ucapnya tenang pun tegas.Semua orang langsung terdiam. Hanya suara detik jam antik yang terdengar dari ujung ruangan.“Saya tahu makan malam malam ini tak berjalan seperti biasanya. Tapi, justru karena ketidakteratura

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status