Home / Romansa / Penyesalan Suami Miliarder / 7. Dituduh Membunuh

Share

7. Dituduh Membunuh

Author: Rich Ghali
last update Last Updated: 2025-01-21 20:40:08

“Grace, sialan! Apa yang baru saja kau lakukan?” Amarah Jackson terdengar memenuhi seisi ruangan. Lelaki itu menggedor pintu kamar dengan sangat keras.

Grace terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa sangat pusing karena dipaksa untuk bangun. Ia mengusap wajahnya, keningnya berkerut mendengar gedoran dan panggilan Jackson dari balik pintu kamar.

“Apa lagi kali ini?” Grace seolah tengah bertanya pada dirinya sendiri. Ia turun dari ranjang, lalu beranjak menuju pintu kamar.

Ketika pintu kamar terbuka, sebuah tamparan keras langsung menghantam pipi Grace. Grace terdiam, terpaku menatap suaminya dengan penuh tanya. Sejak kapan Jackson jadi ringan tangan seperti itu? Mengapa akhir-akhir ini ia sering bersikap kasar? Semua pertanyaan itu menguasai hati dan pikiran Grace. Ia mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Pipinya tampak biru lebam, sebab tamparan Jackson yang sangat keras.

“Claire sangat baik padamu, mengapa kau selalu menargetkannya untuk dilukai? Kau tahu aku sangat mencintai Claire dan kau berniat untuk membunuhnya? Di mana hati nuranimu?” Jackson langsung memaki dengan penuh emosi.

Grace menatap dengan bingung, ia sama sekali tidak mengerti apa yang Jackson katakan. Setelah pertengkaran mereka tadi pagi, ia hanya beristirahat di kamar seharian. Ia ingin memulihkan tenaganya agar ia bisa lekas kembali bekerja besok pagi. Ia tidak tahu apa pun hingga Jackson datang dalam keadaan mengamuk.

“Apa yang sedang kau bicarakan?” Grace bertanya dengan kening berkerut. Tampaknya ia telah mati rasa. Ia tidak lagi merasakan sakit atas semua yang Jackson lakukan kepadanya. Hatinya telah mati untuk Jackson. Ia memilih untuk bertahan dengan pernikahan mereka hanya karena ia tidak ingin kembali menjadi beban di keluarga Brown. Jika Shane dan orangtuanya tahu apa yang terjadi pada Grace saat ini, mereka akan sangat marah dan meminta Grace untuk kembali.

“Ikut aku ke rumah sakit sekarang!” Jackson mencengkeram lengan Grace dengan sangat keras. Ia menarik Grace secara paksa, meminta Grace untuk mengikuti langkahnya.

“Lepas, Jack. Kau menyakitiku!” Grace berusaha untuk melepas cengkeraman Jackson di lengannya. Lelaki itu mencengkeram dengan sangat kasar, hingga Grace merasa sakit.

Jackson tidak ingin mendengar apa pun. Ia tetap menyeret Grace menuju keluar, lalu mendorong Grace dengan kasar agar lekas masuk ke dalam mobil.

“Apa kau tidak bisa bersikap lembut sedikit saja?” Grace protes.

“Wanita kasar sepertimu tidak pantas dilembuti.” Jackson menjawab dengan dingin.

Grace terdiam. Ia tidak tahu kesalahan apa yang telah ia lakukan, sehingga Jackson selalu menatapnya dengan penuh kebencian. Claire kini sudah tinggal bersama mereka, seharusnya tidak lagi ada alasan Jackson membencinya. Grace tidak lagi menghalangi pasangan kekasih itu untuk menjalin kisah bersama. Seharusnya mereka berdamai saja.

Mobil mulai melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit. Tidak ada percakapan yang terjadi di antara mereka di sepanjang perjalanan. Mereka saling diam, terperangkap dengan perasaan benci di hati masing-masing.

Mobil berhenti ketika mereka tiba di tempat tujuan. Jackson langsung membawa Grace menuju seorang dokter. Ia melepas cengkeramannya dengan kasar.

“Gunakan darahnya saja, Dok. Golongan darahnya sama dengan Claire.” Jackson berucap dengan penuh ketegasan.

Grace mendongak menatap Jackson setelah ia mendengar kalimat itu. Matanya terbelalak, ia tidak menduga sama sekali bahwa itulah tujuan Jackson membawanya ke sana.

“Kau gila? Kau tahu aku sedang hamil muda, wanita hamil tidak bisa mendonorkan darahnya.” Grace protes. Meskipun keberadaan calon bayinya ditentang oleh Jackson, ia telah bertekad untuk melahirkan bayi itu. Hanya bayi itu yang akan menjadi satu-satunya keluarga sedarah yang ia miliki.

“Kau tahu kau sedang hamil, tapi kau malah berencana untuk membunuh Claire.” Jackson membalas dengan nada penuh penekanan.

“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti sama sekali, kau selalu berkata bahwa aku berencana membuhuh Claire. Apa yang sudah kulakukan padanya?” Grace tampak terpancing emosi. Wajahnya memerah menahan amarah.

“Kau mendorong Claire dari tangga, sehingga ia mengalami kondisi yang sangat parah. Dia butuh 2 kantong darah dan kau harus menebus kesalahanmu dengan menjadi pendonor untuknya.” Jackson menjelaskan.

“Kapan aku melakukan itu?” Grace bertanya-tanya. Sebenci apa pun ia kepada Claire, tidak pernah terbersit di pikirannya untuk melukai wanita itu. Ia memiliki hati yang baik dan lembut.

“Berhenti bersandiwara, Grace. Semua orang sudah tahu bahwa kau sangat membenci Claire.” Jackson menegaskan. Ia memaksa dokter untuk mengambil darah Grace.

Dokter itu langsung menuruti perintah Jackson. Darahnya langsung diambil tanpa melakukan pengecekan apakah darahnya cocok untuk Claire atau tidak. Grace merasa ada yang aneh. Dokter tidak akan pernah melakukan tranfusi darah secara sembarangan, ada banyak prosedur yang harus dilakukan. Apalagi Grace posisinya sedang hamil, melakukan donor darah dalam kondisi seperti itu bisa membahayakan kandungannya.

“Sepertinya ini ulah Claire.” Grace berkomentar. Ia tidak tahu apa yang telah Claire lakukan, tapi ia tahu bahwa Calire tengah menargetkan kandungannya. Kandungan Grace berhasil bertahan setelah Claire memberikannya obat penggugur kandungan. Kini wanita itu mencari cara lain untuk memujurkan niatnya.

“Kau benar.” Dokter itu menanggapi ucapan Grace. “Sebenarnya Claire baik-baik saja. Luka di tubuhnya hanyalah sandiwara. Aku bahkan tidak tahu darahmu cocok untuknya atau tidak. Darahmu tidak akan aku berikan padanya, melainkan aku jual ke pada pasien yang membutuhkan.”

Grace yang mendengar kalimat itu tidak begitu terkejut, ia telah menduga bahwa dokter itu memang bersekongkol dengan Claire.

“Sialan, aku akan memberitahu Jackson tentang kejahatan yang sudah kau lakukan. Kau tahu aku sedang hamil dan kau tetap mengambil darahku, apa kau tahu tindakanmu itu sangat menyalahi kode etik seorang dokter?” Grace tampak sangat berang.

Dokter itu tertawa tipis mendengar ancaman Grace. “Kau pikir Jackson akan percaya dangan bualanmu? Yang aku tahu, dia hanya akan percaya dengan ucapan kekasihnya.”

Grace semakin emosi mendengar kalimat itu. Ia mengepalkan tangannya dengan kasar, rahangnya mengeras, wajahnya memerah. Ia benar-benar marah, sebab Claire sudah sangat keterlaluan kali ini.

“Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti calon bayiku.” Grace berucap dengan penuh penekanan. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan Suami Miliarder    82

    Belum sempat Shane menyadari apa yang terjadi, Jackson sudah memukul wajahnya berulang kali. Lelaki itu memukulnya dengan sekuat tenaga tanpa ampun sama sekali. Napasnya terdengar memburu. Matanya menyalang tajam, wajahnya memerah karena amarah yang memuncak. “Shane!” Grace bangkit dari ranjang ketika ia melihat Shane dihajar dengan sangat brutal. Darah tampak memenuhi wajahnya karena hidung yang patah, juga sudut bibir yang pecah. Pelipis atasnya tampak tergores kecil, wajahnya biru lebam karena luka pukulan. “Jack, hentikan! Apa yang kau lakukan?!” Grace berusaha menghentikan. Meskipun kepalanya sangat pusing, ia menahan itu demi bisa menyelamatkan Shane. “Lepas!” Jackson mendorong Grace dengan sangat kuat, hingga wanita itu terjatuh ke ranjang. Untungnya perutnya tidak membentur benda apa pun, sehingga tidak berefek pada kandungannya. “Arght.” Grace meringis kesakitan. Ia mengelus perutnya karena merasa sangat kram. Perutnya selalu saja kram ketika ia merasa sangat panik at

  • Penyesalan Suami Miliarder    81

    Terdengar langkah kaki mendekati kamar. Jackson menatap ibunya dengan sorot yang begitu tegas. “Bersikaplah baik padanya atau diam.” Lelaki berparas tampan itu berucap dengan penuh penekanan. Seakan ia baru saja memberikan ancaman. Helena hanya bisa diam dengan perasaan kesal. Pintu terbuka dengan kumunculan Grace di baliknya. Wanita itu datang dengan membawa bunga melati putih, ia melangkah masuk, lalu mengganti bunga yang ada di nakas samping brankar. Wajahnya tampak agak pucat. Ia terlihat tidak terlalu bersemangat. Jackson mengulurkan tangannya, hendak menyentuh wajah Grace, tapi Grace langsung menepis dan menunjukkan sikap yang begitu dingin. Jackson hanya bisa mendesah pelan, berusaha untuk menetralisir perasaan. “Nenek.” Grace memanggil dengan lembut. Ia meraih tangan Margaret, lalu mengecupnya dengan penuh kelembutan. Matanya berkaca-kaca. Jackson bisa menilai seberapa besar cinta yang Grace miliki untuk wanita tua itu. “Ayo bangun.” Grace berucap dengan lemah. T

  • Penyesalan Suami Miliarder    80

    “Grace … Grace ….” Gumaman itu membuat Jackson terbangun dari tidurnya. Ia langsung mendongak, menatap Margaret yang memanggil nama Grace dalam tidurnya. Jackson lekas memencet tombol yang ada di samping ranjang, tak lama kemudian dokter dan beberapa perawat datang untu memeriksa. Helena dan Julian ikut terbangun setelah ruangan itu menjadi ramai. Helena menatap dengan matanya yang memerah. Ia baru terpejam setengah jam yang lalu, tertidur dengan posisi terduduk di sofa. Melihat kerumunan di ranjang Margaret jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Ia sangat khawatir sekarang, berpikir bahwa kondisi ibunya semakin memburuk. “Bagaimana keadaannya, Dok?” Helena memecah kerumunan. Ia menatap dokter yang tengah memeriksa kondisi Margaret. Dokter itu menghela napas dengan kasar. Ia tersenyum dengan kecil. “Kondisinya sudah jauh lebih membaik.”“Grace ….” Margaret kembali menyebut nama itu dengan lemah dan pelan. “Siapa Grace? Apa Grace ada di sini?” “Dia istri saya, Dok. K

  • Penyesalan Suami Miliarder    79

    “Di mana Jack?” Helena menatap sekitar, ia tengah mencari keberadaan putranya. Kondisi Margaret saat ini sedang kritis, tidak mungkin Jackson tidak ada di rumah sakit. Semua orang tahu seberapa besar Jackson mencintai neneknya. “Dia di rumah, Nyonya. Aku sudah memintanya untuk ikut ke rumah sakit, tapi dia tidak mau. Dia sama sekali tidak peduli ketika Nyonya Margaret jatuh pingsan tepat di hadapannya.” Perawat pribadi Margaret berucap dengan rasa takut yang tertahan. Helena menatap dengan kening berkerut. Ia menyorot wanita itu dengan tatapan penuh selidik. “Pasti Grace yang menghasutnya kan? Lihatlah, wanita itu juga tidak ada di sini. Pasti dia yang meminta Jackson untuk mengabaikan neneknya. Selama ini ia selalu menuruti apa pun yang neneknya katakan, bahkan ia tidak peduli dengan perasaannya sendiri, asalkan neneknya merasa senang.” Helena langsung menuduh tanpa bukti. Ia senang karena tidaka ada Grace di sana, tapi ia juga merasa kesal karena Jackson juga tidak ada.“Kau

  • Penyesalan Suami Miliarder    78

    “Apa yang sudah kau lakukan? Apa ucapan Shane itu benar? Kau ingin membunuh Grace? Apa nyawaku benar-benar sudah tidak lagi berharga di matamu sehingga kau selalu mengabaikan ucapanku? Jika kau memang membenci Grace karena pernikahan ini, lampiaskan saja amarahmu padaku! Kau benar-benar ingin aku mati!” Margaret berteriak meluapkan isi hatinya. Ia memukul Jackson dengan sisa tenaga yang ia punya. Tentu saja pukulannya tidak berarti apa-apa bagi Jackson. Emosi yang menyerang Margaret kali ini benar-benar sudah tidak lagi dapat dibendung. Dadanya terasa sangat sakit, ia mulai kesulitan untuk bernapas. Hingga menit berikutnya ia tumbang tidak sadarkan diri. “Nyonya! Nyonya!” Perawat margaret langsung berlari menghampiri. Ia berusaha untuk memberikan pertolongan pertama, memastikan bahwa jantung Margaret masih berdetak. Jackson menghela napas dengan kasar. Ia sudah tidak punya tenaga untuk memulai drama. “Nenek, aku tahu kau hanya pura-pura. Kau tidak bisa mengancamku dengan nyawa

  • Penyesalan Suami Miliarder    77

    Shane menoleh menatap ayahnya, “Bukan apa-apa, kau tidak perlu khawatir.” Ia tersenyum berucap. Melihat ekspresi dan gelagat Shane yang mencurigakan, Robin malah dibuat menjadi semakin curiga. “Apa ini ada kaitannya dengan Grace? Apa bajingan itu melakukan sesuatu semalam, sehingga kalian terlambat tiba di lokasi pesta?” Robin terus mencecar dengan pertanyaan. Ia benar-benar mengkhawatirkan Grace. Apalagi ini sudah menjelang siang dan Grace belum kunjung keluar dari kamar. “Bukan masalah serius, Pa. Tidak mungkin aku tidak memberitahumu jika terjadi sesuatu kepada Grace." Shane berusaha meyakinkan. Robin tidak lagi menekan, terpaksa ia memilih untuk percaya dan pasrah akan jawaban putranya. Ia sudah memercayakan Grace sepenuhnya kepada Shane. Benar apa katanya, tidak mungkin ia merahasiakan sesuatu dari ayahnya. Apalagi jika masalah itu berkaitan dengan Grace. “Papa, Shane, ada apa? Kenapa kalian terlihat tegang?” Lindsay bertanya dengan kening berkerut. Ia melangkah mendeka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status