Share

Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku
Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku
Penulis: Heaven Nur

01 - Mertua Garang

"Naima!" teriak ibu mertua dengan sangat lantang membangunkan tidurku pagi hari ini.

Aku yang agak kurang enak badan terpaksa harus cepat bangun dan menghampirinya. "Ada apa Bu?"

"Kamu, ya! Jam berapa ini? Kenapa masih belum masak juga?? Hah!" sentak ibu mertua yang sepertinya sudah berpatroli dari dapur.

Ya, sehari-hari tugasku di rumah ini sudah seperti seorang babu. Ibu mertuaku tak pernah menganggapku sebagai anak menantunya. Aku hanya dijadikan pekerja rodi yang tak pernah mendapatkan imbalan.

Sebenarnya aku sangat tersiksa, namun aku juga tak tega jika harus bercerita tentang hal ini kepada mas Ilham, suamiku. Aku takut jika nanti mas Ilham malah merasa keberatan dan tak nyaman dengan ibu kandungnya sendiri.

"Hei! Diajak ngomong koq malah bengong??" Lagi, dan lagi, mukaku disemprot dengan omelannya.

Andai aku bisa mengeluh satu kata saja, aku akan berteriak kepada semua orang bahwa aku LE-LAH! Aku sungguh lelah!

"Maaf Bu, hari ini agak kurang enak badan," jawabku ragu. Aku takut jika ibu mertuaku akan semakin garang jika aku sampai salah bicara.

"Ck! Palingan cuma pusing! Manja banget sih? Dulu kamu waktu di panti asuhan pasti sudah biasa kan, kerja berat?" sahut ibu mertua seolah tidak perduli.

"Tap ...."

'Prang!'

Belum saja aku selesai mengucapkan kalimatku, ibu mertua sudah beraksi menjatuhkan wajan penggorengan tepat di bawah kakiku.

Nyaris saja menimpa kakiku, untungnya meleset ke samping. Memang, ibu mertuaku ini benar-benar ganas!

"Halah! Manja banget! Cepat masak!" protesnya tak ingin lagi mendengar alasanku.

Mendengar kalimat itu membuat hatiku semakin perih. Bagaimana bisa ibu mertuaku itu berubah drastis dengan saat pertama kali bertemu.

Jika mengingat hari itu, hari di mana Mas Ilham membawaku ke rumah ini untuk memperkenalkanku dengan keluarganya. Bu Ratih yang dulu masih calon bumer, bersikap sangat baik padaku. Sambil tersenyum dia memuji-muji parasku yang ayu. Tapi, saat ini, di saat aku sudah menjadi istri anaknya, kenapa perubahan sikapnya begitu kentara?

Ya Allah, dosa apa waktu kecilku hingga saat ini aku mendapatkan perlakuan seperti ini?

"Cepetan masak! Semua orang sudah lapar!" bentaknya lagi. Bagaimanapun hatiku ingin berontak, begitu juga akhirnya aku pasrah dan menurut. Demi keutuhan rumah tanggaku dengan putranya.

Aku langsung melangkahkan kaki menuju lemari pendingin untuk mencari bahan yang bisa kugunakan.

"Masak nya yang enak! Jangan keasinan kayak kemarin!" celetuk wanita setengah tua itu mengingatkan.

Aku mengangguk cepat. "Iya Bu." Aku mulai berjibaku dengan semua bahan yang ada.

Jika mengingat hari kemarin, padahal ibu mertuaku sendiri yang membuat masakanku keasinan, tapi tetap saja aku yang disalahkan.

Kejadiannya adalah, saat aku sudah menyetel semua rasa, kutinggal sayur santan yang masih belum mendidih di atas kompor. Karena aku sedang ingin ke kamar mandi untuk membuang hajat, maka aku tinggal sebentar.

Namun, saat aku kembali kulihat ibu mertuaku itu mengicip kembali dan memasukkan sesuatu lagi ke dalam panci masakku. Aku paham betul toples yang dipegangnya saat itu adalah toples yang berisi garam. Otomatis! Rasa sayur dan kuah, terasa sangat asin.

Tapi, ibu mertuaku yang sangat pintar di atas rata-rata mengumumkan kepada seluruh anggota keluarga bahwa akulah yang sengaja membuat asin masakanku.

Hingga akhirnya, sayur sepanci besar itu harus terpaksa dibuang karena tidak ada yang mau memakan.

Kembali ke masa sekarang. Jam dinding sudah menunjukkan hampir pukul 08.00 pagi. Sesuai jadwal rutin, seharusnya kami sudah selesai sarapan dari beberapa puluh menit yang lalu.

Karena kondisi tubuhku yang kurang fit, aktifitas memasakku menjadi terganggu dan sangat lama.

"Naima!!!" teriak ibu mertua lagi memanggil namaku.

Aku yang tengah membalik tahu dan tempe memilih tetap di posisi dan tidak langsung mendatanginya.

"Naimaaaa!!!"

Astaghfirullah ... Itu mulut atau toa?? Nyaring sekali.

"Iya, Bu." Setengah berlari aku menghampiri ibu mertua yang sedang berdiri di depan pintu.

'Bruk!'

Setumpuk pakaian berbau menusuk hidung dilemparkan ke arahku. "Habis masak, cuci semua ini!"

Ya Allah, tugas satu saja belum kelar, sudah ditambah lagi? Mana badan lagi meriang begini?

Aku memungut semua pakaian kotor ibu mertua dan langsung membawanya ke kamar mandi. Mulai memasukkan barang itu ke mesin cuci dan mengisinya lagi dengan air.

"Ya Allah, Naima!!! Tempemu gosong ini, lho!"

Mendengar teriakan ibu, aku buru-buru lari ke dapur.

Ya Allah, ngebul! Asap di mana-mana. Dan tempe yang tadi berwarna kuning sekarang sudah menjadi hitam legam.

"Ck! Jadi menantu koq nggak becus banget sih!" Ibu mertua berkacak pinggang. Sudah macam mandor sedang mengomeli bawahan.

"Maaf, Bu." Aku langsung mengangkat wajan penggorengan dan mencucinya.

Untung saja ini gorengan terakhir, jadi tidak terlalu menyesal karena minyaknya tidak bisa dipakai lagi. Maklumlah, jadi wanita itu harus perhitungan. Kan lumayan, harga minyak lagi mahal!

Ups! Koq malah jadi curhat?

Sang Ratu kembali menghampiriku. "Ini sudah mateng semua kan? Sana siapin di meja!" bentaknya lagi memerintahku.

Ya, ibu mertuaku itu sudah seperti ratu bagiku. Karena setiap perintahnya tidak boleh kutolak, Apapun itu.

"Iya, Bu." Aku berjalan ke arah meja makan dan mempersiapkan semua menu yang sudah kumasak.

"Ish! Ini bau apa, Sayang?" tanya mas Ilham sambil menutup hidung.

"Bau tempe gosong istrimu!" seloroh ibu mertuaku seenaknya.

"Masa sih? Nggak biasanya Naima masak, gosong?"

"Dibilangin juga! Tanya aja istrimu!"

Mas Ilham ikut kena sembur, kan?

"Iya Mas, memang tadi aku yang gosongin tempe. Soalnya tadi pas lagi masak, aku dipanggil sama ibu."

"Eh, eh! Koq malah nyalain ibu!" sewot ibu mertuaku dengan mata melotot seperti mau copot.

"Sudah, sudah." Mas Ilham menengahi kami dan langsung menarik kursi untuk duduk. " Sudah, Ibu, Naima, Mari sarapan."

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Surayya Alam
naima hrs saber je
goodnovel comment avatar
Ahmad Riyadhi
sabar Naima...
goodnovel comment avatar
Mahmudah
apa ikut mertua rata² begitu?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status