Share

Hubungan Berdasarkan Kesepakatan

“Jadi dia menolak keponakanku?” Ayah tiri William meremas kertas yang menjadi bulatan-bulatan kecil dan menjentikannya kembali ke atas meja.

Ia baru saja selesai menjamu keponakannya yang patuh dan cantik. Kembali mengatakan pada gadis berusia 23 tahun tersebut kalau anak tirinya akan menyetujui rencana pertunangan tersebut. Kini ia mendapatkan kabar yang bisa menghancurkan rencananya dengan cepat.

“Dia tidak punya hubungan dengan seorang gadis bukan?” tanya Wyatt pada mata-mata yang ditempatkan di dekat William.

Pemuda yang menjadi sopir pribadi William itu memberi hormat terlebih dahulu sebelum menjawab, “Saya mengantarkan seorang gadis dari hotel tempat menginap Tuan William di Bali. Gadis itu pergi dengan tergesa-gesa di pagi hari. Tuan Azzar meminta saya mengantarkan gadis itu ke bandara dengan selamat.

Wyatt mendesah. Ada-ada saja yang berusaha mengagalkan rencananya. Awalnya ia ingin memanfaatkan Esme, untuk mengekang William. Akan tetapi, pemuda itu malah melarikan diri dengan alasan sekolah untuk menjadi penerus perusahaan. Ia bahkan menyusun rencana supaya Esme mendapat kecelakaan supaya William pulang. Bukannya pulang, putra Esme malah semakin bebas di luar dan dirinya yang terikat pada wanita lumpuh tersebut.

“Sialan!” Ia melempar pajangan yang terletak di atas meja kerja hingga hancur. “Selidiki gadis itu!” perintahnya.

Mata-mata yang ditempatkan untuk mengawasi William menunduk dan pergi, meninggalkan Wyatt bersama dengan orang kepercayaannya Antonio.

“Kamu juga pergilah!” usir Wyatt.

Antonio menunduk dan mundur.

Wyatt harus memikirkan ulang rencananya sekarang. Bagaimana pun caranya ia harus membuat William menikah dengan Lily keponakannya.

***

William tidak tahu dari mana datangnya gadis ini. Tiba-tiba saja sudah ada di kantornya dan tidak bisa diusir lagi. Dengan sengaja ia berusaha mengabaikan gadis tersebut. Ia makan di luar bersama klien dan mengurus semua berkas yang seharusnya dibaca di ruangan kantor di lapangan golf. Gadis tersebut masih belum beranjak dari sana.

“Kamu benar-benar punya daya tahan seperti kecoak, ya?”

Mulut William sama sekali tidak manis. Awal pertemuannya dengan Lily ia masih berusaha bertahan dengan kelakukan gadis itu. Ia bersikap layaknya pria dewasa yang menghadapi anak-anak. Namun, lama kelamaan dirasakan keberadaan Lily yang menganggu bagai hama. Sampai ia melupakan sopan santun dan berkata semaunya.

LIhatlah bagaimana Lily beraksi. Gadis tersebut tertawa seolah-olah perkataan William sama sekali tidak menyakitkan.

“Apa yang kamu inginkan?” tanya William.

Ia akan mengabulkan apa saja asal Lily pergi. Tak masalah dengan beberapa juta uang yang akan melayang. Toh, ia mencarinya setiap hari seperti akan mati besok.

“Kakak sudah makan?” tanya Lily dengan gaya manja.

Menurut William Lily bisa mendapatkan lelaki manapun dengan sikapnya yang manis. Sayang sekali, William tidak termasuk. Bukan karena Lily tidak menarik. William mengakui kalau gadis yang bertanya ini cantik, tingginya sekitar 165 cm. Bibir Lily merekah indah, wajahnya bulat kecil, tubuhnya pun langsing. Ia selalu mengenakan pakaian yang membuat semua orang berdecak kagum. Semua itu tidak bisa membuat William tertarik. Lily adalah keponakan kesayangan yang akan dijodohkan Wyatt dengan William. Fakta itu saja sudah membuatnya melarikan diri setengah mati.

“Sudah. Aku makan di luar dengan klien.”

Wajah Lily mendadak sedih. Ia meremas-remas jemari di pangkuannya. “Jadi, Kakak tidak bisa menemaniku makan?”

Menemani Lily makan sama saja dengan mencari mati. William tahu ayah tirinya menempatkan seseorang untuk jadi mata-mata. Ia bahkan tahu siapa orang itu. Ia mengatus semua informasi yang keluar sesuai dengan yang diinginkan. Semua tindakannya sudah direncanakan sehingga tidak merugikan dirinya. Jadi tidak ada tempat buat Lily dalam rencana tersebut.

Pintu ruang kerjanya diketuk pelan. Azzar muncul dan menunduk di belakang, berbisik. Setelah itu William tersenyum. “Tentu saja, aku juga harus menemui seseorang sebenarnya. Akan kuperkenalkan dia padamu.”

Lily tampak riang. Ia meloncat berdiri dan berkata kalau sangat senang.

William sendiri berujar dalam hati, kalau raut cerah di wajah Lily akan hilang sebentar lagi. Ia berjalan lebih dulu dan meninggalkan Lily di belakang. Langkahnya sengaja dipercepat supaya tak bisa gadis manis di belakangnya bergelayut di lenggan.

“Kamu datang?” William merasakan dirinya terdengar riang begitu melihat wajah Amanda.

Gadis itu datang mengenakan gaun yang dikirimkan bersama Azzar. Amanda terlihat cantik mengenakan warp dress. Hanya saja wajahnnya cukup mengkhawatirkan. Ia tampak tak suka dibawa menemui William dengan paksa.

“Kamu masih marah karena aku ingkar janji untuk makan siang tadi?” William tidak punya janji makan siang dengan Amanda. Ia bahkan diancam Amanda kemarin. Untuk kelangsungan hubungan mereka, ia terpaksa menyetujui.

“Aku sudah bilang untuk tidak mengangguku sementara ini, kan? Aku memintamu membiarkan aku berpikir.” Amanda berbisik. Emosi terasa di setiap kata-katanya.

Senyum William tidak menghilang dan ia berpura-pura menyangkan ciuman di pipi Amanda untuk bisa berbisik. “Aku juga tidak berencana seperti ini. Tapi aku butuh bantuanmu untuk lepas dari masalah di belakang.”

William membayangkan ekspresi tidak suka di wajah Amanda. Ia berharap Amanda tidak menendang atau menonjok wajahnya. Belajar dari pengalaman, Amanda kadang bisa meledak-ledak. Saat di hotel Amanda bahkan menyerangnya dengan bantal sambil menangis, padahal ia membayangkan gadis itu meringkuk ketakutan.

Ia merasa lega saat melihat ekspresi Amanda berubah senang. Bibir Amanda bergerak pelan minta diterjemahkan: Kamu berhutang padaku, katanya.

William tahu. Ia juga tahu kalau setiap hutang harus dibayar. Ia tidak akan pernah lupa. Ia juga tahu kalau hubungan yang akan terjalin dengan Amanda hanya berdasarkan kesepakatan saja.

“Kamu harus memberiku makan malam yang menyenangkan hari ini.”

Amanda pasti sering menonton drama roman, karena kalimatnya benar-benar seperti seorang kekasih yang merajuk. William bisa merasakan gejolak aneh di dadanya saat mendengar kalimat manja dari gadis itu.

“Apa boleh minta keringanan padamu?” tanya William. Ia berharap saat mengatakan hal ini, Lily akan mundur sendiri. Bukannya tak bisa bersikap romantis sepanjang mala mini dengan Amanda. Namun, hutangnya akan terlampau banyak pada gadis itu nantinya.

“Apa?”

“Ada sepupuku yang menunggu sejak tadi siang. Katanya dia belum makan, kita … bisa mengajaknya?” tanya William.

Ia menoleh pada Lily dan mendapati gadis itu tidak akan mundur. William memejamkan mata pasrah. Apapun yang terjadi maka terjadilah sekarang.

“Tidak.”

Wiliam membuka mata dan melotot.

“Kenapa aku harus berbagi waktuku dengannya! Kalau kamu mau makan malam dengannya juga, sana lakukan sendiri. Aku akan pulang!” seru Amanda menghentakan kaki dan berbalik pergi.

William menelan ludah. Azzar mengedip padanya dan memberi kode untuk mengejar Amanda yang kabur. Ia seperti mendapatkan angin surga dan berlari berteriak memanggil nama Amanda.

William berkata di dalam hati kalau Amanda sangat berbakat dalam akting. Saat Amanda menyetujui tawarannya nanti, ia akan menambahkan poin di mana gadis itu sekolah akting. Karena setelah lepas darinya, Amanda bisa jadi aktris besar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status