Share

Bukan Pahlawan

“PRIA BRENGSEK!!” maki Prisilla keras-keras.

Bahkan Amanda yang bercerita padanya menutup telinga. Ia paham dengan kekesalan sahabat karibnya ini. Prisilla kenal Alex dan sejak awal hubungan Amanda dan lelaki itu, sahabatnya menentang.

“Bisa-bisanya dia brengsek!” Dari mulut Prisilla meluncur sumpah serapah untuk Alex. Amanda tidak akan menghapal satu pun sumpah serapah dari berbagai bahasa itu. Ia tidak berniat mengucapkannya, tetapi ia bersyukur ada yang mau memakai semua itu untuk menyumpahi lelaki paling brengsek dalam hidupnya. “Aku akan membunuhnya jika bertemu!” kata Prisilla sungguh-sungguh.

Amanda merasa dirinya amat sangat buruk kini. Ia tidak tahu apa yang bisa dikatakan pada Prisilla. Ia memang memberitahu kalau Alex menjualnya, tetapi tidak mengatakan kalau ia sudah terjual. Ia tidak mau Prisilla menghindarinya. Amanda merasa sangat egois, tetapi ia butuh teman seperti Prisilla sekarang.

“Aku benar-benar dibutakan cinta,” kata Amanda pada Prisilla pelan.

Sahabatnya merengkuh Amanda segera, membiarkan gadis itu menangis dan tidak mencoba menginterupsi. Lama sampai kemudian Amanda berhenti menangis. Matanya bengkak sekarang dan hidung Amanda menjadi mampet. Ia masih bersandar di bahu Prisilla.

“Jangan pikirkan lagi si Al … maksudku si brengsek itu!” tegas Prisilla pada Amanda.

Amanda mengangguk dan menyambar tisu lalu membersihkan hidungnya keras-keras. Walaupun sudah berjanji tidak memikirkan Alex, ia tak bisa menghilangkan kejadian buruk yang menimpanya begitu saja. Bayangan William yang duduk menunggunya sadar dengan hanya memakai pakaian tidur seperti mimpi buruk. Itu adalah kenyataan paling buruk yang hadir di hidup Amanda.

Ia butuh waktu yang lama untuk melupakan kecelakaan yang menimpa dirinya. Kecelakaan yang terjadi lima belas tahu lalu yang menjadikan Amanda yatim piatu. Selama waktu yang dilalui untuk menerima kejadian tragis itu, ia selalu mengalami mimpi buruk setiap malam. Kali ini, berapa lama waktu yang harus dihabiskannya. Ia sendiri tidak mau menerima kenyataan sudah tidur dengan seorang pria yang baru dua kali ditemui. Ditambah lagi hal tersebut didasarkan azas jual beli. Dirinya bukan barang. Amanda adalah seorang manusia.

“Baiklah … kita akan pergi bersenang-senang!” Tiba-tiba Prisilla berseru.

Amanda menarik selimut hingga menutupi kepalanya segera. Bersenang-senang dalam kamus Amanda berada jauh dari keramaian. Namun, untuk Prisilla sebaliknya. Ia akan menyeret Amanda ke sebuah pesta yang penuh dengan dentuman musik dan orang-orang yang nyaris tidak dikenal.

“Aku tidak mau pergi,” gumamnya dari dalam selimut.

Selimut yang menutupi tubuh Amanda seketika itu terbang dan mendarat di lantai. Prisilla sudah berkacak pinggang, bibirnya yang seksi cemberut.

“Inilah yang harus diubah darimu. Kamu tidak boleh sendirian saat seperti ini. Kamu tahu kan setan bisa saja menyuruhmu melakukan hal aneh?” Prisilla menarik kedua tangan Amanda untuk berdiri.

“Aku benar-benar tidak mau pergi,” rengek Amanda. Suaranya terdengar sengau.

Ia ingin sendirian sekarang. Mungkin menangis sampai tertidur karena kelelahan. Akan tetapi, selama ada Prisilla di sini hal itu tidak akan terjadi.

Karena dorongan Prisilla, Amanda sudah selesai berdandan sekarang. Entah memang sahabatnya memiliki intuisi yang kuat, atau sejak awal memang sudah berencana mengajak Amanda ke pesta. Di dalam tas Prisilla ada gaun cantik yang pas di tubuh Amanda.

“Kamu harus tunjukkan pada cecungguk itu, kalau tidak butuh dia lagi. Oke?”

Amanda tidak berharap bertemu Alex sekarang. Seluruh tubuhnya jadi gemetar setiap kali melihat Alex. Ia masih bisa merasakan bagaimana Alex begitu mempengaruhinya di bandara. Namun, ia mengangguk juga. “Ya. Aku pasti akan menunjukan hal itu padanya,” tekad Amanda.

***

Pesta yang didatanginya menyebalkan. Bukan hanya karena tidak ada seorang pun yang dikenal, tetapi juga karena setelah sampai di pesta Prisilla malah menghilang.

Apanya yang datang ke sini mau menghiburku? Amanda merungut. Ia mengambil koktail buah yang berada di atas nampan yang dibawa pelayan.

Amanda mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Bisa dibilang ke beberapa tempat yang bisa dilihat dan tidak menemukan Prisilla di sana. Ia ingin tahu ke mana sahabatnya itu pergi.

“Tidak kusangka bisa bertemu denganmu di sini.”

Seluruh tubuh Amanda menegang seketika. Ia tak mungkin lupa suara yang menjadi mimpi indahnya beberapa lama ini. Bahkan, beberapa minggu lalu ia tak sabar mendengar suara yang sama menyatakan lamaran padanya. Ia berharap sekarang sedang bermimpi dan terbangun di kamar kosnya. Namun, akhirnya lelaki yang menghancurkan mimpi indah Amanda berdiri di depannya. Ia meletakan gelas koktail yang baru sedikit disesapnya dan melirik cemas. Ia berharap Prisilla muncul sekarang supaya bisa keluar dari sini segera. Akan tetapi, harapannya tidak terkabul.

“Wajahmu pucat, apa kamu sakit?”

Biasanya Amanda akan senang mendengar nada khawatir yang keluar dari mulut Alex. “Jangan sentuh aku!” Ia menepis tangan Alex yang sudah terulur. Tubuhnya sudah mulai gemetaran.

Lelaki di depannya tampak tersinggung dengan sikap Amanda. “Jadi kalau William boleh menyentuhmu? Upss … aku lupa kalau kalian ….”

Amanda tahu kalau Alex sengaja ingin memancing emosinya sekarang. Lelaki di depannya sedang ingin mempermalukannya. Ia mengenggam erat-erat gaunnya untuk menahan amarah dan air mata. “Mungkin,” kata Amanda tak kalah pongah. Mendengar pengakuan dirinya sendiri, Amanda merasa jijik. Tidak ada satupun yang terjadi malam itu yang disyukurinya.

“Kalau begitu, kamu juga akan suka jika aku mendekatimu lagi, kan?” Alex maju.

Amanda tidak tahu harus lari ke mana. Ia berharap seseorang datang dan menyelamatkannya, bahkan jika itu iblis. Punggungnya sudah membentur dinding dan di manapun pahlawan yang dipanggil Amanda harus segera datang.

“Ah … sepertinya kamu memiliki kebiasaan buruk, ya?”

Amanda mendengar suara seorang lelaki lagi saat memejamkan matanya karena takut. Ia tak mau membuka mata dan menyadari jika hanya memanggil pahlawan di dalam khayalannya saja.

“Wah, aku baru saja mendengar sesuatu yang aneh? Kebiasaan buruk? Maksudmu?” tanya Alex.

Ia bertanya-tanya apakah sekarang boleh membuka mata dan mengetahui siapa yang sudah mengambil peran menjadi pahlawannya.

“Perempuan ini milikku!”

Tubuh Amanda melayang beberapa inci dari tanah. Ia membuka mata dan melihat William telah membopongnya di pangkuan. Ia melotot, tapi malah berpegangan erat pada pria itu. Bahkan ia dengan sengaja bersandar di dada bidang William.

“Kamu sudah menjualnya padaku. Artinya kamu sudah tidak punya hak untuk menganggunya sekarang,” kata William. Ia membawa Amanda pergi dengan tidak membiarkannya turun dulu.

Ia menjadi perhatian semua orang di dalam ruangan sekarang. Maka Amanda kembali memejamkan mata. Begitu udara dingin sudah menerpa wajahnya, Amanda berontak dan berhasil turun dari gendongan William.

“Kamu juga tidak memiliki hak untuk memperlakukanku seperti ini!” Suara Amanda kecil, padahal dorongan untuk berteriak sangat besar .

William tersenyum dan Amanda memiliki keinginan untuk melayangkan tonjokan ke wajah tampan milik pria di depannya.

“Aku harus bicara denganmu. Ini masalah penting,” kata William tenang.

“Sayangnya aku tidak ingin bicara padamu. Apa kamu mengerti itu? Bahkan tidak ada sedikitpun bagian diriku yang ingin dekat denganmu!” Amanda kembali menekan keinginannya untuk berteriak dan menepis ingatan bahwa ia baru saja bersandar pada William.

Masih dengan senyuman di wajahnya, William berkata, “Kamu akan bersyukur saat mendengarnya. Sungguh. Ini penawaran yang sangat bagus untukmu.” Kemudian ia membunuh jarak yang hanya tersedia sedikit di antara mereka. “Kamu yakin tidak ada bagian dari dirimu yang menginginkanku.”

Amanda bertanya pada dirinya, bolehkah sekarang ia melayangkan pukulan ke wajah William yang tampan dan tidak menyesal karena memutuskan itu?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status