Share

Bab 5

Penulis: Masatha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-06 00:49:57

Adinda memang sangat lapar, sebab siang tadi saat di pesta dia sama sekali tidak nafsu makan karena perkataan ibunya. Malam ini ibunya bersikap baik, bahkan sampai mengambilkan nasi goreng dan kue sehingga tekanan yang mengendap di benaknya menghilang.

"Sudah selesai mandi?" tanya Diajeng.

"Sudah, Bu."

"Ayo makan!" 

"Terima kasih, Ibu. Emh, ibu nggak mau makan sekalian?" tanya Adinda.

"Sudah kenyang," balas Diajeng.

Adinda tersenyum, diapun segera menyantap apa yang ibunya siapkan. 

"Ayo diminum teh hangatnya," sela Diajeng membantu mengambilkan gelasnya.

Adinda sangat senang, pasalnya sudah lama ibunya tidak seperhatian ini.

"Ibu kenapa malam ini berbeda sekali?" tanya Adinda heran.

"Ibu hanya merasa lega, akhirnya kakak kamu sudah berhasil menikah dengan Satya. Dengan begitu kakak kamu tak perlu khawatir akan masa depannya lagi sebab semua terjamin. Sekarang Ibu tinggal memikirkan kamu."

"Ibu tidak usah khawatir. Selain menjadi guru nanti aku akan membuka usahan sampingan," bujuk Adinda meyakinkan.

"Rencananya kamu mau usaha apa?"

"Aku sangat suka dengan sesuatu yang berhubungan dengan anak-anak. Aku ingin membuka toko khusus perlengkapan bayi dan anak-anak, akan aku jual secara online dan offline," ucap Adinda dengan semangat.

"Tapi membutuhkan modal yang besar itu, kalau cuma buka kecil-kecilan nggak dapat untung. Karena kamu mesti harus menyewa toko, biaya operasional seperti menyewa karyawan," sela Diajeng.

"Aku sudah berbicara dengan ayah dan Kak Rangga, mereka sangat mendukung dan akan memberikan semua modalnya."

"Kamu beruntung masih memiliki ayah dan Kakak yang peduli. Sementara Amanda? Dia sampai mengorbankan dirinya sendiri demi karir, punya ayah pun sama sekali tidak berguna malah menyusahkannya," gumam Diajeng.

"Tapi sekarang Kak Amanda punya Kak Satya yang akan selalu mendukungnya."

"Kamu benar, itulah kenapa mereka tidak boleh sampai bercerai. Karena efek Satya sebagai CEO di agensi hiburan sangat berpengaruh untuk kesuksesan kakak kamu," balas Diajeng.

"Kak Satya terlihat jelas mencintai Kak Amanda, begitu juga sebaliknya. Aku yakin mereka akan baik-baik saja," timpal Adinda.

"Adinda ... "

"Iya, Ibu?" 

"Ibu sayang sama kamu, maaf kalau selama ini terkesan ibu pilih kasih. Hanya saja kakak kamu membutuhkan perhatian yang lebih karena dia hanya punya ibu. Sedangkan kamu masih memiliki banyak orang yang sayang padamu selain ibu," tutur Diajeng.

"Iya, Ibu. Aku mengerti kok."

"Kamu memang anak yang baik, maaf dengan perkataan ibu yang kasar dan sangat menyakiti perasaan kamu ya?" bujuk Diajeng lagi.

"Iya, Ibu. Aku sudah memaafkan Ibu. Aku juga sangat sayang sama Ibu."

Usai selesai makan, ibunya memberikan sebuah pil.

"Ini apa, Bu?" 

"Vitamin kesehatan, biar capek-capek kamu hilang. Ibu tadi juga sudah meminumnya," tutur Diajeng.

"Baiklah, Ibu. Aku akan meminumnya sekarang."

"Oh iya, kakak kamu beli parfum mahal-mahal tapi katanya suaminya nggak suka. Diberikan ke Ibu, tapi Ibu sudah terlalu tua untuk memakai aroma yang terlalu wangi," sela Diajeng lagi.

"Ya sudah biar aku pakai saja, sayang kalau dibuang."

Diajeng menyemprotkan parfum tersebut ke badan Adinda. " Bagaimana? Wangi sekali bukan?"

"Iya, Ibu. Pilihan kakak memang selalu berkelas," ucap Adinda senang sambil memperhatikan botol parfumnya yang bentuknya juga cantik.

Tetapi tiba-tiba saja Adinda merasa pusing. 

"Bu, kenapa kepala aku pusing ya?" tanya Adinda sambil memijat kepalanya.

"Mungkin kamu kecapean, ayo Ibu bantu tiduran di kamar," bujuk Diajeng.

Adinda pun patuh, dia segera rebahan di ranjangnya. Tubuhnya terasa lemas, tulang-tulang seakan menjadi jelly yang lunak. Bahkan untuk bergerak saja rasanya tidak memiliki tenaga. 

"Bu, AC nya mati ya? Kenapa panas sekali?" gumam Adinda.

Meskipun Adinda memejamkan matanya, tetapi dia masih memiliki sedikit kesadaran. Dia mendengar ada suara kakaknya yang masuk ke dalam kamar.

"Bagaimana, Bu?" 

"Sudah beres."

"Ayo pindahkan Adinda ke kamar aku," ajak Amanda.

"Ayo," balas Diajeng.

"Bu, Kak, kalian mau bawa aku kemana?" lirih Adinda.

"Maaf, Dek. Tapi Kakak tidak punya pilihan lain. Tolongin kakak sekali ini saja, kedepannya Kakak akan lebih sayang padamu dan membelikan apapun yang kamu mau," jawab Amanda.

"Jangan, Kak. Aku nggak mau," tolak Adinda mencoba untuk melawan. Sayangnya tenaganya yang hilang tidak akan mampu melawan kakak dan ibunya.

"Adinda, kamu masih punya ayah yang kaya raya. Tak masalah kalau kamu mendapat lelaki yang miskin. Tapi berbeda dengan kakak kamu, dia tidak punya siapa-siapa untuk diandalkan kecuali Satya," bujuk Diajeng.

"Kenapa kalian jahat padaku, aku nggak mau," tangis Adinda. 

Sayangnya semua sudah terlambat, mereka memasukkan secara paksa Adinda ke sebuah kamar pengantin yang remang-remang. Dia di kunci dari luar. 

Adinda mencoba menggedor-gedor pintu, tetapi mereka sama sekali tidak peduli. 

"Kak ... Ibu ... Kenapa kalian tega sama aku," tangis Adinda. 

Efek obat semakin kuat, Adinda tidak tahan lagi. Kesadarannya semakin lama semakin memudar. Dia butuh sesuatu yang bisa melepaskan dahaga hasratnya.

Adinda tidak bisa menopang tubuhnya sendiri, dia bersandar pada pintu sambil memeluk dirinya sendiri yang sangat membutuhkan sentuhan.

"Apa yang sudah Ibu berikan padaku? Kenapa aku jadi begini?" gumam Adinda. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengganti Di Malam Pertama    Bab 7

    Sebelum kesadaran Adinda pulih sepenuhnya, dia sudah diserang oleh rasa perih dan ngilu pada bagian bawah inti Tubuhnya. Dia kebingungan, mencoba mencari kebenaran antara mimpi atau kenyataan.Sampai saat sebuah ingatan tentang semalam muncul, Adinda segera membuka matanya. Akan tetapi kondisi masih seperti semalam, remang-remang. Dia bahkan tidak bisa melihat wajah seseorang yang kini mendekapnya. Adinda bisa merasakan, jika tubuh mereka saling menyatu tanpa adanya kain penghalang.Tidak salah lagi, ibu dan kakaknya benar-benar telah mengorbankan dirinya. Jantung Adinda berasa remuk, hancur lebur oleh rasa kecewa dan amarah."Aku tidak pernah menyangka, jika kebaikan ibu yang tiba-tiba itu hanya sebuah sandiwara untuk membuat aku lengah. Ibu—kenapa kau tega padaku?" tangis Adinda sembari menutup mulutnya sendiri agar tidak menimbulkan suara.Adinda pun berusaha untuk menyingkirkan tangan kekar kakak iparnya dari perutnya secara perlahan."Amanda sayang, mau kemana?" Suara lelaki de

  • Pengganti Di Malam Pertama    Bab 6

    Apakah Amanda baik-baik saja saat menjebak adik serta suaminya sendiri untuk menghabiskan malam bersama? Tentu saja tidak. Hatinya begitu hancur telah mengkhianati mereka berdua. Dia juga cemburu.Tetapi Amanda tidak punya pilihan lain. Dia terlalu mencintai Satya. Apapun yang terjadi dia akan mempertahankan lelaki tersebut. Dan demi menjamin keharmonisan keluarga dia harus melakukan ini, membuktikan jika dirinya ada gadis polos yang suci seperti yang selama ini dia tunjukkan pada Satya.Bukannya Amanda tidak mempercayai cinta tulus dari Satya, melainkan dunia mereka sangat berbeda. Satya terlahir dari keluarga terhormat, meskipun kaya raya dan memiliki paras yang tampan tetapi Satya lelaki yang menjunjung tinggi kehormatan dirinya. Satya bukan lelaki sembarangan yang mau menyentuh perempuan lain. Bahkan selama Amanda dan Satya berpacaran, mereka belum pernah sama sekali berciuman. Bahkan saling bersentuhan tangan saja teramat jarang. Lalu bagaimana jadinya jika nanti saat malam pe

  • Pengganti Di Malam Pertama    Bab 5

    Adinda memang sangat lapar, sebab siang tadi saat di pesta dia sama sekali tidak nafsu makan karena perkataan ibunya. Malam ini ibunya bersikap baik, bahkan sampai mengambilkan nasi goreng dan kue sehingga tekanan yang mengendap di benaknya menghilang."Sudah selesai mandi?" tanya Diajeng."Sudah, Bu.""Ayo makan!" "Terima kasih, Ibu. Emh, ibu nggak mau makan sekalian?" tanya Adinda."Sudah kenyang," balas Diajeng.Adinda tersenyum, diapun segera menyantap apa yang ibunya siapkan. "Ayo diminum teh hangatnya," sela Diajeng membantu mengambilkan gelasnya.Adinda sangat senang, pasalnya sudah lama ibunya tidak seperhatian ini."Ibu kenapa malam ini berbeda sekali?" tanya Adinda heran."Ibu hanya merasa lega, akhirnya kakak kamu sudah berhasil menikah dengan Satya. Dengan begitu kakak kamu tak perlu khawatir akan masa depannya lagi sebab semua terjamin. Sekarang Ibu tinggal memikirkan kamu.""Ibu tidak usah khawatir. Selain menjadi guru nanti aku akan membuka usahan sampingan," bujuk Ad

  • Pengganti Di Malam Pertama    Bab 4

    Pernikahan seorang CEO agensi besar dan artis ternama tentu saja sangat meriah. Banyak wartawan yang datang untuk mengabadikan momen mereka menjadi berita di media.Adinda mendampingi Amanda, menuntun sang kakak berjalan bersama ibunya untuk diserahkan ke Satya Pranama."Nak Satya, tolong sayangi dan lindungi Amanda ya? Selama ini dia sudah hidup menderita," pinta Diajeng berurai air mata."Tentu Ibu, aku sangat mencintai Amanda," jawab Satya.Pernikahan yang sakral dan mengharukan, Adinda tak berhenti berdoa demi kebahagiaan sang kakak.Para tamu pun mengagumi kecantikan Amanda, sebagai artis semakin bertambahnya usia memang Amanda semakin cantik karena merawat tubuhnya dengan baik sampai menghabiskan biaya yang banyak.Adinda dan Amanda, meskipun terlahir dari rahim yang sama tetapi kepribadian mereka sangat bertolak belakang. Jika Amanda begitu mekar seperti bunga teratai yang penuh percaya diri, maka Adinda seperti putri malu yang jika disentuh sedikit langsung menutup diri."Adin

  • Pengganti Di Malam Pertama    Bab 3

    Pukul empat pagi MUA yang akan merias Amanda sudah datang. Adinda sebagai adik juga ikut membantu mempersiapkan kebutuhan kakaknya sebaik mungkin."Adinda, kamu cek lagi tas kakak kamu. Jangan sampai ada barang penting yang ketinggalan!" titah Diajeng."Iya, Ibu.""Setelah itu kamu masak makanan kesukaan kakak kamu, sebelum berangkat ke gedung pesta kakak kamu sudah harus sarapan!" timpal Diajeng lagi."Iya, Ibu."Pukul enam pekerjaan Adinda sudah selesai. Diapun segera mengambilkan kakaknya sarapan karena nanti setelah di gedung pesta pasti kakaknya tidak mau makan demi menjaga riasan. "Kak ayo makan dulu," ucap Adinda."Iya, Dek. Terima kasih banyak ya.""Kakak cantik sekali hari ini," timpal Amanda kagum."Karena make up nya bagus, nanti kamu kalau pakai make up juga cantik," balas Amanda.Saat Adinda mau keluar dari kamar kakaknya, tiba-tiba muncul Diajeng dari belakang."Adinda, kamu suapin kakak kamu dong. Jangan sampai gaunnya kotor!" sela Diajeng."Aku bisa makan sendiri, Bu

  • Pengganti Di Malam Pertama    Bab 2

    Adinda dan Amanda—Sebenarnya hubungan mereka selama ini baik. Meskipun mereka bukan dari ayah yang sama. Amanda menjadi sosok yang mengayomi, sementara Adinda adik yang patuh.Awalnya Adinda mengira jika ibunya lebih sayang terhadap kakaknya karena ayah kandung kakaknya bukan sosok ayah yang baik. Sementara ayah Adinda baik, masih memberikan perhatian sekalipun sekedar lewat telepon. Tetapi perbedaan itu semakin jelas ketika karir Amanda naik dan mendapatkan calon suami seorang CEO di agensi hiburan yang besar. Dan puncaknya malam ini, ketika ibunya memaksa dia untuk memenuhi permintaan Amanda yang dirasa keluar dari batas norma agama. Setelah bertengkar hebat Adinda menangis sambil memeluk bantal gulingnya, dalam hati bertanya-tanya apakah memang benar baktinya selama ini tidak pernah terlihat?Adinda dengan senang hati mencuci pakaian untuk ibunya, memasak, membersikan rumah dengan rapi, bahkan ketika ibunya sakit Adinda merawat sebaik mungkin, membersihkan bekas muntahan, memandi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status