Share

03. Uang

Tring!

"Selamat! Hadiah dari tugas pertama telah diterima oleh Martis."

Suara sistem kembali terdengar di telinga Martis.

Martis melihat ada sebuah buku. Dan ternyata ketika dibuka dan membacanya itu terlihat seperti buku tabungan. Dan terselip sebuah kartu di dalam buku itu.

"Eh...? Ini apa? Ini seperti kartu-kartu yang digunakan oleh orang-orang kayak itu. Bukankah ini untuk menarik uang?"

Martis membaca lagi buku itu. Ternyata di sana juga ada panduan bagaimana cara menggunakannya.

"Jadi begitu. Kalau begitu aku coba lihat deh. Cek Saldo!" ucap Martis.

Setelah mengatakan itu, sistem muncul di hadapannya dan memperlihatkan saldo yang dimiliki Martis. Ia juga penasaran berapa uang yang ia dapatkan setelah menyelesaikan tugas pertamanya tadi.

"Wah! Ini..., ini banyak sekali!" ucap Martis.

Martis melihat kalau sistem menampilkan saldo miliknya ada sepuluh juta. Wow! Hanya push-up seratus kali langsung mendapatkan uang sepuluh juta?

"Aku bisa kaya mendadak kalau begini terus! Hahaha...! Tapi tunggu, kartu ini..., bisakah aku pakai? Bagaimana kalau uangnya tidak ada?" ucap Martis.

"Ah, aku coba saja besok. Kalau aku bisa mengambil dari mesin uang itu, tandanya sistem memang nyata," gumam Martis.

Karena sangat bersemangat melihat-lihat informasi yang ada di dalam sistem, Martis pun akhirnya tertidur sampai larut malam.

Marta masuk ke dalam kamar anaknya itu dan membalutkan tubuh Martis dengan selimut. Setelah mengecup kening Martis, Marta pun kembali ke kamarnya.

***

Besok paginya, Martis terlihat sangat ceria.

"Selamat pagi Ayah, Ibu!" seru Martis.

"Pagi juga. Wah, nampaknya anak Ibu ini sedang bahagia. Benarkah?" goda Marta.

"Hehehe..., iya Ibu. Ibu benar. Aku memang sedang merasa bahagia. Bahagia sekali bahkan!" jawab Martis.

Setelah sarapan, kedua orang tua Martis seperti biasa pergi ke toko kue milik mereka. Jaraknya lumayan jauh dari rumah. Sedangkan Martis biasanya pergi keluyuran entah ke mana. Keseringannya Martis akan pergi ke pasar. Karena jika ada yang membutuhkan bantuan maka Martis lah yang akan membantu. Lumayan bila membantu-bantu di pasar Martis bisa mendapatkan uang dari upahnya. Walaupun kecil, tapi cukup untuk Martis gunakan membeli kebutuhan sehari-harinya.

Terkadang Martis juga pergi ke toko kue orang tuanya untuk membantu.

Namun hari ini, nampaknya Martis ingin mencoba mengambil uang dari kartu yang ia dapatkan dari sistem semalam.

"Aku akan coba. Kalau saja berhasil, aku ingin membelikan pakaian dan makanan enak untuk Ayah dan Ibu!" gumam Martis. Ia memandangi kartu itu kemudian keluar rumah menuju tempat pengambilan uang.

Ketika di sepanjang jalan Martis sambil membaca-baca panduan di dalam sistem cara pengambilan uang. Karena ini memang pertama kalinya, Martis merasa gugup dan takut lupa bagaimana caranya.

Beberapa puluh menit kemudian Martis pun sampai di tempat mesin penarikan uang.

"Hahaha...! Hey teman-teman, lihat siapa ini? Hahaha...! Ada anak cacat! Hahaha...!" ucap Markus.

"Hahaha...! Hey, mau apa kau kemari? Mau mengemis? Hahaha...!" ucap Adi.

"Hahaha...!" Lalu yang lainnya ikut tertawa.

"Bukan urusan kalian!" jawab Martis dengan nada ketus.

"Apa-apaan tatapanmu itu?" ucap Markus.

Bugh!

Markus mendorong bahu kanan Martis. Tapi ternyata tubuh Martis tidak jatuh. Bahkan tidak bergerak sedikitpun. Martis pun menyeringai.

"Hey! Cepat maju! Yang antri bukan hanya kalian saja tahu!"

Namun dari belakang ada suara orang yang berteriak.

Martis pun maju dan masuk ke dalam bilik mesin pengambilan uang.

"Cih! Sejak kapan anak cacat miskin itu memiliki kartu? Apakah dia mencuri?" ucap Markus.

"Entahlah Markus. Eh..., tapi Markus bukankah ini baik?" ucap Adi.

Adi dan Markus saling pandang dan kemudian tertawa.

"Hahaha...!"

"Kau pasti sepemikiran denganku, bukan? Hem?" tanya Adi.

"Tentu saja. Kalau begitu, cepat kalian tunggu anak cacat miskin itu. Adi, kau ajak Jajat ke arah sana. Dan Febri, kau ajak Didit ke arah sana. Awasi lewat mana anak itu pergi," ucap Markus.

Kemudian teman-teman Markus pun berpencar. Mereka menunggu di depan gang guna menunggu Martis. Ternyata mereka berlima berniat ingin merampas uang yang Martis ambil dari mesin pengambil uang tadi.

Dan benar saja, beberapa menit kemudian Martis berjalan dan pergi dari sana. Kebetulan arah yang dituju Martis adalah arah di mana Adi dan Jajat sudah menunggu.

"Hahaha...! Kau lewat sini ternyata," ucap Adi.

Suwiwit...!

Jajat membunyikan kode dari mulutnya. Dan tak lama kemudian Didit dan Febri pun datang ke sana.

"Mau apa kalian? Kenapa kalian terus menggangguku? Kali ini, aku sarankan kalian jangan usil lagi kepadaku. Kalian akan menyesal kali ini. Percaya atau tidak? Hem?" ucap Martis dengan santai. Kali ini Martis merasa tenang dan sangat percaya diri.

"Hahaha...! Bualan macam apa lagi kali ini? Apa kau mengancam kami? Hu..., takut..., hahahaha...!" jawab Adi.

"Nampaknya ada seorang pencuri nih di sini, wah wah wah...! Bagaimana ini teman-teman?" ucap Jajat.

"Eh..., di mana? Di mana pencurinya?" ucap Adi.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rendi OP
terima kasih kakak...
goodnovel comment avatar
Wahyudi Hasbul
seru banget ceritanya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status