แชร์

Bab 7

ผู้เขียน: Yellow
"Apa maksudmu?" Sofia tidak bisa bersikap tenang seperti sebelumnya.

Ketika Sofia bangkit berdiri, pelayan yang datang menyajikan minuman pun terkejut. "Mi-minuman Anda ...."

Pelayan menaruh gelas ke atas meja, lalu beranjak pergi sambil sesekali menoleh ke belakang untuk mengamati Glen dan Sofia.

Melihat sikap pelayan, Sofia baru teringat bahwa mereka sedang berada di tempat umum. Sofia bergegas menenangkan diri dan duduk kembali. "Aku yang membayar uang muka, aku juga yang melunasi cicilan setiap bulan. Rumah itu nggak ada hubungannya dengan aku?"

Sofia berusaha mengontrol nada bicaranya agar tidak terdengar meledak-ledak. "Kamu mau bilang rumah itu punyamu?"

Setelah mendengar pertanyaan Sofia, Glen mengeluarkan sebuah dokumen dari tasnya dan berkata, "Lihat sendiri."

Pada halaman pertama dokumen tertulis jelas "Kontrak Peralihan Kepemilikan Rumah".

Sofia tercengang saat membaca judul kontrak, lalu buru-buru membuka halaman selanjutnya.

Nama Pemilik: Sofia Nudara (Pihak Pertama)

Nama Penerima: Glen Hutomo (Pihak Kedua)

Pihak Pertama dengan sadar menyerahkan rumah ini kepada Pihak Kedua ....

"Ngapain menunjukkan ini kepadaku? Mau suruh aku tanda tangan?" Sofia melempar kembali kontraknya sambil tersenyum sinis. "Glen, aku beri tahu, jangan mimpi!"

Glen sama sekali tidak marah. Sebaliknya, dia malah tersenyum penuh kemenangan.

Glen mengambil kontrak itu, lalu membuka halaman paling belakang dan menunjukkan bagian tanda tangan kepada Sofia. "Lihat baik-baik, siapa yang mimpi?"

Sofia membelalak, dia terkejut melihat tanda tangan yang dibubuhkan di atas materai. Benar, itu adalah tanda tangan Sofia, bukan tanda tangan tiruan. Selain tanda tangan, Sofia juga membubuhkan cap jempolnya.

Waktu yang tertera pada kontrak ini adalah 3 bulan lalu. Kalau dihitung mundur, berarti kontrak ini dibuat tidak lama setelah Vera hamil.

Ternyata, sejak awal Glen dan Vera sudah memperhitungkan cara untuk menjebak Sofia. Bodohnya, Sofia sama sekali tidak pernah menyadari kebohongan suaminya.

Hanya saja Sofia bingung, dia tidak merasa pernah menandatangani kontrak ini. bagaimana Glen bisa mendapatkan tanda tangannya?

"Tidak peduli apakah kamu masih ingat, yang pasti di sini ada tanda tangan dan cap jempolmu. Aku juga sudah membawa kontrak ini ke notaris. Glen bahkan tidak menjelaskan apa pun, dia hanya menekankan satu hal. "Kamu sudah memberikan rumah ini kepadaku, rumah ini milikku. Berdasarkan hukum, aku nggak punya kewajiban untuk membaginya sama kamu."

"Oh, satu lagi ...." Glen mengecek sesuatu di ponselnya, lalu menunjukkan sebuah foto kepada Sofia. "Aku sudah mengurus perubahan namanya. Ini sertifikat yang baru ...."

Di sertifikat rumah yang baru hanya tertera nama Glen seorang. Sesaat melihat foto yang ditunjukkan, otak Sofia langsung terasa kosong.

Glen mengetuk meja untuk menyadarkan Sofia dari lamunannya. "Cepat, tanda tangan surat cerainya. Aku masih harus kembali ke rumah sakit buat menemani Vera. Aku nggak punya banyak waktu untuk bermain-main denganmu."

"Aku nggak akan tanda tangan!" jawab Sofia dengan tegas.

Sebelum menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi, Sofia tidak akan mengabulkan permintaan Glen.

"Apa katamu?" Glen mengerutkan alis, dia terlihat sangat kesal. "Kalaupun kamu nggak tanda tangan, rumah ini tetap menjadi milikku."

"Aku nggak akan tanda tangan!" Sofia menekankannya sekali lagi. "Nggak apa-apa, kita begini saja. Lihat siapa yang akan bertahan sampai akhir."

"Kamu!" Glen menggertakkan gigi.

Sofia tidak memedulikan Glen. Sofia mengeluarkan 50 ribu dan menaruhnya di atas meja, lalu bangkit berdiri dan hendak pergi.

Ketika Sofia baru berjalan beberapa langkah, Glen mengejar dan mengadangnya sambil mengancam. "Pikirkan baik-baik! Kamu tahu bagaimana sikap orang tuaku. Kamu nggak takut mereka membuat onar di tempat kerjamu?"

Raut wajah Glen terlihat mengerikan.

Tentu saja Sofia takut, tetapi dia tidak mungkin menunjukkan ketakutannya di depan Glen.

"Coba tanyakan kepada orang tuamu ...." Sofia tersenyum menyindir. "Mereka yang harus berpikir baik-baik. Apakah mereka mau kehilangan nyawa mereka?"

Ekspresi Glen langsung berubah, dia terlihat agak panik. "Membunuh adalah tindakan kriminal!"

"Coba saja kalau berani," Sofia menjawab dengan santai, lalu beranjak pergi meninggalkan kafe.

....

Sofia tidak ingin membuang-buang waktu. Dia sangat mencemaskan masalah peralihan kepemilikan rumah. Dia sangat yakin, dia tidak pernah menandatangani kontrak itu.

Anehnya, tanda tangan dan sidik jari Sofia juga tidak terlihat seperti dipalsukan. Jadi siapa yang menandatanganinya? Atau, setidaknya Sofia harus tahu kapan dan bagaimana dia menandatanganinya?

Selain itu, Sofia juga masih terkejut mengingat akta rumah yang baru. Bagaimana Glen bisa mengubah akta rumah tanpa kehadiran Sofia? Semua ini tidak masuk akal ....

Tanpa pikir panjang, Sofia langsung kembali ke hotel. Begitu memasuki lobi, dia langsung berjalan ke meja resepsionis dan berbicara kepada Mita, "Mita, tolong cek sebentar, Pak Evano menginap di kamar berapa?"

Biasanya, pihak hotel tidak boleh membocorkan sedikit pun identitas dan informasi mengenai tamu. Apalagi, Hotel Royal merupakan hotel bintang 7, mereka sangat memperhatikan hal-hal yang menyerempet ranah privasi.

Namun Sofia bukan orang luar, dia adalah salah satu manajer di hotel ini. Mita berpikir, mungkin Sofia mencari Evano untuk kepentingan pekerjaan. Jadi Mita bergegas membuka komputernya dan mencari nomor kamar yang ditempati Evano.

Sesaat keluar dari lift, Sofia mendengar keributan di lorong lantai. Dia mendengar cacian yang tidak enak didengar.

"Aku sudah bayar, apa hak kalian mengusirku? Kalian nggak tahu aku siapa? Jangan sentuh aku! Kalau nggak, aku akan menyebarkan masalah ini ke media!"

Sepertinya ada karyawan yang bertengkar dengan tamu.

Meskipun Sofia sedang cuti, dia tidak mungkin tinggal diam saat berhadapan dengan masalah seperti ini. Dengan cepat, dia berjalan ke arah sumber suara. Ketika berbelok di lorong depan, dia melihat beberapa satpam dan petugas kebersihan yang sedang berhadapan dengan seorang tamu.

Sesaat melihat orang yang berdiri di dalam kamar, Sofia baru menyadari bahwa tamu yang sedang marah-marah adalah Agatha Sevana, artis besar ibu kota.

Seingat Sofia, Agatha dan kru filmnya memang menyewa kamar di lantai ini.

"Bu Sofia!" Beberapa petugas kebersihan merasa seperti melihat malaikat penolong.

Agatha keluar dari kamarnya dan langsung memarahi Sofia, "Kamu manajer di sini? Jelaskan kepadaku, kenapa tiba-tiba mengusir aku? Kalian mau cari gara-gara?"
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
Nataĺia Naikofi
Si Sofia trllu goblok mna mnikah gk ada ank lbih bujang seumur hdp dri menikah
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 643

    Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 642

    Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 641

    Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 640

    "Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 639

    Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 638

    "Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status