Home / Romansa / Pengorbanan istri sang presdir tampan / BAB - 02 Berurusan dengan keluarga problematik

Share

BAB - 02 Berurusan dengan keluarga problematik

Author: shart96
last update Last Updated: 2023-07-24 18:28:49

“Cari penggantiku mas,”ucap Zahra begitu saja terasa tanpa beban.  

Entah apa yang di pikirkan Zahra, namun kalimat itu yang terlintas di benaknya saat merenungkan diri selepas pulang dari Rumah Sakit tadi. Memang benar ada kemungkinan untuk bisa disembuhkan, namun dia juga mempertimbangkan hal tersebut jika sewaktu obat yang akan dikonsumsinya sudah tidak efektif lagi.

“Apa maksudmu berbicara seperti itu?” Mizan semakin emosi mendengar penuturan sang Istri yang menurutnya asal bicara. 

Zahra kini yang tidak bisa membendung lagi air matanya, membiarkan air matanya terjun bebas di kedua matanya yang indah. "Carilah penggantiku dan menikahlah dengannya pilih yang lebih baik dariku mas.” 

“Apa yang sedang kamu pikirkan Zahra? mengapa aku harus menikahi wanita lain?” ucap Mizan semakin tidak percaya.

Sungguh kini Mizan tidak memahami apa yang dipikirkan sang istri, mengapa harus memintanya menikahi wanita lain sedangkan  dia sangat sangat mencintai Zahra. 

“Aku saat ini punya penyakit kanker serviks stadium akhir mas, umurku tidak akan lama lagi,” 

“Itu tidak masalah bagiku sayang, kita berjuang bersama. Aku akan mencarikan Rumah  Sakit terbaik di negara ini, sekalipun harus sampai ke luar negeri  tidak masalah, asal jangan yang meminta hal yang tidak bisa aku kabulkan seperti itu,” Mizan membawa tubuh Zahra ke dalam dekapannya. 

“Tapi aku takut mas,” 

“Jangan takut ada aku yang selalu di sampingmu,” sahut Mizan semakin mengeratkan pelukannya.

Satu tahun telah berlalu setelah di nyatakan positif mengidap penyakit stadium akhir, kini Zahra sedikit mengalami perubahan setelah berobat ke Singapura, saat ini seperti biasa sudah tugasnya menyiapkan  makan  untuknya dan Mizan, padahal sudah sering kali menyuruh agar asisten  di mansionnya saja yang membuatkan makanan  dan menyuruh agar lebih focus saja pada pengobatannya. 

Namun seperti biasa pula Zahra selalu menolak dengan alasan sudah menjadi tanggung jawabnya. 

“Sayang aku hari ini akan lembur, jadi tidak perlu menunggu ku pulang dan menyiapkan makanan, tidurlah lebih awal,” ucap Mizan bersiap untuk pergi bekerja, kini sedang akan sarapan.

“Lembur lagi?” tanya Zahra yang kini sedang menyiapkan nasi dan lauk pauk yang baru saja dia masak. 

“Iya mau bagaimana lagi, project saat ini harus lebih cepat diselesaikan karena sudah ada project lain yang sudah menanti,” 

Ada rasa ingin agar Mizan tidak lembur terus menerus  karena saat ini sudah jarang bisa quality time bersama, namun mau bagaimana lagi karena sudah menjadi tanggung jawab pekerjaannya. 

“Iya sudah kalau begitu hati-hati nanti pulangnya,” 

Beberapa menit berlalu seperti biasa karena sekarang mulai jarang banyak waktu, mereka mencuri-curi waktu untuk sekedar menanyakan kabar saat jam makan, agar komunikasi terus terjalin dengan baik. 

“Aku sudah selesai, terima kasih sarapannya sayang. Aku akan pergi sekarang,” MIzan pun bersiap setelah melihat jam di ponselnya. 

“Tidak perlu berterima kasih, iya sudah aku antar sampai depan,” 

Zahra pun mengantar sang suami berangkat bekerja, setelah pergi kini dia bersiap untuk ke butik. 

Butik yang telah dia kelola sebelum menikah dengan dengan Mizan, tidak setiap hari dia pergi ke butik karena Mizan melarangnya demi kesehatan. Jadi hanya sesekali selebihnya bila ada sesuatu dilakukan secara daring. 

“Selamat pagi bu Zahra,”sapa sang asistennya saat melihat Zahra masuk ke dalam butik. 

“Pagi Mila keadaan butik kemarin aman?” sahut Zahra tidak lupa menyertakan seulas senyum 

“Alhamdulillah butik aman dan lancar bu,” 

“Syukurlah kalau begitu, saya masuk dulu iya kalau begitu.” 

“Baik bu silahkan, oh iya saya sudah menyiapkan teh di dalam bu barusan,” 

“Baik, terima kasih iya,” Zahra pun masuk ke ruangannya dan mulai melakukan kegiatannya dari mendesain dan mengecek ke adaan butik saat ramai pengujung. 

Zahra begitu focus dengan dunianya saat mendesain sampai  tidak terasa hari sudah siang, kalau saja asistennya tidak menegur untuk mengajaknya makan mungkin dia akan tetap focus mendesain beberapa gaun, karena kebetulan hari ini ada beberapa konsumen yang ingin Zahra yang mendesainnya secara langsung. 

“Bu ayo kita makan siang terlebih dahulu,” Ucap Mila yang melihat bosnya belum keluar untuk makan siang. 

“Oh sudah jam makan siang, iya sudah ayo kita pergi cari makan,” Zahra keluar dari ruangannya untuk makan siang. 

Zahra keluar dari butik untuk mencari makan siang, saat di perjalanan dia tidak sengaja menabrak seseorang saat berjalan. 

“Ouh…aku minta maaf tidak sengaja  menabrakmu,” ucap Zahra meminta maaf saat seorang wanita terjatuh saat berpapasan dengannya. 

“Tidak apa-apa saya juga minta maaf karena saya kurang memperhatikan jalan,” sahut wanta tersebut lalu seraya bangun dan menepuk pakaian bagian belakangnya. 

“Apa kamu terluka?” Zahra memperhatikan wanita tersebut takut ada yang terluka. 

“Tidak…aku tidak apa-apa aku permisi sedang buru-buru permisi,” Wanita tersebut pergi meninggalkan Zahra. 

Melihat wanita itu dalam keadaan baik baik saja, Zahra pun kembali menyusuri jalan menuju tempat yang menjadi tujuannya. 

“Jadi dia wanitanya? Menarik, baiklah pemainan akan segera kita mulai,” Wanita tadi berpapasan dengan Zahra tersenyum misterius seraya berjalan menyusuri jalan ke sebuah kafe. 

“Maaf lama.” ucap wanita tersebut menghampiri sebuah meja yang terdapat beberapa orang yang di kenalnya. 

“Tumben dari mana dulu? Tumben mukanya bahagia begitu,” 

“Ada deh rahasia.” 

“Wah Mira kita sudah bisa main rahasiaan sekarang.” 

“Sudahlah bukan hal penting ayo segera pesan biar aku yang traktir hari ini,” Sahut Mira. 

“Wah mantap nih.” 

Jam menunjukkan pukul empat sore, Zahra memutuskan kembali ke mantion karena merasa tubuhnya mulai terasa lelah. 

Baru sampai Zahra sudah di sambut oleh bibi dan keponakan  dari  Mizan yang selalu membuat Zahra selalu memiliki stok kesabaran. 

“Dari mana saja kamu?” tanya Endah bibinya Mizan. 

“Habis pulang dari butik Bi,” sahut Zahra sekenanya. 

“Alah pake alesan ke butik, palingan nongkrong di kafe, ngabisin duit kak Mizan,” tuduh Hilda. 

Dan benar saja baru selesai berbicara padahal dia berkata jujur, sudah mendapatkan tuduhan seperti itu.

“Kenapa kamu bisa berbicara seperti itu? Apa ada buktinya seperti yang kamu tuduhkan itu?” ucap Zahra sedikit kesal karena tubuhnya lelah malah datang di tuduh yang tidak benar.

 “Sudah jangan bicara lagi tolong bawakan minuman saja aku sangat haus!" 

Dengan terpaksa Zahra mengambilkan Minum untuk Endah karena malas untuk berdebat lebih lanjut. dan setelahnya pergi ke kamar membersihkan diri dan merebahkan tubuhnya. 

"Ada apa Bi Endah kemari tanpa memberitahu tidak seperti biasanya," ucap Zahra dalam hati.

"Sudahlah aku lelah lebih baik aku berendam air hangat saja," 

Setelah selesai dengan ritual membersihkan dirinya, Zahra beranjak turun untuk membuat makanan. terlihat Endah dan Hilda masih di ruang tengah. 

"Sepertinya mereka akan menginap," tanpa menghiraukan keduanya, Zahra membuat makanan untuk dirinya sendiri karena Mizan sebelumnya sudah berpesan tidak perlu membuatkannya makanan karena akan pulang larut malam. 

Setelah selesai Zahra pun kembali naik menuju kamarnya berniat memakannya di kamar. 

"Enak banget bikin makanan nggak bagi-bagi," sindir Hilda yang melihat Zahra pergi ke kamarnya membawa makanan. 

"Ada di dapur," sahut Zahra singkat tanpa berbasa-basi lagi. 

Meski tidak begitu akur Zahra tetap berusaha bersikap baik dan selalu membuat makanan untuk Bibi dan anaknya tersebut bila datang ke mansion, selama mereka berdua tidak berulah membuatnya kesal. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengorbanan istri sang presdir tampan   BAB - 32

    Zahra reflek berdiri setengah, mendorong kursinya ke belakang punggung pria itu. Dia kehilangan keseimbangan, jatuh ke lantai, pisaunya terlempar.“Tali saya sekarang sedikit longgar! Mbak, dorong lagi!”Dengan tenaga sisa, Zahra dorong kursinya sekali lagi sampai kursi Mira miring dan tali di tangannya cukup longgar buat dia lepas.Begitu bebas, Mira langsung mengambil pisau dan potong tali Zahra.Dari speaker yang masih menyala samar, suara pria itu mendesis:“Berani sekali kalian...”Lampu kembali menyala mendadak, ruangan disorot putih terang. Zahra dan Mira refleks tutup mata sejenak, lalu sadar di dinding sebelah kanan, ada pintu besi kecil terbuka sedikit.“Itu dia... keluar lewat situ!”ucap Mira mencoba mengatur nafasnya.“Ayo mbak jangan pikir dua kali, kita harus keluar sekarang juga!”sahut Zahra.Mereka berdua mencoba untuk berlari secepat mungkin melewati lorong gelap, langkah kaki menggema dengan nafas memburu. Di belakang, suara pelaku terdengar lagi, makin dekat, makin b

  • Pengorbanan istri sang presdir tampan   BAB - 31

    Kabut tipis menyelimuti halaman kantor polisi sektor timur, di ruang kecil penuh map dan papan investigasi, Inspektur Rian berdiri menatap dua foto. Mira - karyawan perusahaan konstruksi, dan Zahra - pemilik butik di pusat kota. Di meja, dua ponsel korban tergeletak dalam kantong plastik bening, basah oleh sisa hujan semalam. “Dua perempuan, dua tempat berbeda. Namun hilang di malam yang sama,dan dua-duanya mendapatkan pesan dari nomor tidak dikenal.”ucap Rian seraya nyeruput kopi yang sudah dingin “Nomornya sudah bisa kita lacak, pak. Namun sinyalnya hanya muncul selama enam detik lalu mati, seperti sengaja dimatikan.”sahut Dewi penyidik muda. “Sebenarnya enam detik sudah cukup untuk menarik perhatian mereka, sepertinya orang ini ingin menunjukan bahwa pelaku melihat mereka.” Dewi menempelkan peta kota ke papan, dua titik merah muncul satu di dekat gedung perkantoran, dan satu lagi di area butik Zahra. Rian menatap lama, dua titik itu dihubungkan garis tipis dan di tengah-te

  • Pengorbanan istri sang presdir tampan   BAB - 30

    Waktu sudah jam sebelas siang saat Zahra melihat jam di ponselnya, dia langsung bersiap-siap untuk berganti pakaian setelah selesai menata makanannya di dalam box makanan. Zahra kali ini pergi menggunakan supir untuk ke kantor Mizan, karena sang suami masih belum mengizinkannya membawa mobil sendiri. Zahra hanya bisa mengikuti saja yang di minta Mizan toh dirinya juga memang merasa belum mampu membawa mobil sendiri saat ini. Di kantor Mira sudah melihat jam menunjukkan setengah dua belas lebih, dirinya membawa berkas yang akan diserahkan kepada Mizan. Sebelumnya Mizan meminta berkas kerja sama untuk client baru, dan sengaja Mira memberikannya sekarang karena momennya pas “It’s showtime.” gumam Mira bangkit dari tempat duduknya. Mira mengetuk pintu ruang kerja Mizan, setelah dipersilahkan masuk dia masuk dan menutup pintu perlahan. ‘Iya ada apa Mira?” “Ini saya ingin memberikan berkas sampel yang akan diberikan kepada client, saya sudah revisi ulang jika ada yang kurang akan saya

  • Pengorbanan istri sang presdir tampan   BAB - 29

    “Siap kak setelah ini aku langsung hubungi timnya, kita pergi sekarang balik ke butik kak?” “Iya kita balik ke butik sekarang, kerjaan belum.” Keduanya perlahan mulai berjalan keluar melewati beberapa puing yang belum sepenuhnya dibersihkan. “Kak Awas!”teriak Sindy. “Sial—!”ucap Zahra sedikit berteriak karena terkejut.Suara besi terdengar saling beradu. Lalu tubuhnya meluncur jatuh ke bawah, menghantam seng lantai bawah sebelum akhirnya terhempas ke tanah. Zahra tidak bahwa di sekitar sana sebuah lubang yang membuatnya terperosok dari lantai dua ke bawah.Pandangan Zahra mulai kabur, suara sirine jauh entah dari mana. Udara dingin menusuk paru-paru, mungkin Sindy yang buru-buru memanggil mobil ambulance.“Kak Zahra! Kak Zahraaa! kenapa tiba-tiba lari sendiri kaya gitu!”ucap Sindy panik.Dia langsung turun, lututnya gemetar, tapi tangannya nekat meraih wajah Zahra yang penuh darah tipis di pelipis.“Aku... aku nggak bisa gerakin tangan kanan Ndy.”ucap Zahra dengan suara lemah sambi

  • Pengorbanan istri sang presdir tampan   BAB - 28

    “Aku minta maaf kak, seharusnya aku lebih perhatian lagi sama kakak dan seharusnya tadi biar aku saja yang belanja sendiri, sekarang kakak jadi nggak enak badan kaya gini.” ucap Sindy merasa tidak enak. “Kenapa kamu minta maaf, kakak yang ngajak kamu buat belanja kok, kakak beneran nggak kenapa-kenapa mungkin karena faktor cuaca juga jadi sekarang kurang enak badan.” Zahra tersenyum seraya mengelus lengan Sindy agar tidak menyalahkan dirinya sendiri karena kondisinya saat ini. Dirinya juga bingung kepada tiba-tiba seperti itu, padahal saat belanja tadi di supermarket kondisinya dalam keadaan baik-baik saja. “Iya sih akhir-akhir ini cuaca lagi jelek banget, pagi cerah eh siang ke sore kadang hujan deras, kadang sebaliknya juga.”sahut Sindy yang memang merasakannya. Akhir-akhir ini juga sebenarnya dirinya merasa kurang enak badan karena cuaca yang gampang sekali berubah, namun dirinya langsung minum obat sehingga keesokan harinya sudah mendingan. “Nah itu kamu tahu, kan sekaran

  • Pengorbanan istri sang presdir tampan   BAB - 27

    Zahra pun meninggalkan Sindy di dapur menyelesaikan pekerjaannya, dan bergegas menuju kamar untuk istirahat sejenak lalu mulai mempersiapkan pakaian yang akan digunakan Mizan nanti selama bekerja diluar kantor. “Kenapa denganku? apa aku terlalu berlarut karena kepikiran besok Mas Mizan dan Mbak Mira.” gumam Zahra dalam hati saat berjalan menuju kamar.“Sudahlah jangan terlalu overthinking, ingat kondisi kamu sekarang malah semakin memburuk.Jangan terlalu banyak berpikir keras,” Zahra menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur.Di kamar lain, Mira sedang menyiapkan pakaian yang akan dikenakannya nanti selama beberapa hari ke depan diluar kota. Dengan wajah sumringah dia membayangkan beberapa rencananya nanti di luar kota akan berhasil.“Akhirnya waktu itu telah tiba, kali ini rencanaku tidak boleh gagal. besok aku harus bisa membuat fokus Mizan hanya kepadaku, langkah awal untuk menghancurkan keluarga kecil ini yang sudah membuat Ibuku menderita selama ini.”Keesokan hari mereka berkumpul

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status