Share

Part 3. Bertemu

last update Last Updated: 2023-05-19 16:14:46

Matahari Sabtu kali ini masih malu-malu memancarkan sinarnya. Walau sudah pukul 11.00 siang namun hawanya masih seperti pukul 07.00 pagi. Weekend pertama tanpa Mas Reno. Entah dimana dia, setiap detik rasanya masih memikirkan lelaki berhidung mancung itu.

Hari ini malas sekali rasanya berkegiatan. Ku ambil gawai di atas nakas, yang dari semalam sepulang kerja tak kusentuh. Ku buka aplikasi icon berwarna hijau sambil berselonjoran di tempat tidur, banyak chat yang masuk mulai group SD, SMP, SMA, kuliah, sampai group kantor, dan ada beberapa chat pribadi. Tetapi, mata ku tertuju pada pesan dari sosok yang selalu dikangenin. Dia Reisya.

[Rin, Sabtu ini ada acara nggak? Ketemuan yuk, mumpung aku lagi di Jakarta!] 

Duh Reisya, kok kamu selalu ada di saat yang tepat sih. Ku balas pesan darinya.

[Haa! Lu di Jakarta? Oke, kita ketemunya di tempat biasa aja yah Rei, sekitaran pukul 14.00 aja ketemuannya]

[Iye, sampai ketemu nanti yah] balasnya lagi

Reisya adalah teman seperjuanganku sewaktu masih kuliah dulu. Pertemuan tidak terduga sebagai mahasiswa baru kala itu, awal dari persahabatan kami sampai saat ini. Dia juga salah satu saksi perjalanan cintaku dengan Mas Reno.

Ah, lagi-lagi kamu Mas. Andai saja kemarin kamu mau mendengarkan sedikit penjelasan ku, mungkin cerita weekend ini akan berwarna.

***

"Baaaaarrr" Reisya mengagetkanku dari belakang sembari memukul pundak keringku.

"Astagfirullah, kamu Rei, ih. Eh tumbenan nih main ke Jakarta? Kangen banget lho gue sama elu." kupeluk tubuh dia yang agak berisi itu.

"Iya nih, ada urusan kerjaan. Lumayan lah sambil liburan. Hampir seminggu gue di sini besok juga balik." pungkas Reisya, lalu menyedot juice alpukat kesukaannya dari dulu.

"Wah parah lu, udah hampir seminggu di sini baru ngabarin gue. Terus lu kapan nikah? Udah nemu sama pria idaman lu?"

"Hok, hok, hok, a-apaan sih lu Rin,  Na-napa nanya so-soal itu sih ah. Pertanyaan lu bikin gue tersedak gini."

"Lah, wajar dong gue pengen tau, kali aja lu udah nemu." cecarku

"Sabar dong Neng, lu udah sama kayak emak gue, nanyain itu mulu. Eh, ngomong-ngomong gue nggak lagi ganggu weekend lu sama Reno kan?"

Ya ampun kenapa Reisya pakai sebut-sebut nama Reno segala sih, bikin mood gue jadi berantakan.

"Oooii, bengong aja lu, gue nanya ini nanya. Eh bentar-bentar itu muka kenapa jadi badmood gitu Rin. Lu lagi ada masalah?" cecar gadis berambut potongan dora itu.

"Ah enggak, nggak kenapa-kenapa kok" ku palingkan wajah dari Reisya berharap dia tidak menaruh curiga dengan sikapku.

"Lu yakin nggak mau cerita sama gue, Rin?" nada suara Reisya yang merendah membuat dada ini semakin sesak dan airmata pun tak terbendung lagi.

"Rin, lu kok nangis sih? Kenapa? Ada apa? Cerita dong sama gue!" tubuhku dipeluk Reisya airmata pun semakin pecah membasahi bajunya.

"Gue, gue, gue ditalak sama Mas Reno, Rei."

"Haa! Apaa! Di-ditalak? Kenapa bisa?" Reisya seakan tak percaya dengan apa yang aku ucapkan, dia mengguncang tubuhku.

"Iya, ini hanya salah paham. Tapi Mas Reno tidak mau dengerin penjelasan gue, Rei." lirihku

"Apanya salah paham Rin?" Reisya semakin penasaran dengan apa yang sudah terjadi.

Jadi waktu itu........

"Bentar Rin, cowok gue nelfon. Gue angkat dulu yah" Reisya memotong pembicaraan ku.

Selang semenit ....

"Gimana-gimana tadi Rin. Eh iya, cowok gue mau ke sini lu nggak apa-apa kan kalau dia gue ajak gabung sama kita. Biar lu tahu juga siapa pasangan gue sekarang." 

Sekejab ku seka airmata yang sedari tadi mengucur deras. "Haa, lu udah punya cowok? Terus cowok lu di sini juga? Kok lu nggak pernah cerita sama gue sih, Rei. Kerja di sini cowok lu?" cecarku.

Rasa sedih tadi berubah menjadi haru, aku yang tadinya sendu, sedikit terhibur mendengar pernyataan Reisya. Sahabatku ini memang tidak mudah untuk jatuh cinta, sama hal nya dengan aku.

"Lah, kok jadi bahas gue sih. Kan cerita lu lebih penting, Rin. Eh Rin, itu cowok gue udah datang." sahut Reisya, sembari menyubit tanganku.

Posisi ku yang membelakangi pintu masuk, tentu tidak melihat siapa saja yang lalu lalang masuk ke restoran tempat kami nongkrong. Dan.....

"Rin, kenalin ini cowokku." 

Sewaktu mau berdiri dan mengulurkan tangan untuk bersalaman, mataku membeliak sosok lelaki yang ku kenal berdiri di depan ku dan dia adalah cowok dari sahabatku sendiri. Oh Tuhan, mengapa begitu rumit masalah yang ku hadapi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
jess
setuju. gak jelas karakternya.
goodnovel comment avatar
Bocah Ingusan
tokohnya bego tak sok hebat. ga layak baca
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
sapa tuh cowok sahabatny Rin ya jadi penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Mau Miskin ataupun Bahagia, Aku Pilih Jalan Sendiri!

    Bab 12"Kamu beneran sudah gila ya, Lita! Mama pikir kamu bisa berpikir jernih sedikit, mengalah sedikit, apa kamu beneran nggak takut jadi janda dan hidup melarat?" serang Ririn dengan penuh amarah.Dia memang takut miskin karena mengingat hidupnya yang begitu susah dulunya.Lita mengendikkan bahu dengan angkuhnya."Aku memang sudah gila!""Kan berulang kali aku bilang sama mama, kalau aku nggak peduli. Mau hidup miskin ataupun kaya, terserah kedepannya. Aku capek diatur terus-terusan, aku yang lebih tahu kebahagiaan ku sendiri.""Sebelum Mas Ammar yang ceraikan aku, aku yang lebih dulu ceraikan dia, karena aku akan menikah dengan lelaki pilihanku!" erang Lita hilang kendali."Jangan bertindak bodoh kamu! Pikirkan lagi ucapan kamu itu Lita! Laki-laki itu pasti baru kamu kenal, nggak akan ada laki-laki yang nerima perempuan apalagi janda dengan segampang itu. Kamu nggak mikir efeknya nanti gimana?""Sudahlah, Ma. Aku capek berdebat terus dengan mama. Lagian hutang-hutang mama juga ham

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Diberi Nama Argantara

    Bab 11[Mas ... dimana? Aku lagi bete nih! Bisa keluar nggak]Lita mengirim pesan pada seseorang beberapa saat setelah menenggak habis minumannya. Tak perlu sepertinya Lita menunggu, selang satu menit, pesannya pun terbalaskan.Seperti tak kenal waktu, padahal sudah menunjukkan pukul satu dini hari.[Kan tadi abis jalan. Kok masih bete sih?] Balas seseorang yang diberi nama Argantara.[Tau gini mending aku nggak pulang tadi.] Balas Lita cepat.[Terus gimana? Mau keluar lagi?][Iya.][Oke. Aku otewe]Sembari menunggu jemputan dari lelaki yang baru dikenalnya selama seminggu ini, Lita menunggu lantai dua untuk mengambil tasnya. Dia berjalan mengendap-endap supaya langkah kakinya tak terdengar oleh Ririn sang mama.Dengan pelan dia menekan handle pintu dan membukanya sedikit saja. Tampak Ririn sudah tidur dengan posisi terlentang. Tak ingin ketahuan, Lita buru-buru menyambar tas yang ada di nakas.[Dimana? Aku udah siapa]Pesan yang dikirim Lita cukup lama dibalas, hingga ... terdengar b

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Arumi Dibawa Pergi

    Bab 10"Nggak cuma tanya apa ada yang mau nitip makanan, gue jawab aja langsung enggak.""Ooh ...." Lita sama sekali tak curiga dengan gerak-gerik teman kerjanya itu. Dia kembali berkutat pada ponselnya.[Ta, mama telponin daritadi nggak diangkat-angkat][Mama mau ngasih tau, mertua sama Arumi dan baby sitter kamu keluar dari rumah][Mama sempat nanya, tapi mertua kamu diam aja. Coba deh kamu telpon mertua kamu?]"Mama lebay banget deh ah. Perkara mereka keluar rumah aja pake lapor. Nggak ada apa hal yang lebih penting," ngomel Lita seraya membuka aplikasi lainnya."Masalah lagi?" tanya Dea."Ya biasalah, nyokap gue orang paling lebay. Masa iya, mertua, anak, dan baby sitter keluar rumah pake ngelapor segala ke gue. Kan nggak penting banget ya," jelas Lita dengan suara sedikit tinggi."Yaelah. Gitu aja lu sensi amat. Wajar aja lah emak lu lapor, kan mertua lu bawa anak lu keluar rumah, emangnya lu nggak mikir gimana gitu, khawatir paling tidak," sahut Dea seraya menyunggingkan sedikit

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Sepucuk Amplop Putih

    Bab 9"Lita ... Lita ..., bangun kamu! Heh!" Ririn mengguncang tubuh anaknya yang baru saja terlelap."Dasar kebo ya kamu, ditinggal sebentar ke bawah, langsung molor," sengit Ririn."Apa sih, Ma. Orang ngantuk juga." Lita menyentak tubuhnya. Tangan Ririn terlepas."Ammar mau menceraikan kamu!" ucap Ririn tanpa basa-basi."Hah?" Lita terduduk, dengan wajah masih berpoles make up dan rambut acak-acakan. "Jangan bercanda, Ma!" ucapnya tak percaya."Serius, tadi Ammar bilang, kalau kamu tidak berubah, bisa jadi kalian akan bercerai."Seolah seperti orang baru sadar, Lita mengibas angin tepat di depan wajah Ririn."Halah, paling juga ancaman belaka, Ma. Mana mungkin dia akan menceraikan aku. Lagian nih, pasti auto malu lah, dia kan tahu gimana rasanya punya orang tua nggak lengkap. Aku yakin, dia tidak akan melakukan hal itu, kalau dia sayang Arumi, aku yakin dia tidak akan memberikan Arumi orang tua yang tidak lengkap." Begitu percaya dirinya Lita berucap."Jika benar itu terjadi bagaima

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Apa Hanya Sekedar Ancaman?

    Bab 8"Buka mata kamu, Mmar. Apa iya pantas istrimu bicara seperti itu sama bunda?"Viola tak tinggal diam, terasa dipojokkan oleh Lita."Neng Viola harusnya juga buka mata, jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga, jangan karena Lita ingin istirahat sebentar, Neng Viola jadikan itu Boomerang," balas Ririn tegas."Kenapa kamu diam, Mmar?""Lihat istrimu Lita, bersimpuh meminta pengertianmu, dia rela meminta maaf atas apa yang sebenarnya tidak dia lakukan secara sengaja. Andai bundamu bisa mengontrol diri, tak akan runyam seperti ini," tambah Ririn.Ammar menundukkan kepalanya, melihat sekejap istrinya yang masih bersimpuh dan tak hentinya menangis. Isakkan tangis Lita pun terdengar semakin keras."Bund, kita turun saja dulu!" ajak Ammar memecahkan keheningan yang tercipta beberapa detik."Yuk, mending kita istirahat," sahut Viola dia menyunggingkan ujung bibirnya pada Ririn."Mas ... Mas ... Please, jangan begitu. Aku sedikitpun tidak ada niat mengutarakan ucapan seperti tadi s

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Debat-debat Apaan Itu di Lantai 2

    Bab 7"Eh, Bunda. Duduk sini, Bund. Mau ngomong apaan? Serius nih keliatannya," ucap Ammar seraya menurunkan kedua kakinya yang tadinya berada di kursi kosong."Kamu nggak tidur?" tanya Viola memulai pembicaraan, seraya menduduki kursi yang ada di sebelah kanan."Nanti lah, Bund. Bunda kenapa nggak tidur? Udah malam lho, Bund. Apalagi tadi sibuk ngurusin acara Arumi.""Iyaa, bentar lagi bunda tidurnya." Viola menyisir pandangannya, termasuk ke pintu utama yang terbuka dengan lebar."Bunda lagi liatin apa? Katanya tadi mau bicara, bicara apa, Bund?" tanya Ammar mulai penasaran apalagi melihat gelagat bahasa tubuh ibunya yang agak lain."Tadi bunda liat Lita naik ke lantai dua bawa beberapa baju. Emangnya dia mau tidur di atas lagi, Mmar?""Oh itu, iya, Bund. Malam ini dia mau istirahat di kamar lantai atas.""Istirahat gimana? Kalian kan punya kamar? Kenapa pisah kamar lagi kayak kemarin?""Hmm ... cuma malam ini aja kok, Bund. Lita kecapekan kalau tidur di kamar aku, bakalan keganggu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status