Share

9 : Pagar Manusia

Irawati mulai membuka mata setelah pingsan selama hampir satu hari penuh. Ia menyapukan pandangan ke sekeliling dan mengenali bahwa ia sekarang sudah terbaring di kamar rumahnya sendiri. 

“Sena!” Pekik Irawati begitu terbangun. 

Sekar segera berlari ke kamar majikannya. Ia melihat wajah panik Irawati yang kini sudah berdiri dengan gugup mencari ke setiap sudut keberadaan Sena. 

“Bu, Sena ada di kamar sebelah. Bidan Desa baru saja pulang setelah memasang infus untuknya,” jawab Sekar menghampiri Irawati.

 Irawati segera berlari menuju kamar di sebelahnya, di sana ia melihat Sena masih tertidur lelap dengan infus yang berada di tangannya yang kecil. 

“Terima kasih Tuhan, aku benar-benar sudah membawa ia pulang!” 

Irawati menyapukan pandangan ke arah telapak kaki Sena sebelah kiri. Ia masih melihat tanda trisula yang membuat tubuhnya gemetaran, dengan sigap ia segera menarik selimut menutupi kaki Sena kembali yang sempat tersingkap. Ia juga menyapukan tatapan pada telapak tangannya. Luka goresan keris itu masih menganga dan terasa perih. 

“Kenapa dengan telapak tangan Ibu?” tanya Sekar setelah tak sengaja melihat luka melintang di atas telapak tangan majikannya. 

Irawati segera menggenggam tangannya kembali, “Tidak apa-apa, hanya tergores karang.”

“Aku akan ambilkan salep obat, robekan karena karang itu sangat menyakitkan. Aku sudah pernah mengalaminya waktu kecil dulu!” 

Sekar hendak pergi mengambil kotak obat ketika langkahnya tiba-tiba terhenti oleh suara dari majikannya. 

“Tidak perlu, ini adalah luka yang tidak bisa sembuh dengan cara medis!” 

Irawati seolah tahu, bahwa luka itu akan menyisakan bekas hingga nanti Sena dewasa. Luka sayatannya bisa mengering beberapa hari kemudian, tapi bekas luka itu, akan tetap berada di telapak tangan Irawati dan terus membuat ia teringat pada perjanjian yang sudah ia cap dengan darahnya hingga nanti Sena dewasa. 

Sekar hanya gadis baru lulus SMA yang masih belum bisa memahami maksud tersirat dari perkataan majikannya. Ia tak begitu ambil pusing dan lebih memilih berlalu menuju Moana yang sudah bangun dari tidurnya. 

“Ibu,” panggil Sena begitu tersadar. Raut wajah Sena berbeda dari biasanya, ia terlihat begitu ketakutan setelah menatap sekelilingnya begitu bangun. 

“Sena takut Ibu,” rengeknya, kedua telapak tangan kecil itu menutup wajahnya dengan erat. Irawati segera menatap sekeliling ruangan, ia tak menemukan sesuatu yang menakutkan yang bisa membuat anaknya ini menjadi menggigil. 

“Tidak ada apa-apa. Ada ibu di sini!” tenang Irawati pada putranya, ia mencoba membuka kedua telapak tangan yang mengatup erat di wajah anaknya, tapi Sena masih menolak dan terus menutupi wajahnya. 

“Ada apa Nak?” tanya Irawati. 

“Kenapa dia ikut Sena pulang ke rumah?” tanya Sena sambil menunjuk ke arah dekat pintu. 

Irawati tak melihat apa pun, tapi hatinya sudah berdesir curiga bahwa yang di maksud Sena adalah makhluk astral yang tidak bisa ia lihat. 

“Siapa dia?” tanya Irawati memastikan. 

“Dua orang pria tinggi itu!” tunjuk Sena dengan masih memejamkan matanya. 

Kulit Irawati seolah menebal, ia merinding ketakutan hanya saja ia berusaha terlihat kuat di depan anaknya. Irawati segera berbaring di sebelah Sena, ia merangkul anaknya yang tubuhnya masih sedingin bongkahan es. 

“Tidurlah! Ibu akan menemanimu tidur di sini.” 

“Ibu,” panggil Sena gemetar meski sudah dalam dekapan ibunya. 

“Saat aku tenggelam di laut, dua orang itu yang menolongku. Mereka membawaku menemui sosok perempuan yang sangat cantik, tapi kenapa perempuan itu rumahnya berada di dalam laut ibu? Ia punya rumah yang indah, tapi aku melihat pagar luas yang berada di sana terbuat dari banyak tubuh manusia yang terus menangis. Wanita itu juga berkata, ‘Sekarang pulanglah, dan kembalilah ke sini menemaniku saat dewasa nanti!’ Sena takut ibu,” ceritanya dalam pelukan ibunya. 

Ratu Segara adalah sosok mistis yang sangat berkuasa, ia tidak hanya mencari pengantin samudera tapi ia juga menerima perjanjian pesugihan di mana tumbalnya adalah orang-orang yang dijadikan pagar seperti yang di maksud Sena. 

“Jangan terlalu dikhawatirkan. Itu hanya mimpimu saat kamu pingsan,” jawab Irawati menenangkan putranya. 

Wajah kecil Sena tenggelam di dada Irawati, tak berapa lama kemudian ia bisa merasakan putranya sudah mulai tertidur dalam dekapannya. 

‘Apa yang harus aku lakukan sekarang?’ gumam Irawati sambil menatap langit-langit kamarnya. 

Lima hari berlalu, Irawati hanya menghabiskan waktunya sepanjang hari menemani Sena di rumah, banyak berita miring mulai terdengar di luaran tentang bagaimana Irawati bisa menemukan putranya yang jelas-jelas sudah hanyut ke samudera. Mereka bahkan tidak menemukan jawaban meski sudah bertanya pada Lek Harso yang hanya memilih diam tak menjawab. 

Sebagian warga bahkan mulai mempercayai hal yang aneh, bahwa Sena yang ditemukan oleh Irawati sebenarnya bukanlah Sena. Tubuhnya milik bocah itu, tapi jiwanya sudah menjadi wadah makhluk lain. Kepercayaannya mereka diperkuat dengan perubahan Sena dari anak 10 tahun yang ceria menjadi pendiam dan terus berteriak ketakutan. Seperti itulah yang mereka lihat selama menjenguk Sena beberapa hari ini. 

Mobil Fortuner memasuki halaman rumahnya. Itu adalah mobil Ekawira, suami dari Irawati. 

“Aku pulang sayang!” teriak laki-laki berusia 40 tahunan itu saat memasuki rumah dinasnya di pulau ini. Hanya Sekar yang segera keluar kamar sambil menggendong Baby Moana ketika mendengar suara Tuan Wira. 

“Cantiknya anak Ayah, sudah satu bulan lebih Ayah terus teringat wajahmu yang tembem ini di tengah Samudera.” Ekawira meraih Moana dari gendongan Sekar, ia segera memainkan tubuh Moana naik turun dalam rengkuhan kedua tangannya, bayi kecil itu tertawa begitu nyaring bermain dengan Ayahnya. 

“Ibu mana Sekar?” 

“Beliau tidur siang bersama Sena pak,” jawab Sekar. 

“Baiklah, aku juga lelah. Aku akan tidur bersama mereka sebentar.” Ekawira segera membuka kamar utama di rumah dinas ini, ia tersenyum begitu cerah ketika melihat Irawati tengah tertidur sambil memeluk Sena dalam dekapannya. 

Ia segera mandi dan hendak menyusul tidur ketika ia begitu di kejutkan saat baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat putranya Sena sudah duduk di pojok sambil meringkuk ketakutan. 

“Ada apa Nak?” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status