Share

6. Cinta Itu Buta

Author: Rich Ghali
last update Last Updated: 2025-01-13 19:28:26

“Aku belum selesai berbicara denganmu!” Jackson berucap dengan kasar ketika Grace beranjak pergi menuju kamarnya. Kondisinya belum pulih total, jadi ia tidak kuat berdiri lama-lama. Apalagi ia dan Claire baru saja bertengkar. Tenaganya telah terkuras sangat banyak.

Grace tidak ingin peduli. Ia tidak lagi berusaha untuk terlihat baik di depan suaminya, ia tidak lagi berusaha untuk selalu menyenangkan suaminya. Kini yang utama baginya hanyalah kebahagiaan dirinya, juga keselamatan calon bayinya.

“Grace!” Jackson membentak. Ia merasa sangat kesal, sebab istrinya sudah membuat keributan di jam sepagi ini. Wanita itu bahkan tidak peduli dengan ucapannya, Grace terus melangkah menaiki anak-anak tangga menuju kamarnya di lantai dua.

“Sudahlah, Jack. Aku tidak apa-apa, jadi tidak perlu dibesarkan masalahnya.” Claire berusaha untuk memasang wajah tanpa dosa. Dia benar-benar sangat pintar dalam bersandiwara. Harusnya dia menjadi actris saja.

“Andai dia bisa bersikap baik sedikit saja. Kau sangat pengertian, Claire. Aku tidak tahu mengapa ada wanita seegois dirinya. Kepribadiannya sangat buruk, jauh sekali bedanya denganmu.” Jackson berucap menahan kesal.

“Mungkin dia hanya cemburu dengan hubungan kita. Aku bisa mengerti mengapa dia tidak suka padaku, dia pasti merasa aku telah merebutmu darinya.” Claire tersenyum tipis. Ia memeluk lengan Jackson dengan erat, lalu menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu.

“Dialah yang telah merebutmu dariku. Andai aku bisa menolak permintaan nenek waktu itu, kau harusnya sudah menjadi istriku sekarang. Harusnya kau yang menjadi nyonya di rumah ini.” Jackson sangat menyayangkan. Ia mengusap kepala Claire dengan penuh kelembutan, lalu mengecupnya dengan penuh kasih sayang. Ia merasa senang karena Claire kini tinggal bersamanya, jadi ia bisa mengontrol semua hal yang berkaitan dengan Claire. Ia bisa selalu memastikan bahwa Claire baik-baik saja. Setidaknya hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang.

“Jack, tubuhku terasa sedikit sakit karena kejadian barusan. Apa aku bisa meminta uang untuk pergi ke dokter?” Claire mendongak, ia menatap Jackson dengan sorot memelas untuk mendapatkan simpati.

“Aku akan mengantarmu menemui dokter.” Jackson tidak ingin Claire merasakan kesusahan.

“Tidak, aku tidak ingin merepotkanmu. Lagipula kau harus bernagkat ke kantor sekarang bukan?” Claire berusaha mencari alasan. Ia hanya ingin uang untuk bersenang-senang. Jika Jackson mengantarnya menuju rumah sakit, ia akan langsung ketahuan bahwa ia tidak apa-apa.

“Baiklah. Apa pun yang membuatmu merasa senang.” Jackson tersenyum tipis. Ia mengeluarkan dompetnya, lalu mengambil salah satu kartu dari sana. “Kau tidak perlu meminta uang lagi padaku. Di dalam kartu ini saldonya tanpa batas, jadi kau bisa memakainya untuk apa saja yang kau inginkan.” Lelaki itu menyerahkan dengan murah hati. Ia sudah habis uang puluhan juta dolar hanya untuk menyenangkan Claire sejak dulu hingga sekarang. Namun, ia belum pernah mengeluarkan uang satu dolar pun untuk istrinya. Terlihat jelas kesenjangan kasih sayang di sana.

“Terima kasih, Jack. Kau sangat baik.” Claire tersenyum lebar. Ia merasa sangat senang, sebab ia tidak pernah kekurangan uang semenjak ia bertemu dengan Jackson. Dulu ia bahkan harus mengemis bersama orang tuanya demi mendapatkan uang untuk makan. Namun, dunianya jadi penuh dengan kemewahan semenjak Jackson membawanya pulang.

“Apa pun dan kapan pun.” Jackson tersenyum dengan manis. Ia menunduk, mengecup bibir Claire selama beberapa detik, lalu beranjak pergi menuju kantor.

Di sisi lain tempat, Grace tengah terbaring di ranjangnya. Wajahnya tampak pucat dengan keringat dingin yang menyerang. Tampaknya ia harus bolos kerja hari ini, sebab ia merasa fisiknya tidak sanggup untuk melakukan banyak hal.

Ia tidak tahu mengapa Jackson selalu saja mempercayai setiap ucapan yang Claire berikan. Bahkan hanya dengan melihat sekilas, semua orang sudah tahu bahwa Grace sedang tidak sehat. Mungkin ini yang dinamakan dengan cinta yang membutakan. Cinta Jackson untuk Claire telah membuat mata dan hatinya tertututp untuk melihat kebenaran.

Entah apa keunggulan Claire, sehingga Jackson secinta itu kepadanya. Dilihat dari segi mana pun, jelas Grace lebih unggul di semua sisi. Ia lebih cantik, lebih mewanan, lebih berpendidikan, dan lebih memiliki karier yang bagus. Sementara Claire tidak bisa melakukan apa pun selain meminta uang pada Jackson.

Dering ponsel membuat lamunan Grace terpecah. Ia mengulurkan tangan untuk meraih ponsel di atas nakas dan menerima panggilan. Panggilan itu ternyata dari Shane.

“Apa kau baik-baik saja? Aku tidak melihatmu di kantor pagi ini, apa terjadi sesuatu padamu?” Shane terdengar sangat panik saat panggilan diterima oleh Grace.

Grace menghela napas dengan dalam. Kini ia menyadari satu hal; selama ini Shane menjadi satu-satunya pria yang selalu ada untuknya. Mungkin karena mereka telah menjadi saudara dan tinggal bersama sejak kecil, sehingga ikatan batin mereka menjadi begitu erat.

‘Andai Jackson seperhatian dirimu, Shane.’ Grace berucap dalam hati.

Ia menyukai setiap perhatian yang Shane berikan. Bersama Shane ia merasakan kasih sayang yang tulus. Andai Shane bukan anak dari keluarga Brown, ia akan memilih lelaki itu untuk menjadi pendamping hidupnya. Tiba-tiba ia menyesali keputusannya untuk menikah dengan Jackson. Namun, ia tidak punya pilihan apa pun sekarang. Ia harus mempertahankan rumah tangganya meskipun hanya ada satu tiang penyangga. Ia telah kehilangan orangtuanya sejak kecil, kini ia tidak bisa kehilangan suaminya ataupun anaknya.

“Grace.” Shane memanggil dengan bingung, sebab Grace tidak merespons pertanyaannya.

“Eh, ya? Ada apa, Shane?”

“Kau baik-baik saja?”

“Aku merasa sedikit tidak sehat, jadi aku izin untuk libur kerja hari ini. File untuk persentasi akan kukirim lewat email, tolong gantikan aku untuk persentasi di depan client.” Grace menjawab dengan lembut.

“Baiklah, kirimkan saja filenya padaku. Aku akan memenangkan proyeg ini untukmu.” Shane tidak pernah menolak permintaannya.

“Terima kasih, Shane.”

“Apa aku perlu membelikan obat untukmu? Jackson merawatmu dengan baik, bukan?” Shane bertanya memastikan. Hingga kini Shane dan keluarganya tidak pernah tahu kesulitan hidup yang telah Grace alami di rumah keluarga Forest. Mereka berpikir Grace bahagia dengan jalan hidup yang telah ia pilih.

“Ya, dia merawatku dengan baik. Jadi, kau tidak perlu khawatir.”

“Baiklah, lekas sembuh agar kau bisa kembali bekerja. Hubungi aku jika kau membutuhkan bantuanku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan Suami Miliarder    137

    Grace menatap pantulan tubuhnya yang ada di cermin. Dari ujung rambut hingga ujung kaki, ia terlihat sangat cantik. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Shane. Ia tidak bisa menutupi fakta bahwa ia sangat gugup. Ini bukan pernikahan pertama baginya, tapi rasa gugupnya tetap saja terasa sangat kuat. jantungnya berdetak dengan sangat cepat, dadanya berdebar tidak karuan. Pipinya bersemu merah ketika ia membayangkan bahwa ia akan melakukan malam pertama dengan Shane. Meskipun tampaknya mereka tidak bisa melakukan aktivitas fisik yang berat, sebab kondisi Shane yang masih dalam masa pemulihan.“Kau sudah siap?” Robin bertanya dari arah belakangnya.Grace menghela napas dengan dalam. Ia berusaha untuk menetralisir perasaan. Setelahnya ia berbalik dan mengangguk menjawab pertanyaan Robin. Robin yang menjadi wali nikahnya, lelaki itu yang menggandengnya menuju altar pernikahan. Di sana, Shane dan pendeta telah menunggu.Shane tersenyum dengan lebar ketika ia melihat Grace melangkah deng

  • Penyesalan Suami Miliarder    136

    Shane akhirnya berhasil melewati masa-masa kritisnya dan berhasil bangun dari komanya. Ketika ia bangun, ia mendapati Grace tengah terlelap dalam posisi memeluknya. Wanita itu terbaring di atas ranjang yang sama dengannya. Mereka berbagi ranjang sekecil itu.Shane menatap sekitar. Robin tengah terlelap di kursi samping ranjang dengan posisi duduk dan wajah yang menghadap langit-langit kamar. Sementara Lindsay tengah terbaring di sofa panjang yang ada di sudut ruangan.Shane tersenyum lebar. Ia senang, sebab ia bisa melihat orang-ornag yang ia sayangi ketika ia terbangun dari koma. Ia pikir ia tidak akan pernah lagi menatap wajah mereka.Shane mengusap rambut Grace dengan penuh kelembutan. Ia merasa sakit di dada dirinya, sebab ia menusuk dadanya dengan cukup dalam dan mengenai jantungnya. Untungnya ia berhasil selamat.Grace terbangun ketika ia merasakan sentuhan di kepalanya. Ketika ia mendapati Shane telah siuman, ia langsung menangis dan memeluk lelaki itu dengan lebih erat lagi.“

  • Penyesalan Suami Miliarder    135

    Lindsay terdiam cukup lama. Ia menatap Grace dengan sorot tidak percaya. Bagaimana mungkin kini Shane tengah kritis di rumah sakit? Sementara beberapa jam yang lalu mereka masih berdebat.“Apa kau serius?” Robin bertanya dengan jantung yang berdetak cepat. Dadanya berdebar tidak karuan. Shane adalah putra semata wayang yang telah mereka sayangi dengan sepenuh hati. Tidak smeudha itu melihat Shane jatuh sakit hingga kritis.“Aku baru saja menerima panggilan dari rumah sakit.” Grace tampak tidak yakin.“Aakhir-akhir ini ada banyak penipuan, kau jangan sampai tertipu.” Robin mengingatkan.Kini ponsel Grace kembali berdering. Kali ini Adam yang menghubungi. Grace langsung meneirma panggilan karena berpikir bahwa Adam ingin membahas pekerjaan.“Grace, apa pihak rumah sakit sudah menghubungimu? Shane sedang kritis di rumah sakit, cepatlah datang ke sini. Jangan sampai kau menyesal.” Adam berucap dengan suara yang terdengar ngos-ngosan.“Apa sebenarnya yang terjadi?” Grace berusaha untuk mey

  • Penyesalan Suami Miliarder    134

    Shane menghela napas dengan kasar. Ia mendongak, menatap Grace yang kini tengah menatapnya. Kini ia mengerti tentang apa yang terjadi akhir-akhir ini. Ia telah memasukkan ular ke dalam rumahnya sendiri. Ia telah membawa gunting untuk memutus tali yang mengikat dirinya dengan Grace.“Grace, maafkan aku. Aku tidak tahu jika Sonya telah mengatakan hal-hal buruk tentangmu. Jangan dengarkan apa pun yang ia katakan. Semua kalimat yang ia ucapkan tidak ada yang benar. Kau wanita yang sempurna. Aku yang tidak pantas untukmu. Kepercayaan dirimu pasti telah goyah setelah menerima puluhan pesan buruk dari Sonya. Maafkan aku karena aku terlalu bodoh hingga tertipu oleh sandiwaranya. Kukira dia gadis polos yang baik hati, ternyata dia srigala berbulu domba. Aku tidak memiliki perasaan sedikit pun untuknya. Satu-satunya wanita yang ada di dalam hatiku hanyalah kamu.” Shane berusaha meyakinkan.Grace tetap diam. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu mengalihkan pandangan.“Grace. Kumohon berikan aku kes

  • Penyesalan Suami Miliarder    133

    “Grace, aku mohon. Berikan aku waktu untuk menjelaskan. Kau benar-benar telah salah paham. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Jika kau meninggalkanku, aku bisa mati karena patah hati.” Shane berucap dengan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Ia tidak pernah menangis karena wanita, tapi kali ini berbeda. Ia benar-benar telah cinta mati kepada Grace. Sungguh ia tidak bisa hidup tanpa wanita itu di sisinya.Grace hanya diam. Ia tidak tahu harus memberikan reaksi seperti apa. Maish ada sedikit keraguan yang tertanam di dadanya. Ia tidak bisa percaya pada Shane setelah ia melihat lelaki itu memberikan perhatian penuh kepada Sonya. Namun, ketika lelaki itu menangis untuknya, ia merasa goyah.“Aku membelikan ini sebagai kejutan untukmu. Aku mengajak Sonya untuk makan siang bersama karena aku ingin bertanya padanya apakah cincin ini cocok untukmu. Kita akan menikah dan aku menjadi sangat gugup. Aku takut melakukan kesalahan sekecil apa pun. Aku mengajaknya menemaniku untuk mengurus pernikaha

  • Penyesalan Suami Miliarder    132

    “Tuan, kami sudah menemukan lokasi Nyonya Grace.” Pria dengan setelan serba hitam itu memberikan lokasi keberadaan Grace saat ini. Shane tampak senang dan penuh antuasias. Ia langsung bergegas menuju lokasi yang diberikan oleh anak buahnya.Dengan kecepatan penuh, Shane menancap gas menuju gedung tempat Adam bekerja. Ia langsung turun dari mobil dan berlari menuju gedung setelah ia tiba di sana. Langkahnya begitu pasti, napasnya terdengar begitu memburu, raut wajahnya menggambarkan rasa khawatir yang begitu besar.Shane tahu lokasi ruang kerja milik Adam, jadi ia langsung memasuki ruangan itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ia membuka pintu dengan sedikit bantingan, membuat Adam dan Grace sedikit terkejut.Grace menatap dengan penuh tanda tanya ketika ia mendapati Shane berdiri di ambang pintu. Keningnya berkerut melihat Shane yang begitu ngos-ngosan.“Ada yang bisa saya bantu, Shane?” Adam menatap dengan alis kanan yang terangkat.Shane tidak menjawab. Ia melangkah mendekat, me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status