"Ohh no, Calvin. Baru saja kita sampai di hotel sudah turun salju. Udaranya dingin sekali!" keluh Jessica Carrera dengan tubuh menggigil. Seusai membayar tarif taksi yang mahal karena perjalanan jauh dari Bandara Zürich hingga hotel tempat mereka menginap, Calvin membiarkan bell boy mengangkut koper mereka dan tas belanjaan Jessica tadi ke dalam lobi. "Tenanglah, ada penghangat di kamar pastinya dan aku juga akan membuatmu tak kedinginan lagi. Tunggu sebentar ya aku akan selesaikan proses check in kamarnya di resepsionis!" jawab Calvin sembari berjalan ke meja konter di lobi."Selamat datang di Hotel Villa Honeg. Apa sudah membuat reservasi kamar, Sir?" sambut wanita muda berambut sedagu pirang itu kepada tamunya."Hello, Miss. Saya mereservasi sebuah kamar atas nama Mister Jonas Benneton. Apa ada di daftar Anda?" jawab Calvin sesuai perubahan rencana sobatnya.Petugas resepsionis itu memeriksa di layar komputer kerjanya lalu menjawab, "Yes, Sir. Ada reservasi satu kamar di lantai t
"Perjalanan pulang yang melelahkan, Audrey. Kuharap kau tidak jatuh sakit setelah liburan usai!" ujar Jonas setelah menurunkan koper Jessica dan Calvin di Bandara Miami, Florida. "Tidak, aku baik-baik saja, Hubby. Lantas apa koper mereka akan kita bawa sampai Texas?" balas Audrey sembari berjalan di sebelah Jonas menuju ke loket pembelian tiket pesawat dari Miami ke Dallas. Setelah selesai membeli tiket berdua, Jonas pun menjawab, "Ada karyawan Calvin yang akan membawa pulang koper-koper ini ke penthouse mereka. Sepertinya itu orang suruhan Calvin!" Dia menunjuk seorang pria awal dua puluh tahunan berkemeja lengan pendek mengangkat papan kertas bertuliskan nama Mr. Jonas Benneton."Hello, Sir. Saya Bobby, yang akan membawa pulang koper Mister Calvin dan istrinya," ujar pemuda itu berjabat tangan dengan Jonas. "Ini silakan diambil, ada dua koper saja. Baiklah, saya harus melanjutkan penerbangan ke Dallas, terima kasih atas bantuanmu, Bobby!" jawab Jonas seraya menyerahkan troli beri
"Mom, ada apa pagi-pagi begini sudah bertandang ke kantorku? Permintaan Mommy kemarin untuk membatalkan honeymoon ke Swiss sudah kulakukan, bukan?" ujar Jonas dengan wajah tanpa senyuman. Dia melirik ke arah wanita muda berpakaian elegan yang duduk di sebelah Nyonya Cecilia Benneton, dia seperti sempat berpapasan dengannya di suatu tempat.Ibundanya tertawa riang lalu bangkit dari sofa diikuti perempuan yang menemaninya. "Mom, ada perlu denganmu tentunya, Jonas My Son. Oya, perkenalkan ini Camilla Sanders, cucu dari Mrs. Agatha Sanders. Aku ingin dia menjadi asisten pribadimu mulai hari ini!" tuturnya ringan dengan tatapan meremehkan ke arah Audrey yang nampak terkejut."No. Itu tak bisa terjadi. Kalau Mom mau, nona ini bisa kucarikan pekerjaan di bagian lain di perusahaan kita. Di Departemen Marketing atau Departemen Humas, dia bisa magang di bagian tersebut!" tolak Jonas dengan keras. "Ya ampun, kenapa kau begitu kasar dengan putri kolegaku, Jonas?! Camilla ini memiliki gelar Maste
"Auntie Cecil, nampaknya Jonas sudah lengket sekali dengan istri barunya itu. Aku jadi tak enak hati harus mengganggu pernikahan mereka!" cerocos Camilla Sanders sambil duduk di sofa ruangan presdir Benneton Prime Company.Ibunda Jonas memijit pelipisnya karena bingung memikirkan taktiknya yang gagal total pagi ini. Dia mencoba mencari kesempatan lain untuk memisahkan Jonas dan Audrey."Sepertinya aku minta bagian personalia memasukkanmu ke perusahaan ini saja dulu!" jawab Nyonya Cecilia Benneton berusaha mencari solusi jitu dari segala penolakan Jonas."Sebenarnya tujuan Auntie Cecil mendekatkan aku dengan Jonas untuk apa sih?" pancing Camilla berharap memang ada kesempatan menjadi menantu keluarga Benneton.Wanita paruh baya itu tersenyum penuh arti seraya menjawab, "Aku ingin Jonas mendapat pasangan yang sepadan. Wanita intelek yang berasal dari keturunan terhormat pastinya!""Ohh ...benar, memang penting, Auntie. Kalau memang aku pilihan yang dianggap cocok sebagai pendamping Jona
Dengan dagu terdongak angkuh Camilla Sanders memasuki Gedung Pusat Benneton Prime Company pagi itu. 'Hmm ... kelak semua karyawan pasti akan menunduk hormat ketika berpapasan denganku. Tentu saja karena aku dapat dipastikan menjadi nyonya bos. Mommy dari Jonas, CEO sombong itu sudah merestui langkah pendekatanku dengan putranya!' batin wanita berambut pirang terang tersebut percaya diri."TING." Lift terbuka di hadapannya dan beberapa karyawan menyenggol lengannya secara tidak sengaja karena berebut masuk untuk segera sampai di lantai divisi masing-masing."Hey, kalian tak tahu ya siapa aku?!" hardik Camilla meradang. Mata cokelat itu melotot seakan mau copot saja dari tempatnya. Salah seorang karyawati menyahut, "Memangnya kau siapa? Anak baru saja banyak tingkah!" "APA?! DASAR KURANG AJAR!" teriak Camilla mengamuk dan mengulurkan tangan kanannya yang berkuku tajam bermanikur dengan cat kuku merah menyala."Alaa ... siapa sih dia? Sudah tutup saja pintu lift. Dasar orang gila sok p
"Hoeekk ... hoeekk!" Suara mual dari kamar mandi di ujung pagi itu membangunkan Jonas dari tidur lelapnya.Pria itu terlalu lelah untuk bangun pagi-pagi buta dan tak menyadari istrinya menghilang dari sisinya di ranjang karena mereka terlalu banyak bercinta semalaman hingga dini hari. Sekalipun pernikahan Jonas bersama Audrey telah berjalan selama dua bulan lebih, mereka tetap saja mesra dan sepakat membuat rasa manisnya cinta tetap awet hingga ujung waktu.Dia bangkit dari tempat tidur dan setengah berlari menuju ke kamar mandi untuk memeriksa ada apa gerangan dengan Audrey. "Darling, kamu kenapa?" tanya Jonas, alisnya berkerut cemas."Hubby, mungkin aku butuh memeriksakan diri ke dokter kandungan. Menstruasiku terlambat dan rasanya sering mual di pagi hari. Biasanya aku bisa menahan rasa ingin muntah itu, tetapi pagi ini sudah tak mampu!" Audrey menyeka air matanya karena perutnya kembali bergolak. "Ohh, apa artinya aku akan jadi ayah? Wow, ini berita menggembirakan, Darling. Apa y
"Akhh ... perutku berkontraksi kuat sekali!" keluh Isabellla MacConnor saat dirinya sendirian di rumah. Suaminya masih bekerja di rumah sakit karena memang masih sore. Belum waktunya Gabriel pulang kerja.Sesaat Isabella berpikir bahwa dia ingin menunggu Gabriel saja baru memeriksakan diri ke dokter. Namun, kontraksi itu membuat perutnya serasa diremas-remas dan janinnya pun gelisah. Ketika akan naik ke ranjang, cairan hangat meleleh dari dalam melewati pahanya. "Astaga aku pecah ketuban!" Isabella lalu segera mengambil ponsel di nakas lalu menelepon nomor HP suaminya.Beberapa kali nada sambung terdengar lalu suara maskulin itu menyapa Isabella, "Hello, Dear Bella. Ada apa, tumben meneleponku jam segini?" "Gabe, aku pecah ketuban baru saja. Bagaimana ini?!" tanya Isabella panik karena belum pernah melahirkan."Hey ... hey, jangan panik, Sayang. Tarik napas dalam-dalam lalu hembuskan. Kamu akan melahirkan beberapa jam lagi, tak perlu terburu-buru. Siapkan saja yang ingin kau bawa ke
"Darling, aku ingin menunjukkan sebuah hadiah untukmu. Tutuplah matamu dulu sebentar!" ujar Jonas ketika mereka berkendara berdua dengan Lamborghini two seats menuju ke Woodlands, daerah suburban kota Houston yang lebih tenang lingkungannya."Ohh, hadiah dalam rangka apa, Jonas? Aku tidak sedang berulang tahun," tanya Audrey sedikit heran."Hadiah istimewa untuk istriku tercinta. Aku mempertimbangkan karena sebentar lagi kau akan melahirkan. Sabar ya, pakailah penutup mata yang kusiapkan di laci dashboard. Aku jadi teringat kencan buta kita dulu!" ujar Jonas terkekeh. Tempat tujuan mereka sudah dekat, dia pun melirik sekilas ke arah Audrey yang dengan patuh mengenakan penutup matanya. Setelah memarkir mobil di depan pintu garasi samping rumah bertingkat dua lantai itu. Jonas membukakan pintu mobil lalu membantu istrinya turun. Perut Audrey telah membuncit seiring berjalannya proses kehamilan, dia dibimbing dengan hati-hati oleh Jonas menaiki tangga teras depan lalu suaminya membuka