Share

Hinaan

Penulis: Miss aLone
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-09 22:43:33

.

Kediaman Gervaso Hugo.

Semua orang sibuk menghias halaman dengan bunga-bunga indah, di dalam ruangan tak kalah indahnya bertabur lampu tampak begitu mewah. Tampak mereka begitu bersemangat dan bahagia menyambut acara besar nanti.

Temanya adalah outdoor. Bunga lily sesuai dengan arti nama Sierra bertabur indah. Semua tampak begitu sukacita, tetapi tidak untuk Zucca. Ibunya sudah mempersiapkan semuanya hampir 90 persen, padahal waktu masih tiga hari lagi.

Undangan virtual telah disebar ke berbagai kolega dan keluarga. Meskipun virtual, siapa pun yang tidak mendapatkan undangan tersebut, tidak akan bisa masuk ke pesta nanti.

Di dalam kamar, Zucca terlihat kesal. Dia yang terbiasa rapih dan bersih, kini menbiarkan kamarnya seperti kapal pecah. Buku-buku berserak di lantai, botol-botol minuman beralkohol pun tak kalah berantakan. Pecahan beling di mana-mana. Tidak ada pilihan lagi selain menjadi boneka hidup, pikirnya. Dia bersumpah akan membuat gadis itu menyesal telah menikah dengannya.

Ketukan pintu berulang kali terdengar, Zucca mengabaikannya. Pria tampan itu tau, pasti ibunya yang ada di balik pintu.

_

"Kak, kita batalkan aja pernikahan ini. Tiba-tiba aja hatiku jadi gelisah." Sierra duduk di samping kakaknya.

Selena dan Seina sedang asik mencoba gaun-gaun pemberian nyonya kaya itu, tak lupa berlian itu membuat dua orang itu lupa diri.

"Sudahlah, Dek. Ikutin aja permainan mereka. Lihat, belum menjadi menantunya aja, kita sudah dikasih segala macam. Baju-baju bagus, emas, berlian, uang, apa kamu gak mau jadi orang kaya, Dek?" Selena seakan lupa statusnya.

"Tapi, Kak. Sierra sepertinya gak bahagia," kata Seina khawatir melihat nasib adiknya kelak.

Selena menarik napas dan membuangnya kasar. "Denger, Dek. Yang penting, kami bisa ikut menikmatinya, kan? Apa kamu gak mau buat kita bahagia juga?"

"Kak! Jadi kakak tega liat Sierra gak bahagia, asalkan kita yang bahagia? Gitu?" Seina keberatan dengan ucapan kakaknya.

Baru kali ini mereka berdebat, Selena telah dibutakan oleh harta.

"Jadi orang jangan pada MUNAFIK! Kalo aja si nyonya itu milih gue, gue gak akan NOLAK! Apa kalian gak capek hidup susah terus, hah?!"

"Sudah, Kak. Sudah. Cukup! Baiklah, aku akan berkorban demi kalian. Puas?!" Sierra keluar dari kamar. Seina menyusul adiknya.

"Dek, tunggu." Sierra terus berjalan keluar, kebetulan Fabio datang.

"Sier? Ada apa?" Pertanyaan Fabio pun diabaikan.

Seina membiarkan adiknya menenangkan diri, sementara Fabio terus bertanya kepada Seina. Gadis manis itu menjelaskan secara detail pertengkaran tadi. Seina sebenarnya menyukai Fabio, tetapi dia tau kalau laki-laki itu menyukai adiknya.

Saat Fabio ingin menyusul langkah Sierra yang semakin menjauh, Seina menahan tangan Fabio dan menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Tapi, Sierra—"

"Sudah. Biarin dia sendiri dulu, dia butuh sendiri saat ini."

_

Sierra menatap langit mendung, biasanya dia selalu datang ke laut belakang rumahnya jika sedang banyak masalah. Hanya untuk menenangkan diri. Menatap ombak yang menari-nari membuat hatinya sedikit tenang dan damai.

Gadis itu membuang napasnya secara kasar. "Apa ini adalah keputusan terbaik? Aku belum ingin menikah," ujarnya lirih.

Akan tetapi, Sierra kembali mengingat kata-kata Selena tadi. Jika dia menikah dengan orang kaya, otomatis bisa membantu kehidupan mereka juga. Buktinya, belum apa-apa orang kaya itu selalu memberi macam-macam hadiah untuk kedua kakaknya.

Dengan terpaksa, ia mengikhlaskan dirinya berkorban demi kakaknya. Setelah hatiny tenang, Sierra kembali ke kontrakannya.

_

Pernikahan segera dilakukan dalam dua hari ke depan, segala persiapan hampir selesai. Hari bahagia itu, akan segera dinantikan oleh keluarga besar Zucca. Siapa yang tak mengenal keluarga besar Gervaso. Keluarga terkaya se-Asia, Zucca adalah cucu laki-laki satu-satunya di kelurga itu.

Ayahnya bernama Fernando Hugo Gervaso, investor terkenal dan juga pembisnis yang ambisius. Sang kakek bernama Eneas Gervaso, di juluki macan asia. Sepak terjang keluarga itu, sudah diakui di seluruh dunia.

"Mama sudah menyiapkan semuanya, Sayang. Bagaimana? Apa masih ada yang kurang?" tanya Yoana, seraya memperlihatkan dekorasi ruangan padanya melalui tablet miliknya.

"Terserah Mama aja." Tanpa melihat, Zucca menjawab singkat.

Zucca menganggap, semua ini hanyalah permainan baginya. Dia tak benar-benar tertarik apalagi sampai harus mencintai gadis itu. Semua ini, permintaan dari ibunya. Entah dari mana orang tuanya mengenal gadis miskin itu, pikirnya.

"Mama harap, kamu bisa bersikap baik dan menyayangi Sierra." Kecam mamanya, lalu berlalu dari ruang kerja Zucca.

Zucca semakin membenci gadis yang bernama Sierra, padahal mereka belum pernah bertemu sampai detik ini.

Di tempat lain, Zamora Nieva sedang memilih gaun untuk ia kenakan dalam acara lusa nanti. "Aku ingin memilih gaun yang paling menarik," ucapnya kepada salah satu pelayan butik, langganannya.

Dia pun mencoba semua yang ia sukai, juga tak lupa memilihkan dua gaun untuk kakak Sierra. Zamora Nieva, meskipun terlahir dari golongan atas. Sikapnya begitu ramah dan penyayang, juga dermawan dan berhati baik kepada semua orang. Persis seperti ibunya, Nyonya Yoana, tidak tegaan bila melihat orang lain kesusahan.

Tidak seperti Zucca, yang memiliki sifat cuek dan terkesan tertutup. Arogan, tegas, dan kejam, seperti alm. kakeknya.

"Semua ini, kan, idenya Mama? Aku hanya menuruti aja, kenapa harus bersikap baik dengan penipu itu?" Zucca menjawab ketus, dia sudah tidak tahan lagi.

"Zucca! Dua hari lagi dia akan menjadi istrimu, jangan bersikap seperti itu. Lihat aja jika kamu berani melakukan tindakan kasar pada Sierra!"

'Memangnya aku peduli?' gumamnya sinis.

"Kamu itu sudah saatnya menikah dan membina rumah tangga dengan gadis baik-baik. Umur kamu sebentar lagi 29 tahun, loh. Apa kamu gak ingin menggendong anak?"

"29 tahun itu masih terlalu muda, Ma. Lihat papa, dia menikahi Mama saat umurnya 35 tahun, kan?"

"Itu, kan, beda. Pokoknya kamu harus memperlakukan memantu mama dengan baik! Apa kamu mengerti?"

"Hem."

"Kenapa cuma, hem, aja? Jawab atuh," titah Nyonya Yoana lagi.

"Iya, iya, Ma!"

Yoana menepuk pundak anaknya, dia tau sifat Zucca yang tidak suka diperintah atau dibawah tekanan seseorang. Wanita itu sangat memaklumi anaknya.

Dua hari kedepan, Zucca tidak ingin memberikan satu hari pun gadis itu merasakan nikmatnya tinggal di rumah ini.

Kamar Zucca telah disulap menjadi kamar pengantin paling romantis. Kelopak bunga mawar segar menghiasi seluruh ruangan, padahal acara masih dua hari lagi. Kamar yang semula seperti kapal pecah, kini menjadi indah dan wangi.

Si pemilik kamar awalnya keberatan kamarnya menjadi sangat feminim seperti itu, akan tetapi tatapan mata ibunya menbuatnya tak berkutik. Lagi-lagi dia kalah dengan sorot mata teduh itu.

_

Di perkampungan kumuh, Fabio masih menemani Sierra. Dia tidak mau membuang-buang kesempatan terakhir kalinya sebelum gadis yang dia sukai pergi.

"Sier, apa kamu bahagia?"

"Semoga. Semua perlu waktu, kan?"

" ... sebenarnya, sebenarnya aku suka sama kamu." Tiba-tiba saja ucapan itu lolos begitu saja. Sadar ada yang salah, Fabio langsung menampar mulutnya pelan.

"Maaf-maaf, Sier. Aku bercanda."

Sierra tertawa melihat tingkah sahabat kecilnya itu. Dia mengira, Fabio memang sedang bercanda seperti biasanya. Sejak kejadian itu, mereka sudah tidak bekerja lagi di pasar. Nyonya Yoana memberikan sedikit modal kepada Fabio, pemuda itu meneruskan kembali bisnis ayahnya—servis jam dan membuka toko jam kecil-kecilan—yang lama terhenti karena kendala modal.

"Semoga kamu selaly bahagia, ya." Fabio menatap dalam mata sayu gadis itu.

Sierra memaksakan menarik garis pada bibirnya, lalu mengangguk berkali-kali. Kesedihan pun mereka rasakan. Tanpa mereka sadari, Seina sejak tadi memperhatikan mereka dari balik dinding.

Hatinya ngilu saat mendengar Fabio mengungkapkan perasaannya kepada Sierra, meskipun adiknya tidak merespon dengan serius ucapan Fabio tadi.

Seina tidak ingin gara-gara satu orang pria, dia menjauhi adiknya. Mereka sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain bertiga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Semu   bab 33

    Malam yang Indah___Hujan turun begitu deras malam ini membuat suasana semakin dingin, Zamora kini telah berpindah kamar. Bukan lagi di kamar pelayan, tetapi telah satu pintu dengan Tuan Raffa. "Kau hanya boleh membawa selimut, tidur di balkon dan jangan masuk jika tidak ada perintah dari ku. Apa kau mengerti?" "Tapi, Tuan ... bagai mana kalau saya ingin ke kamar mandi?" Zamora dengan cepat memberikan sebuah pertanyaan yang masuk diakal. Benar juga apa yang di katakan oleh Tuan muda Raffi, Zamora adalah gadis yang pintar. "Apa kau sebocor itu jika sudah terlelap?" Zamora mengangguk lugu. "Menyusahkan. Baiklah, kesempatan hanya ada dua kali. Pergunakan sebaik mungkin." Prayoga Raffa menaruh kedua tangan nya di pinggang. "Ingat. Kau hanya punya kesempatan masuk ke kamar mandi dua kali. Selebih nya tahan sampai besok pagi. Mengerti?!" "Mengerti." Zamora menghela napas kasar berkali kali, udara malam ini begitu dingin menusuk tulang. Bagai mana mungkin ia akan tidur di ruangan t

  • Pengantin Semu   bab 32

    Sedikit Rasa Prayoga Raffa baru saja keluar dari ruangan meeting. Deni mengikuti dari belakang. Lelaki itu tampak begitu serius saat melakukan pekerjaan. "Untuk beberapa hari ke depan, seperti nya kita akan sibuk." Pria tampan itu merogoh saku jas nya, mengambil sebuah kotak hitam kecil berbahan beludru, berisi sepasang cincin di dalam nya. Menatap nya sekilas lalu memasukkan nya kembali sebelum Deni melihat benda itu. "Benar, Tuan. Bahkan sampai akhir pekan nanti." Asisten setia itu mengingatkan kembali jadwal padat mereka. "Pelayan itu ... bukan. Maksud ku, istri ku. Kapan dia boleh pulang?" Mendengar kata kata yang tak biasa seperti itu, sontak saja membuat Deni terkejut dan menahan senyum di dalam hati nya. "Oh, dia sudah bisa pulang nanti sore, Tuan. Saya sudah menyuruh Boy untuk menjemput nya." Baru saja ia ingin berbicara kembali, telepon berdering. Nesya Amanda yang menelpon. Prayoga Raffa langsung mengheningkan suara ponsel nya. Lima panggilan tak terjawab dari mode

  • Pengantin Semu   Bab 31

    Cemburu___Sebuah mobil mendarat di halaman yang begitu luas melewati gerbang tinggi. Pintu mobil terbuka, seorang pemuda keluar mobil sport hitam milik nya. Berjalan menelusuri jalan menuju pintu utama kediaman keluarga Kuncoro. Tiba tiba saja langkah nya terhenti ketika melihat seorang wanita paruh baya tersenyum kepada nya. Senyuman ternyaman yang selalu ia dapatkan selama 28 tahun ini. "Akhir nya kamu pulang juga," ucap wanita itu dengan suara begitu lembut. "Ma ... ngapain di situ?" tanya Prayoga Raffa berjalan cepat dan memeluk ibu nya yang sedang menyiram tanaman angrek. "Biasa, lagi merawat bunga cantik ini." "Kan, bisa suruh Lasmi yang menyiram?" Prayoga Raffa memeluk erat ibunya, seolah sudah puluhan tahun tak bertemu. "Kamu tidur di sini, kan?" Nyonya Handayani bertanya tanpa membalas ucapan anak nya. "Iya. Raffa kangen sama masakan Mama." Baru juga dua hari mereka tidak bertemu, tetapi ibu dan anak itu merasakan rindu yang teramat dalam. "Adik mu, ya, yang menyur

  • Pengantin Semu   Bab 30

    *** Zamora mengelus perut datar nya, "Apakah kamu baik baik aja di dalam sana, Nak?" "Aku berjanji, akan membawa kalian pergi dari sini. Aku tidak akan meninggalkan mu bersama dengan Tuan muda dingin itu, meski pun sebenar nya memang dia adalah ayah mu." Zamora melirik jam dinding, kini jarum jam telah menunjuk ke angka satu siang. Gadis itu terus menghibur diri, entah kenapa dia merasa sedih dan kecewa. "Tuan Raffa menolak ku, maka nya dia tidak pulang." Lagi lagi dia berbicara sendiri di depan kaca. Masih memakai kemeja yang kebesaran, tidak tau ingin melakukan apa lagi gadis itu pun membaringkan tubuh nya kembali di atas kasur mewah. "Sarapan Tuan muda pasti sudah dingin, lebih baik aku memakan nya dari pada kebuang." Tiba tiba dia bangkit dari posisi tidurnya, bergegas ke dapur untuk menghabiskan sarapan yang ia buat tadi. Saat suapan terakhir hampir mendarat ke dalam mulut nya, derap langkah seseorang terdengar semakin dekat. Pintu terbuka, tetapi Zamora masih belum menya

  • Pengantin Semu   Sarapan

    #1800hari_S2_29 1024_Setelah merasa lebih baik, Seina menceritakan kepada kakaknya tentang kejadian yang baru saja ia alami."Cerita pelan pelan, ada apa, sih?" desak Selena penasaran. "Ta-tadi, tadi ada yang lempar tanah Kak." Seina mencoba mengatur napas, dia benar benar ketakutan sekali. Selena memang melihat banyak tanah seperti tanah kuburan di sekitar pintu, bahkan mengenai baju Seina. "Siapa yang melempar? Terus, kenapa kamu bisa sampai tiduran di sini?" Seina melanjutkan cerita nya sambil terisak, dia melihat dengan jelas ada sesosok yang menatap nya dengan tajam. Akan tetapi, karena sangking terlalu takut nya dia sampai terjatuh lemas. "Maksud kamu, di sini ada setan gitu? Ha ha ha, mana mungkin jaman sekarang masih ada demit, Seina!" Selena berkata sesumbar begitu lantang. "Kak! Gimana nanti kalo sesosok itu datang ke sini lagi, hah? Kakak jangan sesumbar!" hardik Seina kesal. Bagai mana mungkin Selena bisa berkata seperti itu? Sedangkan sebelum nya tadi dia sempat

  • Pengantin Semu   SeKaku Kanebo

    bab 28 _Setelah mengisi perut nya Sierra merasakan kantuk yang sangat luar biasa, gadis itu memutuskan untuk tidur sejenak sambil menunggu pemilik kamar kembali dari kantor nya. Beberapa jam kemudian, Zucca masuk ke dalam kamar nya dan melangkah ke ruang kerja nya. Pria itu belum menyadari ada seseorang di dalam kamar selain diri nya. Setelah puas berkutat dengan pekerjaan nya, Zucca merasakan badan nya begitu gerah meski pendingin ruangan menyala. Pria itu menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamar nya, dia sungguh terkejut melihat Sierra sedang tertidur pulas di sofa. Sofa itu berdampingan dengan kamar mandi. Lelaki itu mengucek mata nya berulang kali, dia berpikir kalau salah lihat. "Hey! Bangun!" Zucca menendang nendang kaki Sierra. "Woy! Bangun!" teriak nya kencang. "Aaaarrrghh!" Sierra langsung membuka mata nya dan terkejut melihat keberadaan Zucca dengan mata tajam menatap nya. "Siapa yang menyuruh mu kembali, hah!" bentak nya kemudian. Padahal, dia sedikit lega ak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status