Share

03. Uang

Author: Rendi OP
last update Last Updated: 2023-01-13 09:21:30

Tring!

"Selamat! Hadiah dari tugas pertama telah diterima oleh Martis."

Suara sistem kembali terdengar di telinga Martis.

Martis melihat ada sebuah buku. Dan ternyata ketika dibuka dan membacanya itu terlihat seperti buku tabungan. Dan terselip sebuah kartu di dalam buku itu.

"Eh...? Ini apa? Ini seperti kartu-kartu yang digunakan oleh orang-orang kayak itu. Bukankah ini untuk menarik uang?"

Martis membaca lagi buku itu. Ternyata di sana juga ada panduan bagaimana cara menggunakannya.

"Jadi begitu. Kalau begitu aku coba lihat deh. Cek Saldo!" ucap Martis.

Setelah mengatakan itu, sistem muncul di hadapannya dan memperlihatkan saldo yang dimiliki Martis. Ia juga penasaran berapa uang yang ia dapatkan setelah menyelesaikan tugas pertamanya tadi.

"Wah! Ini..., ini banyak sekali!" ucap Martis.

Martis melihat kalau sistem menampilkan saldo miliknya ada sepuluh juta. Wow! Hanya push-up seratus kali langsung mendapatkan uang sepuluh juta?

"Aku bisa kaya mendadak kalau begini terus! Hahaha...! Tapi tunggu, kartu ini..., bisakah aku pakai? Bagaimana kalau uangnya tidak ada?" ucap Martis.

"Ah, aku coba saja besok. Kalau aku bisa mengambil dari mesin uang itu, tandanya sistem memang nyata," gumam Martis.

Karena sangat bersemangat melihat-lihat informasi yang ada di dalam sistem, Martis pun akhirnya tertidur sampai larut malam.

Marta masuk ke dalam kamar anaknya itu dan membalutkan tubuh Martis dengan selimut. Setelah mengecup kening Martis, Marta pun kembali ke kamarnya.

***

Besok paginya, Martis terlihat sangat ceria.

"Selamat pagi Ayah, Ibu!" seru Martis.

"Pagi juga. Wah, nampaknya anak Ibu ini sedang bahagia. Benarkah?" goda Marta.

"Hehehe..., iya Ibu. Ibu benar. Aku memang sedang merasa bahagia. Bahagia sekali bahkan!" jawab Martis.

Setelah sarapan, kedua orang tua Martis seperti biasa pergi ke toko kue milik mereka. Jaraknya lumayan jauh dari rumah. Sedangkan Martis biasanya pergi keluyuran entah ke mana. Keseringannya Martis akan pergi ke pasar. Karena jika ada yang membutuhkan bantuan maka Martis lah yang akan membantu. Lumayan bila membantu-bantu di pasar Martis bisa mendapatkan uang dari upahnya. Walaupun kecil, tapi cukup untuk Martis gunakan membeli kebutuhan sehari-harinya.

Terkadang Martis juga pergi ke toko kue orang tuanya untuk membantu.

Namun hari ini, nampaknya Martis ingin mencoba mengambil uang dari kartu yang ia dapatkan dari sistem semalam.

"Aku akan coba. Kalau saja berhasil, aku ingin membelikan pakaian dan makanan enak untuk Ayah dan Ibu!" gumam Martis. Ia memandangi kartu itu kemudian keluar rumah menuju tempat pengambilan uang.

Ketika di sepanjang jalan Martis sambil membaca-baca panduan di dalam sistem cara pengambilan uang. Karena ini memang pertama kalinya, Martis merasa gugup dan takut lupa bagaimana caranya.

Beberapa puluh menit kemudian Martis pun sampai di tempat mesin penarikan uang.

"Hahaha...! Hey teman-teman, lihat siapa ini? Hahaha...! Ada anak cacat! Hahaha...!" ucap Markus.

"Hahaha...! Hey, mau apa kau kemari? Mau mengemis? Hahaha...!" ucap Adi.

"Hahaha...!" Lalu yang lainnya ikut tertawa.

"Bukan urusan kalian!" jawab Martis dengan nada ketus.

"Apa-apaan tatapanmu itu?" ucap Markus.

Bugh!

Markus mendorong bahu kanan Martis. Tapi ternyata tubuh Martis tidak jatuh. Bahkan tidak bergerak sedikitpun. Martis pun menyeringai.

"Hey! Cepat maju! Yang antri bukan hanya kalian saja tahu!"

Namun dari belakang ada suara orang yang berteriak.

Martis pun maju dan masuk ke dalam bilik mesin pengambilan uang.

"Cih! Sejak kapan anak cacat miskin itu memiliki kartu? Apakah dia mencuri?" ucap Markus.

"Entahlah Markus. Eh..., tapi Markus bukankah ini baik?" ucap Adi.

Adi dan Markus saling pandang dan kemudian tertawa.

"Hahaha...!"

"Kau pasti sepemikiran denganku, bukan? Hem?" tanya Adi.

"Tentu saja. Kalau begitu, cepat kalian tunggu anak cacat miskin itu. Adi, kau ajak Jajat ke arah sana. Dan Febri, kau ajak Didit ke arah sana. Awasi lewat mana anak itu pergi," ucap Markus.

Kemudian teman-teman Markus pun berpencar. Mereka menunggu di depan gang guna menunggu Martis. Ternyata mereka berlima berniat ingin merampas uang yang Martis ambil dari mesin pengambil uang tadi.

Dan benar saja, beberapa menit kemudian Martis berjalan dan pergi dari sana. Kebetulan arah yang dituju Martis adalah arah di mana Adi dan Jajat sudah menunggu.

"Hahaha...! Kau lewat sini ternyata," ucap Adi.

Suwiwit...!

Jajat membunyikan kode dari mulutnya. Dan tak lama kemudian Didit dan Febri pun datang ke sana.

"Mau apa kalian? Kenapa kalian terus menggangguku? Kali ini, aku sarankan kalian jangan usil lagi kepadaku. Kalian akan menyesal kali ini. Percaya atau tidak? Hem?" ucap Martis dengan santai. Kali ini Martis merasa tenang dan sangat percaya diri.

"Hahaha...! Bualan macam apa lagi kali ini? Apa kau mengancam kami? Hu..., takut..., hahahaha...!" jawab Adi.

"Nampaknya ada seorang pencuri nih di sini, wah wah wah...! Bagaimana ini teman-teman?" ucap Jajat.

"Eh..., di mana? Di mana pencurinya?" ucap Adi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Wandi Andi
gx terlalu niat buat nama karakter... Marta.... Martin.... Martis.... Markus...
goodnovel comment avatar
Rendi OP
terima kasih kakak...
goodnovel comment avatar
Wahyudi Hasbul
seru banget ceritanya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengendali Sistem Terkuat   967. Komandan kesal pada Martis

    Pria itu berteriak sangat keras. Dan teriakannya itu disusul dengan terjadinya ledakan fluktuasi kekuatan dari dalam tubuhnya yang memancar ke area sekitarnya. Ledakan kekuatan itu menghasilkan tekanan yang sangat kuat. "Kekuatan macam apa ini?!" tanya Elnara seraya berusaha menahan tekanan yang ia rasakan. Namun sepertinya Elnara tak cukup kuat menahan tekanan yang di pancarkan oleh pria yang menjadi lawannya saat ini. Alhasil, beberapa detik kemudian kedua lutut Elnara menyentuh lantai. Saat melihat kejadian ini, Martis kemudian mendapat pemberitahuan dari sistemnya. Tring! "Sistem mendeteksi kekuatan kutukan! Harap Martis agar berhati-hati!" Martis lalu mengamati tubuh pria yang dilawan oleh Elnara tadi. 'Tubuh pria itu tiba-tiba dipenuhi dengan tato. Apakah tato itu adalah efek dari kekuatan kutukan seperti yang sistem katakan? Aku jadi penasaran, seberapa kuat kekuatan kutukan ini,' gumam Martis dalam hatinya. Tiba-tiba, pria tadi langsung melompat tepat ke hadapan El

  • Pengendali Sistem Terkuat   966. Amarah Elnara

    Saat melihat keadaan rekan-rekannya yang sangat miris, hati Sang Komandan sangat hancur. "Tidak...!" Kedua kakinya lemas, ia meneteskan airmata saat melihat ternyata pasukan utusan Istana Peri yang pergi ke Desa Peri Kegelapan semuanya mati akibat tak tahan menahan siksaan keji yang dilakukan oleh Wenedy beserta warga desa lainnya. Martis mendekati Komandan itu, ia memegang bahunya. "Komandan, aku turut berduka cita atas rekan kita yang telah gugur. Aku berjanji, aku akan membalaskan perbuatan mereka seratus kali lipat!" Lalu Martis menoleh ke arah Elnara dan Aidit. "Elnara, Aidit, kalian berdua bersiaplah. Kalian maju serempak!" Elnara dan Aidit mengangguk, kemudian mereka melompat ke tengah-tengah lapangan. "Kalian sangat kejam!" seru Aidit mengacungkan tombaknya ke sekelilingnya. Kemudian terdengar sorakan dari semua warga desa di sana. Lalu ada satu orang Peri Kegelapan yang juga melompat ke tengah-tengah lapangan itu. "Hahaha...! Kalian berdua ternyata cukup bernyali juga

  • Pengendali Sistem Terkuat   965. Diserang

    Dan saat mereka baru saja tiba di Desa Peri Kegelapan, mereka langsung disambut dengan serangan dari warga desa itu. "Pemanah! Tembak...!" Terdengar suara teriakan seorang pria memberi perintah untuk menembakkan panah api ke arah Martis dan yang lainnya. Ratusan anak panah menghujani Martis dan yang lainnya. Karena serangan ini dadakan, beberapa dari mereka ada yang terluka, bahkan ada yang meregang nyawa. "Kalian sangat kejam!" seru Sang Komandan dengan amarah memuncak saat melihat rekannya tewas tertusuk beberapa anak panah di depan matanya. Setelah ratusan anak panah itu selesai ditembakkan, keadaan sempat hening sejenak. Namun Martis memecahkan keheningan itu dengan melesat sangat cepat ke arah para pemanah yang ada di atas benteng tembok. Slash...! "Tusukan Api...!" Martis terus menusukkan tombaknya terus menerus, dan ia berhasil membunuh puluhan orang dalam sekali gerakan. "Kurang ajar?! Siapa orang itu?!" tanya seorang peri yang nampaknya adalah Pemimpin para pema

  • Pengendali Sistem Terkuat   964. Peri Kegelapan

    Komandan itu memberitahu pada Martis tentang kabar yang ia terima. "Ini buruk, Martis," ucapnya. "Sepertinya perjalanan kita menuju Istana Peri akan tertunda." "Memangnya ada apa, Komandan?" tanya Martis penasaran. "Lihatlah isi surat ini." Komandan itu menyerahkannya pada Martis. Lalu ia menjelaskan pada Martis lebih detail. Menurut penjelasan Komandan itu, Martis dapat menyimpulkan bahwa mereka harus membantu pasukan lain yang meminta bantuan. "Komandan, apakah jarak mereka dengan kita masih jauh?" tanya Martis. "Agak jauh, makanya kita harus bergegas. Kalau begitu ayo, kita pergi ke arah Wilayah Selatan." Karena tak mau membuang waktu, Komandan itu langsung mengubah arah perjalanan mereka. Rupanya, mereka menuju sebuah desa di wilayah bagian selatan. Di sana sedang terjadi kekacauan. Kekacauan itu disebabkan dengan ricuhnya saat mengadakan tes ujian Perekrutan. Sambil terus berjalan, Komandan menceritakan pada Martis tentang desa itu. Desa itu bernama desa Peri Kege

  • Pengendali Sistem Terkuat   963. Sebuah pesan

    Martis lalu mengajak Komandan itu untuk agak menjauh. Lalu ia membisikkan pada Komandan itu. "Aku ingin Komandan berjanji tentang suatu hal padaku." Martis berhenti sejenak, lalu ia mengeluarkan sebotol ramuan dari sistemnya, namun ia berpura-pura seakan ramuan itu ia keluarkan dari tas kecil di pinggangnya. "Komandan lihat botol kecil ini. Ini adalah ramuan rahasia yang tak sengaja aku temukan ketika baru saja aku tiba di sini. Dan ramuan ini sangatlah mujarab. Aku ingin memberikan ramuan ini pada Muridku. Nah..., aku ingin, Komandan merahasiakan tentang hal ini." Komandan itu mengambil ramuan yang Martis tunjukkan. "Memangnya, semujarab apa ramuan ini, Martis?" tanya Sang Komandan penasaran. "Komandan lihat saja nanti. Tapi ingat, tolong rahasiakan hal ini. Dan juga, beritahu pada rekan kita yang lainnya." Komandan itu mengembalikan sebotol ramuan tadi pada Martis. "Baiklah, aku berjanji akan merahasiakan hal ini. Kalau begitu, ayo kita lihat apa yang bisa dilakukan oleh ramuan m

  • Pengendali Sistem Terkuat   962. Martis Vs Anaconda

    Hujan semakin deras, membasahi tubuh Martis yang tegap berdiri di hadapan anaconda yang terluka namun masih mengancam. Air hujan bercampur dengan darah Aidit yang telah dibawa menjauh oleh Elnara dan Komandan. Kegelapan malam dan kilatan petir sesekali menerangi pemandangan mengerikan itu. Anaconda itu kembali mendesis, matanya kini berubah menjadi hitam menyala dengan tatapan penuh amarah. Ia mencoba untuk bangkit, namun tubuhnya masih terasa sakit akibat ledakan tadi. Martis menarik napas dalam-dalam, tangannya mengepal. "Ini saatnya." Martis rupanya masih penasaran, ia menggunakan tombaknya lagi untuk menyerang tubuh anaconda itu. "Tusukan Api...!" teriaknya dengan mata melotot. Namun anaconda itu menggunakan ekornya untuk menyerang Martis. Martis dengan cepat mengeluarkan sebuah perisai dari sistemnya. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku hanya dengan itu?" suara Martis terdengar lantang, meskipun terhalang oleh suara hujan. Sebuah cahaya biru samar mulai mengelilingi tubuh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status