LOGINMatahari telah sepenuhnya tenggelam digantikan dengan kegelapan malam dan sinar rembulan.
Sementara itu... Di dalam hutan tertutup yang cukup jauh dari kabin kayu. Beberapa pria memegang obor mengejar seorang wanita berjubah abu lusuh. "Hei-hei... sayang, apa kau tidak lelah!” kata salah satu pria dengan nada ejekan. Wanita yang rupanya tertutup oleh bayang jubah berkata dengan marah. "Kalian bandit lemah tak berguna! Menyerangku saat tidak berdaya." Salah satu bandit menoleh ke arah bandit gemuk bermuka buruk dan mendecakkan lidah. "Bos! Dia sangat menjengkelkan, jika kita tidak membunuhnya sekarang, dia akan pulih." Dengan suara berat serak, bos bandit menjawab. "Apa kau buta! Dia seorang high elf, tapi tenang saja, kutukan Griffin tidak akan pulih secepat itu, juga, aku diam-diam menembakkan jarum pelumpuh saat ia bertarung dengan Griffin, elf ini cukup tangguh karena tidak langsung jatuh," Bos bandit membelakkan mata dan tersenyum lebar, wajahnya yang menjijikan semakin jelek. "Tapi... Ini tidak akan lama, sebentar lagi kita bisa menangkap dan membawanya pulang." dengan motivasi seperti itu, mereka tertawa terbahak-bahak dan mmempercepat langkahnya. Sang wanita yang mendengar semua nya mendesis jijik dalam hati. “Manusia biadab! Jika spiral ku pulih, aku bisa dengan mudah meratakan mereka,” Ia mengamati sekitar dan menggertakkan gigi. “Sialan! walaupun berat hati, aku harus mencari bantuan.” Tak lama setelahnya wanita itu melihat secercah cahaya bulan di depan. “Ah! Jalan keluar, kuharap ada pemukiman di sana, aku tidak tahan lagi mendengar para bandit mesum ini.” bisiknya jengkel. Mereka terus berlari, sampai akhirnya keluar dari hutan yang rimbun itu, sekarang mereka tiba di padang rumput luas, dimana cahaya bulan bersinar menerangi semuanya. Dengan nafas yang mulai terengah-engah, wanita itu mengangkat tangan menyentuh dadanya. "Hahh... Hahh... Hahh..." "Ini buruk! Tubuhku..." Wanita itu melambat, tubuhnya semakin lelah, kakinya tetap bergerak, nafas nya berat. Semuanya seperti berputar-putar dalam kepalanya. Para bandit yang mengejar juga merasa wanita itu semakin lambat dari sebelumnya. "Bos! Sepertinya racunmu bekerja" ucap salah satu bandit. "Tentu saja! aku membelinya cukup mahal dari Arcanis misterius di pusat kerajaan Ardeal. ” balas bos bandit. Walaupun melambat, wanita itu masih berlari, bertekad untuk selamat dan menemukan pertolongan, namun kenyataannya, yang ia lihat hanyalah padang rumput luas dan langit malam. Sang wanita tidak menyerah begitu saja, ia tetap berlari dan kini melepaskan jubahnya, lalu menarik pedang panjang dari punggungnya. Di bawah sinar rembulan sekarang semua nya terlihat jelas, itu adalah elf tepatnya high elf. Rambut perak cerahnya terurai di terpa angin, mata hijau mint berkilauan dengan pupil berbentuk bunga. Kulitnya seputih dan selembut salju dengan bibir yang tipis berwarna merah muda, ia memakai baju hijau fleksibel tampak seperti untuk bertarung. Rok pendek dengan stocking hitam panjang dan sepatu kulit berwarna ke abuan. Tapi yang pasti, itu semua tidak menyembunyikan bentuk tubuhnya yang menawan. Keringat menetes terhempas dari dahi dan pipinya, nafasnya semakin tidak stabil, sang elf terus berlari sambil mencekram pedang. “Hahh… hhah… hahh..“ “Aku tidak bisa terus begini, lebih baik aku mati daripada tertangkap” ia menekan spiral nya, mengeratkan pegangan pada pedang. “Tapi aku tidak akan mati semudah itu!” Elf itu tiba-tiba berhenti dan berbalik lalu menancapkan pedang ke tanah, tatapannya fokus pada pedang. Seketika, energi merah transparan mengalir dari tangannya dan beresonasi ke bilah yang tertancap. Para bandit yang melihat itu tertawa senang mengira elf itu menyerah, mereka tidak tahu bahwa mereka sedang mendekati bahaya. "Lihat! Apa dia akhirnya menyerah" salah satu bandit menunjuk ke arah elf. "Bos lihatlah! sepertinya racunmu sia-sia, dia sudah menyerah duluan!” Tidak mau menghilangkan kesempatan, bos bandit acuh dan tetap berlari, bandit lainpun segera mengikuti. Para bandit mendekat dan hanya berjarak beberapa meter lagi, namun sang elf akhirnya selesai melakukan persiapan. Ia mendongak menatap para bandit, mata hijaunya berkilau menyala, bersamaan darah menetes dari sudut bibirnya. "Manusia bodoh! Kalian seperti babi yang masuk ke mulut naga.” Dan tiba-tiba elf itu mengangkat pedangnya yang sekarang bermandikan api panas, api menyala seperti membakar menutupi bilah pedang menerangi area sekitar, api juga bisa terlihat dari dalam tanah bekas pedang yang tertancap. Swungg…. Elf itu menggertakkan giginya dan berkata dengan lantang. ”Terbakarlah! Flame… Judgement!” Dengan sisa kekuatan dan sedikit ether terakhir nya, ia memaksakan diri. Suara aliran api berkobar mengamuk terdengar di udara. Sang elf menebas secara horizontal dengan kuat, melepaskan energi pedang api tepat ke arah leher para bandit. Para bandit membelakkan mata terkejut, terutama bos bandit yang berada paling depan, mereka tidak sempat menghindar dan akhirnya.... Slaashh! Leher 3 dari 5 bandit terbelah dengan pedang api, bahakan bisa terlihat juga dampak panas, membuat bekas belahan menyala dan mengeras, menyebabkan darah dan daging yang ingin keluar tertahan. tapi anehnya bos bandit dan salah satu bandit lagi tidak terluka, mereka terhenti. ”KAU JALANG! Artefak berhargaku… kau menghancurkannya!” Bos bandit berteriak setelah satu dari dua energi pelindung berbentuk kaca terpecah saat itu juga. Salah satu bandit beruntung tepat di belakang bos bandit, ia hanya bisa terdiam dengan keringat dingin melihat rekannya yang lain tergeletak tanpa kepala. Kedua bandit itu berlari lagi, dengan perasaan marah yang menguasasi, bos bandit seperti binatang buas yang melihat mangasanya. Saat tinggal beberapa langkah lagi, elf dengan gemetaran mengangkat pedang nya ke atas, kakinya telah kaku tidak bisa digerakkan. Tanpa berkata-kata, senyum tipis terlihat di wajah sang elf seolah telah menang. Bos bandit yang melihat itu menyeringai. “Bodoh! Kau pikir aku akan terkena tipuan untuk kedua kalinya, naif sekali!” pikirnya. Bos bandit mengangkat pedangnya dan melesat diikuti dengan bawahannya. "Sword stab!" bos bandit berkata dengan lantang, bersamaan bilah pedangnya menuju jantung elf dengan cepat. "Kaulah disini yang bodoh!" Sebelum ujung pedang sampai, elf itu menancapkan pedang nya kembali ke dalam tanah sebelumnya, dimana kobaran api masih menyala, dan kemudian… BOMBB... Ledakan terjadi, membuat ketiganya terpental ke arah yang berlawanan Bos bandit dengen gemeter merangkak mencoba berdiri, ia tak bisa berkata apa-apa selain merasa marah dan bingung. "Dasar Jalang! Ternyata inilah rencanamu!” lirihnya sambil berusaha berdiri. Ia berjalan tertatih menuju sang elf. “Aku tidak bisa terima ini, kau membunuh semua bawahanku dan menghancurkan artefak pelindungku yang berharga, sial! Seharusnya ini menjadi perburuan yang mudah.” Bos bandit semakin mendekat, ia menatap sang elf yang terkapar dengan kondisi mengenaskan. “I-ini….“ Bos bandit terdiam sejenak melihat kondisi elf itu. Tiba-tiba sang elf kembali bernafas, jarinya bergerak, ia terbatuk pelan, namun senyuman kecil dari rasa puas terlihat di wajahnya yang lusuh. “Uhuk… Rasakan itu sialan. Kau, tidak… akan bisa… mendapatkan apapun dariku...” Bos bandit yang melihat dan mendengar itu tersentak. “K-kau masih hidup” ia mundur perlahan. Sang elf yang sekarat hanya terdiam. Keheningan turun sejenak. Beberapa detik kemudian, bos bandit tiba-tiba kembali mendekat, matanya yang memerah menatap elf dengan aneh. “Kau terlihat memprihatinkan, tapi…” ia mengusap kedua tangannya. “Kulihat tubuhmu masih bagus.“ Bos bandit sudah terlalu kesal, hingga membuatnya tidak peduli lagi, ia tetap melihat elf itu dengan rasa mengingini di tambah perasaan marah karena telah kehilangan banyak hal, jadi dia setidaknya ingin mendapatkan sesuatu, dan sepertinya hal ini membuatnya kehilangan akal. Bos bandit menyeringai, tatapannya menjadi liar. ”Oh! Aku hampir lupa kalau high elf memiliki kemampuan regenerasi, tapi tenang saja… setelah aku selesai, kau juga akan segera ku selesaikan!" Sang elf tentu tahu apa maksudnya, tapi tidak ada yang tahu apa yang dirasakannya setelah mendengar semua itu. Ia sangat ingin meludahi wajah bos bandit saat itu juga, namun seperti yang dilihat. Sekarang ia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk mengeluarkan suara. Bibirnya bergetar, matanya yang lelah sedikit terbuka meneteskan air yang membasahi lukanya. “Apa aku benar-benar akan berakhir seperti ini…” Namun tiba-tiba… “Berhenti disitu...“Lisa dan Skiser terhenti mendengar suara Dion. Bersamaan dengan itu, tekanan yang berbeda dari sebelumnya muncul, kali ini bahkan lebih berat hingga membuat dataran sekitar bergetar. Dbugg! Dbugg! Kedua orang itu tergeletak seperti mayat yang tetap sadar karena tak kuasa menahan tekanan Dion yang semakin kuat. "Aura macam apa ini? pria itu... apa dia sebelumnya hanya bermain-main?" Tekanan itu menahan mereka ke tanah, seperti gravitasi yang memberat, bahkan Lisa yang ingin menoleh melihat Skiser tidak bisa. "Skiser. Maafkan aku, aku seharusnya bisa menjadi kakak yang baik. Tapi kita berakhir mati oleh monster ini karena keegoisan ku. Aku sungguh minta maaf telah menjadi kakak yang sangat buruk." batin Lisa penuh penyesalan. Lisa dengan susah payah menggerakkan ujung jarinya untuk menyentuh tangan mungil Skiser. Wajah mereka memucat dengan cepat. Di saat-saat terakhir tangan mereka berdua bersentuhan walau hanya ujung jari saja. Skiser seolah tahu apa yang ingin di sampaik
"Sekarang apa yang harus kulakukan? Haruskah aku lari?" pikir Dion dengan ekspresi datarnya sembari mundur perlahan.Groomm…Gemuruh petir tiba-tiba terdengar."Lightning Chain!" Lisa mengayunkan tongkat nya. Langit menggelap dengan cepat dan dua petir menyambar lurus ke arah Dion.DUARRR!"TUAN!" Vivian membelakkan mata melihat Arcana tingkat tinggi yang di keluarkan Lisa, ia berlari menghampiri Dion, dalam hatinya ia tidak bisa merasa tidak khawatir sama sekali.Dubb…Dubb…Dentuman hening terdengar dari dalam diri Dion. Sebelum petir itu mengenai dirinya, dunia melambat seakan tunduk dengan suara itu.Dubb…Suara itu terdengar lagi, Dion tahu itu bukan dari jantungnya, ia memejamkan mata memfokuskan kesadaran nya menelusuri suara itu."Ini... Beyond Eternal Core…" BOMMB!Petir tepat mengenai Dion secara bergantian menimbulkan ledakan kecil lalu mengeluarkan asap tebal.Kejadian itu begitu cepat. Vivian terlambat, kakinya seketika lemas dan tersungkur kebelakang tak percaya. Matany
Dion terus mendekat, tangannya terulur menyentuh kepala makhluk itu, sedangkan tangan yang memegang liontin berada di belakang punggung tertutup oleh jubah.Vivian dan Lisa yang di sibukkan dengan pertarungan mereka sendiri menoleh melihat apa yang terjadi.Lisa terkejut, matanya membelak. Perasaan tidak menyenangkan seketika muncul dalam hatinya saat melihat adegan yang akan terjadi.Dion memandang rendah rakun itu. Kepala asli makhluk itu hanya sebesar bola kaki, memungkinkan Dion untuk mencengkram dan mengangkatnya dengan satu tangan.“Erghh.. Li.. sa…”“HENTIKAN!“ Teriak Lisa dengan wajah panik, memperingatkan Dion.Tangan Dion terus meremas kepala Skiser. Raut kesakitan bisa terlihat jelas di wajah Skiser saat itu juga. Lengan kecilnya terus meraih-raih tangan Dion namun tidak sampai.“KUBILANG HENTIKAN!“ Entah hubungan apa yang dimiliki Lisa dengan Skiser, namun dari suaranya, Lisa semakin panik dan ketakukan melihat itu.Bukk!“Hahh… Hahh… Hahh…”Tanpa di duga, Dion melepasakan
Wuushh… Seketika tekanan di sekitar berubah, angin masuk dan berputar-putar di sekitar Guildmaster Cecilia. “Apa katamu?“ Cecilia mendesis, rahangnya mengeras. “Aku berkata… baumu amis!“ Bleum menegaskam suaranya. Tanpa aba-aba, dari atas Cecilia, pusaran angin berbentuk jangkar terlempar ke arah Bleum dengan sangat cepat. Surrfhh… Bleum menginjakkan salah satu kakinya ke lantai, kemudian sebuah tanah keras naik dari dalam lantai dan langsung membentuk dinding tanah menghalau jangkar itu. Bumbb… “Kalian berdua… sebaiknya tidak membuat keributan disini. Kita punya misi, jika memang ingin bertarung carilah tempat yang lebih baik.“ Sato dengan dingin berkata sambil tetap berjalan meninggalkan kedua orang itu. Keduanya terdiam sejenak, sebelum akhirnya Cecilia mendecakkan lidah lalu pergi. “Anggap saja kau beruntung karena ini istana, lain waktu kita bertemu, ku pastikan kau akan jadi makanan ikan.“ “Dalam mimpimu…” ucap Bleum meremehkan. Setelah kedua Guildmaster p
Tiga Guild besar. Adalah organisasi yang berisi para petualang, penuh dengan orang-orang kelas bawah maupun menengah yang rata-rata telah membentuk spiral dan ingin bertahan hidup dengan cara memanfaatkan kekuatan dan tenaga mereka. Ketiganya telah di kenal paling besar di antara Guild yang lain, dan yang terbesar adalah Guild Valhalla. Guild Valhalla terletak di pesisir pantai kerajaan Ardeal yaitu kota Marina, karena wilayah mereka sangat dekat dengan perairan, para petualang di sana biasanya mengerjakan misi dengan mengarungi lautan.Guild besar tentu saja memiliki seorang Guildmaster yang juga mempunyai kekuatan serta tanggung jawab besar. Cecilia Marina, wanita anggun berkulit tan dan selalu berpakaian menarik, dengan ciri khas tato ular melingkar di sepanjang lengan kirinya. Ia adalah seorang Arcanis tipe angin dan air, tidak di ketahui secara jelas tingkat spiral nya, namun yang pasti itu cukup tinggi, bahkan dengan pengaruh serta kekuatannya, ia berjaya menjalin kerja sama an
Di dalam aula raja. Raja Bethort duduk di singgahsana, sedang memandangi kristal es berbentuk simbol api di tangannya. Ekspresinya lesu, hatinya merasakan kesedihan sekaligus kemarahan pada saat bersamaan. Namun ketika dingin dari kristal es menyentuh kulitnya, itu juga menyentuh hatinya, amarahnya menghilang menyisakan kesedihan yang mendalam.Gambaran seorang gadis cantik berrambut merah dengan gaun istana muncul dalam pikirannya, gadis itu tersenyum bahagia ke arah Raja Bethort sambil memegang sebuah kristal es seukuran koin berbentuk simbol api.“Ayah! Lihat! Lihat! Aku sekarang dapat menggunakan es ku membentuk sesuatu yang baru!“Raja Bethort tersenyum hangat menanggapi putrinya yang ke girangan seolah telah melakukan pencapaian besar.“Hoho… kerja bagus Luna, ini sangat cantik seperti dirimu. Tapi… kenapa itu berbentuk api?“ tanya sang raja.gadis itu menyodorkan kristal es kepada sang raja. “Tentu saja karena Ini untukmu ayah! Lihatlah, bukankah aku cukup terampil. Akhirnya se







