“Kau tidur di bawah.” Grace berucap dengan nada dingin seraya melempar bantal dan juga selimut ke arah Jackson. Ia tidak peduli dengan kondisi lelaki itu, sebab hatinya sudah mati rasa. Dulu ia akan memperlakukan Jackson dengan sangat baik. Jika Jackson menolak untuk tidur satu ranjang dengannya, ia yang akan mengalah dengan tidur di sofa. Namun, kali ini berbeda, ia tidak ingin mengalah sedikitpun. Apalagi Margaret sudah tahu kebiasaan mereka, jadi ia menyiapkan kamar tanpa sofa di dalamnya. Margaret pikir Jackson dan Grace akan sedikit melunak dengan tidur bersama. Nyatanya, tidak sama sekali. Jackson menatap Grace dengan sorot yang begitu tajam, keningnya berkerut menatap wanita itu. Ia bertanya-tanya dalam dada, mengapa grace tampak jauh berbeda. Ia sedikit tidak nyaman dengan perubahan sikap Grace kali ini. “Apa kau tidak punya hati nurani sama sekali dengan meminta orang sakit untuk tidur di lantai?” Jackson tidak terima sama sekali. “Hati nuraniku sudah mati untukmu.” G
“Biar saya bantu, Tuan.” Seorang pria yang merupakan supir pribadi Margaret berlari menghampiri. Ia membantu Jackson untuk melangkah menuju sofa di ruang depan dan merebahkannya di sana. Grace dan margaret mengekor di belakang dan duduk di sisi sofa yang lain. Tidak lama berselang, Dokter Erick akhirnya datang membawa peralatan medisnya. Lelaki itu melakukan pemeriksaan dengan membuka kancing kemeja Jackson. Grace menelan ludah ketika ia melihat dengan jelas otot-otot perut milik Jackson yang terbentuk dengan sempurna. Ia tidak pernah melihat perut seksi itu sejelas ini. Sebab, mereka tinggal di kamar yang berbeda. Ketika Jackson menidurinya beberapa bulan yang lalu, kondisi lampu kamar juga tidak sedang dalam menyala. Jadi, ini pertama kalinya ia melihat otot perut suaminya. Melihat otot-otot itu, pikiran Grace mulai bergerilya ke mana-mana. Ia mulai membayangkan seperti apa rasanya andai ia bisa menyentuh perut itu. Sebagai wanita dewasa yang haus akan belaian, ia gairahnya se
“Aku senang akhirnya kalian bisa datang ke mari. Sudah lama aku menunggu kalian.” Margaret berucap dengan senyuman. Ia menghirup bunga pemberian Jackson berulang kali. Wanita tua itu merasa sangat damai setiap kali ia menghirup aroma mawar merah. Grace memang orang yang paling pengertian terhadapnya. Ia tahu Grace yang membeli bunga itu meskipun Jackson yang memberikannya kepadanya. Sebab, Jackson tidak pernah datang dengan membawa hadiah setiap kali lelaki itu mengunjunginya. “Menginaplah di sini malam ini.” Margaret menatap Jackson dan Grace secara bergantian. Ia memiliki rencana tersendiri. Ia ingin membuat hubungan jackson dan Grace menjadi semakin dekat dan membaik. “Aku tidak bisa, Nenek. Aku harus bekerja besok pagi, masih banyak file yang harus kubereskan malam ini.” Jackson langsung menolak tanpa sungkan. Ia tidak ingin direpotkan dengan bersandiwara semalam penuh. Apalagi jika ia harus menginap di sana, sudah pasti ia dan Grace akan tidur di atas ranjang yang sama. Ia
“Kamu makan yang banyak, biar cepat sehat.” Jackson berucap dengan penuh kelembutan. Ia menaruh potongan ayam ke dalam piring Claire. Lelaki tampan itu tampak sangat perhatian dan begitu manis.Selama ini Grace berpikir bahwa Jackson memang memiliki kepribadian yang dingin dan tidak romantis. Namun, setelah melihat apa yang ada di depan matanya, ia jadi sadar bahwa bukan kepribadian Jackson yang salah, tapi perasaan lelaki itu terhadapnya. Jackson tidak pernah mencintainya, jadi lelaki itu tidak pernah bersikap baik terhadapnya. Grace menghela napas dengan kasar. Ia sudah tidak peduli dengan hubungan kedua orang itu. Ia telah mati rasa untuk Jackson. Satu-satunya alasannya untuk tetap bertahan di rumah itu karena permintaan Margaret.“Maaf, Claire. Kehadiranku di sini pasti mengganggumu. Aku juga tidak bermaksud untuk merebut perhatian Jack darimu, tapi aku sedang sakit dan butuh diperhatikan.” Claire berucap dengan nada yang begitu lemah. Ia terdengar begitu bersalah. Ekspresi di
“Di mana kau? Aku sudah menunggumu sejak tadi. Kantor akan segera tutup, sementara besok akhir pekan. Kita harus menunggu dua hari lagi jika ingin ke sini lagi.” Terdengar nada bicara Jackson penuh dengan kekesalan. Bagaimana tidak, dia sudah menunggu selama empat jam di sana. Ia sudah mengirim pesan berulang kali, tapi tidak ada balasan. Ia juga sudah menghubungi puluhan kali, dan baru dijawab oleh Grace pada panggilan kali ini. “Aku sudah memikirkannya, aku tidak jadi ingin bercerai.” Grace menjawab dengan lemah dan penuh dengan keraguan. Sesungguhnya ia sangat ingin terlepas dari genggaman Jackson secepatnya, hanya saja ia memiliki pertimbangan. Nenek Jackson sudah tua dan ia hanya meminta agar Grace bertahan sebentar lagi. Mungkin ucapan Margaret ada benarnya. Jika ia bertahan dan bersabar sebentar lagi, barangkali sikap Jackson akan berubah terhadapnya. Ia hanya perlu menunggu selama beberapa bulan hingga anaknya lahir. Tidak mungkin hati Jackson tidak tersentuh ketika ia mel
“Kudengar kau dan Jackson akan bercerai. Apa kau sudah memikirkannya dengan sangat matang? Aku tidak ingin memaksamu untuk tetap bertahan, tapi apa kau yakin ingin bercerai dengannya? Kau bahkan tidak memberitahuku bahwa kau sedang hamil. Jika Jackson tidak memberitahuku, aku tidak akan tahu.” Margaret berucap dengan penuh kelembutan. Dari nada bicaranya, ia terdengar kecewa mendengar berita rencana perceraian Jackson dengan Grace.Grace menghela napas dengan kasar. Di keluarga Forest, hanya Margaretlah yang menerimanya dengan sangat baik. Wanita tua itu satu-satunya yang menganggapnya sebagai keluarga. Orang tua Jackson juga lebih suka jika Claire yang menjadi menantu mereka, tapi mereka tidak bisa menentang perjodohan yang Margaret lakukan. Mau tidak mau mereka harus menerima Grace sebagai menantu. Helena dan Ethan memang tidak pernah bersikap kasar kepada Grace, tapi mereka sangat dingin terhadapnya. Mereka menganggap Grace sebagai penghalang kebahagiaan Jackson. “Aku sudah me