Audrey berjalan menyusuri jalan tanah yang ditutupi guguran daun kering, jalur yang ditempuhnya adalah arah ke dalam perkebunan anggur Leal Vineyards.
Dia masih menangis dalam diam sembari melangkahkan kakinya di atas sepatu boots semata kaki yang dikenakannya. Untungnya itu bukan high heels cantik berujung runcing. Tadinya dia berpikir karena tempat acara pernikahan Gabriel dan Isabella outdoor, mungkin permukaannya tidak rata seperti di indoor. Ternyata jauh dari itu, dia harus meninggalkan pesta seperti ini karena dianggap hanya sekadar pengganggu.
Hembusan angin perkebunan di siang hari yang terik terasa menyejukkan, sedikit menghibur hatinya yang terluka akibat perkataan tajam ibunda Jonas. Namun, Audrey yakin bahwa cinta dari kekasihnya itu murni dan tertanam begitu dalam.
Akhirnya, dia menemukan sebuah ayunan dari tali tambang yang diikatkan di batang pohon anggur tua. Audrey pun memutuskan duduk di situ dan
"Cihh ... apa pula yang dilakukan Audrey di sana, Richie?!" cibir Nyonya Cecilia yang sedang menikmati segelas wine bersama suaminya."Biarkan saja, Darling. Jonas nampaknya ingin menunjukkan bahwa wanita itu kekasihnya ke para tamu pesta!" jawab Richard Benneton santai. Dia sudah mengetahui bahwa putranya serius dengan Audrey.Namun, istrinya menentang keras pilihan Jonas. Memang Cecilia alergi dengan perempuan miskin yang mencoba memanjat ke strata sosial yang bukan kelasnya."Aku akan beri pelajaran yang akan diingat seumur hidup olehnya. Jangan halangi aku, Hubby!" ujar Nyonya Cecilia lalu bangkit berdiri dari kursinya sembari membawa gelas wine yang masih terisi separuh.Jonas dan Audrey baru saja selesai berdansa romantis. Mereka berdiri di tepi lantai dansa sambil menikmati canape yang diedarkan dengan nampan oleh pelayan pesta ke para tamu."Ohh ... hai, Mom. Ada ap
Seusai pesta pernikahan meriah di perkebunan anggur petang itu, Gabriel dan Isabella menghabiskan waktu berdua saja di dalam kamar pengantin.Isabella berdiri di depan cermin wastafel, dia mencoba membuka resleting punggung gaun pengantin warna putih yang sulit terjangkau. Tiba-tiba suara Bass familiar itu muncul di belakangnya, "Butuh bantuan, Cantik?""Ohh yeah, letak resletingnya tak terjangkau tanganku, Gabe. Please—" Isabella membiarkan sepasang telapak tangan lebar itu menyentuh punggungnya lalu menurunkan resleting hingga pangkal dan gaun yang dikenakannya luruh."Darling, kau sangat sexy!" ucap Gabriel dengan suara parau karena serbuan gairah yang dengan cepat menguasai tubuhnya.Isabella memang hanya terbalut secarik renda warna putih di bagian femininnya. Dia membalik badan lalu melucuti dasi tuxedo suami sahnya dan jemari-jemari lentik itu seolah menari-nari melepas satu
"Besok pagi aku akan menemanimu ke Kantor Pengadilan Negara Bagian Texas, Darling!" ujar Jonas sembari memeluk Audrey yang menemaninya menonton pertandingan NBA di layar kaca.Audrey menoleh menatap wajah Jonas lalu tersenyum dan menjawab, "Terima kasih, Jonas. Kuharap tak ada insiden yang aneh-aneh. Seharusnya dengan karirnya yang melejit di sirkuit F1, Dicky bisa mendapatkan wanita penggantiku yang jauh lebih baik dan sesuai keinginannnya!""Untuk apa kau pikirkan hal itu, Audrey. Biarkan saja Dicky mencari sendiri pendamping hidupnya yang baru. Lusa kita menikah, aku tak ingin menunda lagi dengan alasan apa pun!" sahut Jonas lalu mengecup bibir Audrey.Sejujurnya dalam hati kecil Audrey, memang sudah tak ada lagi keraguan, dia memilih pria yang mencintainya siang dan malam tanpa henti. "Jonas ... Jonas Benneton, dengarkan aku bicara," ucap lirih Audrey dengan mata birunya yang berkaca-kaca, "percayalah bahwa mes
"Wow, congrats, Audrey! Aku turut bahagia mendengar persidangan ceraimu sukses. Jadi kapan kau dan Jonas akan menikah?" Suara renyah Chantal terdengar dari loudspeaker HP yang dipegang di tangan Audrey.Mobil Jonas masih terjebak kemacetan lalu lintas siang kota Houston setelah mereka meninggalkan gedung Pengadilan Negara Bagian Texas. Mereka berencana kembali ke kantor karena masih jauh dari jam pulang kerja."Kami akan mendaftarkan pernikahan secara legal besok pagi, Chant. Kalau untuk perayaannya sepertinya aku harus menanyakan langsung kepada Jonas!" Audrey tertawa menanggapi pertanyaan sobatnya. Rasanya awan mendung yang selama ini menutupi hatinya telah sirna tergantikan sejuta binar pelangi.Jonas pun menanggapi dengan meminta ponsel Audrey lalu berkata, "Weekend ini apa keluarga Fremantle bisa berlibur ke Hawaii? Kami akan rayakan pernikahan dengan tema beach side party, Chant!""Whoa, amazin
"Apa kamu baik-baik saja, Audrey?" tanya Jonas dengan wajah cemas memeriksa pipi kekasihnya yang ditampar tadi oleh Nicolas Carter. "Ckk ... akan kubatalkan kontrak kerja sama kami, menyebalkan sekali dia. Terlalu tamak hingga menyentuh wanita yang bahkan sudah kujauhkan darinya. Cari mati!!" gerutu Jonas yang duduk bersebelahan dengan Audrey di sofa ruangannya."Aku baik-baik saja, nanti juga sembuh. Kita kembali bekerja saja, Baby!" jawab Audrey tanpa ingin membesar-besarkan masalah. Dia sudah pernah mendapat tamparan lain, dunia terkadang keras tanpa bisa dihindari seberapa hati-hati pun melangkah, pikirnya diam-diam.Jonas pun mengangguk dan membiarkan Audrey merasa nyaman dengan batas yang dimilikinya. Maka mereka pun duduk di meja kerja masing-masing dan menyibukkan diri dengan laptop."TOK TOK TOK.""Masuk!" sahut Jonas. Ternyata Trevor yang menghadap ke kantornya."
"Wow, cantik sekali Anda, Miss Audrey!" puji Make Up Artist yang menangani riasan wajah dan hairdo mempelai wanita pagi itu di Lucid Dreams Bridal.Senyuman manis di wajah yang terpantul di cermin itu memang begitu sempurna secerah mentari pagi. Audrey pun menjawab, "Terima kasih sudah mendandani saya, Madam Laura. Anda sangat berbakat!""Sama-sama. Saya doakan pernikahan Anda dan suami langgeng. Mari kita keluar menemui mempelai prianya!" sahut Madam Laura Johnson seraya membantu Audrey bangkit dari kursi rias.Ternyata sama halnya dengan Jonas, ketika pria itu menatap sosok Audrey yang cantik paripurna, dia nyaris kehilangan kata-katanya. Mempelai wanitanya berjalan dalam langkah anggun menghampiri dirinya dan menyapa, "Jonas Baby, aku sudah siap berangkat!""Ohh ... tentu saja, Darling. You made me speechless!" jawab Jonas dengan suara parau nyaris menangis karena rasa bahagia ya
"Congratulation, Jonas, Audrey!" ucap Calvin Fremantle seraya memberikan peluk cium untuk pengantin baru tersebut."Thank you, Cal. Lega rasanya karena kami bisa menjadi pasangan sah di mata negara!" jawab Jonas dengan senyum tipis. Kedua orang tuanya berdiri bersedekap dengan mimik wajah serius tak jauh dari mereka.Kedua sobat wanita Audrey pun memberi ucapan selamat yang tulus, mereka bersepakat menjauhkan Audrey dari keributan yang mungkin muncul seusai acara pernikahan barusan."Audrey, tolong tetaplah bersama kami dulu. Biarkan suamimu yang menghadapi keluarga Benneton!" ujar Chantal lirih sambil mengajak mempelai wanita cantik itu duduk bersebelahan dengan dia dan Jessica Carrera.Tanpa membantah, Audrey duduk tenang dan menyaksikan apa yang akan terjadi berikutnya. Di ruang tunggu kantor kependudukan masih ada setidaknya selusin antrean dengan berbagai keperluan.&nbs
"Darling, mari kubantu melepas gaun pengantin yang cantik ini!" ujar Jonas dengan suara parau terbakar gairah dalam dirinya.Audrey menggigit bibir bawahnya saat menatap pantulan bayangan dirinya dan Jonas di cermin wastafel. Suaminya memesan sebuah kamar presidential suite di hotel bintang 5 paling mahal di Texas. Memang ini adalah malam pengantin yang mendebarkan baginya, entah apa yang akan mereka lalui nanti.Ratusan percintaan telah dia jalani bersama Jonas, apakah ada bedanya dengan malam ini? Audrey bertanya-tanya dalam hatinya.Gaun putih berbordir perak dengan aksen mutiara cantik itu luruh meninggalkan tubuhnya dan teronggok di lantai tergantikan sepasang lengan kekar berbulu gelap yang menangkup bulatan kembar penuh di dadanya."Aakkhh, Hubby ... kau menginginkanku sekarang?" desah Audrey memejamkan mata dengan kepala terdongak ke langit-langit kamar mandi. Rambutnya terurai me