Share

Pengantin Pesanan
Pengantin Pesanan
Penulis: Serafina

0 - Prolog

Pengantin Pesanan

0 – Prolog

Perempuan bertubuh ramping dengan pinggang kecil itu mengerjapkan mata hijaunya; begitu jernih bagaikan air danau yang tenang namun menyimpan misteri.

Hidungnya tinggi berpadu dengan bibir seksi yang mengundang untuk dikecup, lesung pipinya muncul ketika dia tersenyum malu-malu, tangannya yang berjari lentik menyibakkan seberkas rambut pirang kecokelatan ke balik telinganya.

Dia mengembuskan napasnya, harum udara dari embusannya menambah kecantikannya yang paripurna.

Danesh terpana, tidak percaya bahwa mahluk secantik ini ada.

“Ha-hai, welcome… home. This is your home now.”

Untuk pertama kalinya, Danesh gugup luar biasa. Bahkan lebih gugup daripada dulu pertama kali dia mengucap ijab kabulnya.

Shit, enggak usah ingat-ingat mantan istrinya ketika dia sedang berhadapan dengan perempuan yang akan dinikahinya.

Katya tidak bicara, dia hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Matanya memandang berkeliling penuh minat.

Perempuan Eropa punya kecantikan yang khas. Danesh tidak pernah menyangka bahwa dia akan mempunyai seorang istri yang berasal dari sana.

“Shall we go, then?” tanya Danesh sambil mengulurkan tangannya, membuat gestur agar Katya mengikutinya masuk ke dalam kamar yang sudah disiapkan.

Katya mengangguk lagi, dia berjalan pelan di belakang Danesh, tatapannya merunduk, sopan dan asing dengan lingkungan barunya.

Keduanya sama-sama canggung dan gugup, namun penasaran. Ketertarikan instan terbit ketika pertama kali pandangan mereka bertemu.

Danesh berusaha bersikap seperti layaknya seorang tuan rumah yang ramah, dia mengantarkan Katya ke kamar istimewa yang diperuntukkan bagi calon istrinya.

Dibukanya pintu yang berada di ujung lorong yang berseberangan dengan kamarnya dan menyilakan Katya masuk.

“Welcome… to your room.”

Manik hijau itu membesar ketika langkahnya memasuki ruangan.

“Hm, what do you think?” tanya Danesh sambil mengusap-usap tangannya, penasaran sekaligus gugup melihat reaksi dari perempuan Rusia itu. Danesh ingin ia terkesan dengan hasil kerja design interior yang dibayar mahal untuk menghias kamar ini.

Lagi-lagi Katya hanya tersenyum. Dia mengangguk kecil.

Danesh menghembuskan napasnya lega. Sesaat mereka berdiri canggung di tengah ruangan. Sang Pengacara terkenal itu mendadak saja seperti orang bodoh yang tidak tau harus berbuat apa begitu berhadapan dengan istri barunya.

“Um, I’m sorry… I should go working, but it won’t take long. I’ll see you at dinner, all right?” Danesh mengutuk pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan bahkan saat pertemuan pertama dengan istrinya yang baru datang.

Alis Katya yang melengkung indah berkedut, dia mengangguk.

“All right.” Danesh mencondongkan tubuhnya ragu-ragu, hendak memeluk Katya namun mengurungkan niatnya dan sebagai gantinya tangannya jatuh di atas bahu perempuan itu, menepuknya dengan gerakan canggung.

Oh, shit.

Katya tertawa pelan, suaranya bagai denting lonceng gereja yang mengalun lembut.

Rona merah menyebar dari pipi hingga leher Danesh, dia menggaruk tengkuknya dan segera pamit keluar dari kamar.

Oh, shit. oh, shit. oh, shit. kutuknya dalam hati sembari berjalan di koridor. Apa yang dia lakukan tadi? So stupid!

Kenapa dia jadi tidak terkendali?

Apa yang terjadi dengannya? Arrrgghhh… bodohnya! Di mana integritasnya sebagai Pengacara?! Memalukan!

Bisa-bisanya dia canggung di hadapan perempuan muda itu. Bahkan Katya tidak berbicara sepatah kata pun padanya!

Tenang, Danesh. Semua akan lancar nanti malam. Sekarang beresin kerjaan dulu setelah itu nanti malam …. Nanti malam waktunya dia menikmati sang Pengantin yang sudah dia pesan.

*

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ataya Aghnia
Katya -nya masih jetlag sepertinya, makanya ga banyak omong ...
goodnovel comment avatar
Herni Widjaya
Katya masi anteng, ngeri kalo trnyata Katya tuna wicara...... ehhhh ga ding....kok aku jd keinget bahasa sunda kuno yg dipake jaman akang narend ya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status