Share

10. Hampir Saja

Penulis: Blue Ice
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-28 13:12:05

Selina masih terpaku di tempat duduknya, jantungnya berdegup cepat saat Zander perlahan melangkah mendekat. Seakan waktu berjalan lebih lambat dari biasanya, dan suara langkah sepatunya terdengar lebih nyaring di telinga Selina.

Selina bangkit berdiri, memasang senyum sebaik mungkin. "Pak, Anda sudah di sini? Bukankah jadwalnya jam 2 nanti?”

Selina menyambut rombongan Zander dengan tersenyum ramah. Mata Zander langsung memicing, seolah menguraikan teka-teki. Selina yang diperhatikan tersenyum canggung, tetap mempertahankan sikap profesionalnya.

Zander berhenti tepat di hadapannya, matanya sempit mengamati sekitar. Karena Zander tak langsung menjawab, Aswin maju lebih dekat dengan Selina.

“Klien datang lebih cepat dari perkiraan. Mereka tak punya banyak waktu,” jelas Aswin “Tapi Nona... mengapa Anda tidak kembali ke kantor setelah reservasi tempat?”

Selina menarik napas, menjaga nada bicaranya tetap ringan dan meyakinkan. “Ini tugas pertama saya untuk perusahaan. Maka dari it
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   46. Kapan Hamil?

    Ruangan itu sunyi. Semua orang menoleh ke arah Selina yang membuat wanita itu semakin tertekan. Zander beralih menatap Felicia dengan tatapan gelap. Rahangnya mengeras, menahan amarahnya agar tak meledak di meja makan.. “Felicia,” desis Zander terdengar menakutkan. “Jagalah mulutmu.” Felicia menatap Zander dengan mata bergetar. “A-aku hanya penasaran… aku baru pulang dari luar negeri. Wajar kan, kalau ingin tahu tentang pernikahan sepupuku sendiri…” Matanya mulai berkaca-kaca, ingin menangis. Namun Zander menatapnya tanpa sedikit pun belas kasihan. “Penasaran bukan berarti kau bisa seenaknya menyinggung orang lain. Apalagi istri ku,” tegasnya. Napasnya terdengar berat, menahan emosi yang mendidih. Felicia menunduk, mulai menitikkan air mata. “Maaf… aku tidak bermaksud…” Zander menarik napas panjang, menenangkan dirinya. Dia menoleh ke arah pintu pada Herry yang sejak tadi berdiri di sana. “Herry!” panggilnya. Herry melangkah masuk ke ruang makan dengan menunduk hormat. “Ya,

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   45. Sepupu Zander

    Selina bangun dengan lenguhan pelan. Tubuhnya terasa lemas, mata berat tak mampu terbuka lebar. Namun pikirannya malah melayang lagi ke permasalahan kemarin. Ancaman Alenka terus terngiang-ngiang di kepala. Dia ingin segera bertanya pada Zander, tapi pria itu selalu sibuk. Pulang dari Rumah Sakit, dia pergi lagi bersama Aswin. Sementara Selina, ditinggal sendirian dan baru dijemput saat jam pulang kantor. ‘Aku harus bertanya pada Mas Zander tentang masalah itu. Tapi… sekarang dia kemana?’ batin Selina. Dia menoleh ke sisi ranjang di sebelahnya. Zander sudah tak ada. Sayup-sayup terdengar suara air di kamar mandi. Selina langsung turun dari ranjang. Biasanya jika Zander mulai mandi pukul 7 pagi. Dia memeriksa jam digital di atas nakas, ternyata benar sudah jam 7 lewat. Selina menepuk dahinya sendiri. Sepertinya dia terlalu terpaku pada ancaman Alenka sampai bangun kesiangan. Dia bergegas mencari baju Zander di ruang ganti. Dia harus menyiapkannya agar Zander keluar, bajunya

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   44. Ditinggal Sendiri…

    Beberapa hari telah berlalu…. Siang itu, Selina membawa beberapa berkas yang telah dia periksa ke ruangan Zander. Dia mengetuk pelan dan membuka pintu perlahan. “Permisi Pak, ini berkas-berkas yang perlu Bapak tanda tangani,” ujar Selina seraya melangkah masuk ke dalam ruangan. Di depan sana ada Zander dan Aswin yang sedang berdiskusi bersama. Entah apa yang mereka bahas, namun Zander melepas topengnya secara terang-terangan. Mata Selina melebar untuk sesaat. Segera dia mempercepat langkahnya, takut jika terjadi sesuatu pada luka Zander. Melihat kedatangan Selina, Aswin langsung berdiri memberikan kursinya. Namun Selina berjalan lurus menuju suaminya. “Apa yang terjadi? Kenapa dibuka?” tanya Selina khawatir, satu tangan terulur memeriksa kondisi perban yang tadi pagi dia pasang. Zander menggeleng pelan. Dia meraih tangan Selina yang saat ini berada di pipinya. “Aku akan ke Rumah Sakit siang ini. Aswin akan menemaniku. Kamu tetap di kantor. Kami tidak akan lama,” kata Zand

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   43. Menangkap Pelaku Pertama!

    Suasana Rumah Sakit Cendana mendadak gaduh. Beberapa pengawal berbadan kekar dengan seragam hitam elegan menelusuri lorong rumah sakit sambil menggenggam erat lengan seorang pria paruh baya berseragam putih dokter. Dokter Handoko meronta, suaranya menggema keras. “Lepaskan aku! Kalian pikir siapa aku?! Aku Dokter senior di sini! Aku menuntut penjelasan!” Pasien dan perawat hanya menunduk takut, menyingkir di sudut lorong saat rombongan itu lewat. Mereka menatap dengan tatapan ngeri saat dokter yang biasanya menegur ramah itu kini diseret tanpa ampun. Begitu tiba di lobby utama rumah sakit, gerombolan petinggi Rumah Sakit berkumpul di sana menghadap pemilik Rumah Sakit. Zander berdiri dengan jas hitam elegannya, kedua tangan bersedekap di dada. Di sampingnya, Aswin menatap sekitar dengan wajah datar, siap bertindak apabila diperintahkan. Begitu melihat Zander, Dokter Handoko berusaha melepaskan diri. Dia berhasil menyentakkan lengannya dari pengawal, lalu berlari kecil menghampiri

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   42. Kecurigaan yang Beralih Objek

    Aswin baru saja kembali dari mengantar Alenka ke bawah. Tanpa membuang waktu, dia langsung mengetuk pintu ruangan CEO dan masuk setelah diizinkan. “Tuan,” panggil Aswin dengan suara datarnya yang khas. Dia melangkah mendekat, menunduk sedikit seraya menyerahkan beberapa berkas pada Zander. “Tugas yang Anda berikan sudah saya kerjakan. Ini berkas-berkas laporannya.” Zander yang sejak tadi duduk di kursi kerjanya, menatap Aswin sambil mengangguk pelan. Dia mengambil berkas itu dan mulai membuka halaman pertama, matanya menelisik cepat setiap detail tulisan di sana. Di sisi lain ruangan, Selina yang sejak tadi belum keluar ruangan sedang duduk di sofa kecil memperhatikan mereka dengan rasa penasaran yang menggebu. Perlahan, dia bangkit dan berjalan mendekat ke sisi Zander, mengintip berkas di tangan suaminya dari belakang kursi. Melihat istrinya begitu penasaran, Zander menaikkan salah satu alisnya, lalu tersenyum kecil. Dia menoleh sekilas ke arah Selina dan mengangkat sedikit berka

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   41. Disetujui

    Zander duduk di kursi utamanya dengan tatapan tajam menusuk. Dia menekuk jemarinya di depan bibir, menatap dokumen tebal berisi rincian proyek yang diajukan Adinata Group. Aswin dan Selina berdiri di kanan kirinya. “Biaya proyek ini sangat tinggi,” kata Zander pelan namun sarat tekanan. “Lebih dari estimasi awal yang diajukan bulan lalu. Bahkan nyaris dua kali lipatnya.”Alenka tersenyum tenang, meski keringat dingin mulai menetes di punggungnya. “Tuan Zander, proyek ini akan membawa keuntungan besar untuk Castellvain Group. Kami sudah menghitung margin keuntungannya, dan saya berani menjamin bahwa–”“Jaminan darimu tak berarti apa-apa untukku,” potong Zander dingin. Matanya menatap Alenka tanpa rasa hormat sedikit pun. “Proyek ini bisa menimbulkan risiko besar bagi Castellvain jika tak sesuai target.”Alenka menahan napas. Namun dengan cepat dia kembali menampilkan senyum menawannya. “Kalau begitu… bagaimana jika saya Anda berikan kamu kesempatan untuk membuktikannya? Saya harap… An

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status