Share

4.Kepasrahan

Bunyi bel apartement berbunyi mengalihkan fokusnya,  menggerutu sambil memakai bathrobe bertanya-tanya siapa yang mengganggu kedamaian kali ini . Ini waktunya semua orang beristirahat .

Berpikir itu adalah sahabatnya ,  Florence kedepan dengan santai untuk membuka pintu apartemen tanpa mengetahui siapa sebenarnya yang ada dibalik pintu apartemennya tersebut.

Saat membuka pintu, tangan dan matanya yang sedang terarah mengikat bathrobe itu teralihkan oleh sepatu pantofel yang dia lihat dari ujung lantai bawahnya yang berarti kali ini dia salah mengira, bukan sahabatnya yang datang namun seseorang yang ingin dia hindari setelah hari yang melelahkan ini .

"Apa yang kau lakukan disini? " Bertanya setelah menyelesaikan ikatan bathrobenya. Mencoba tidak gugub . Tampilan pria itu sepertinya baru pulang dari kantornya,tapi bukannya ke rumahnya sendiri , malah ke apartemennya?

"Apa yang kau tanyakan Florence, tentu saja aku di sini ini salah satu propertiku." Jawab Evander dengan tangan yang berada di saku jas nya.

"Tapi ini tempaku Tuan Evander, yang berarti kau tidak berhak masuk dan mengklaim ini milikmu seenaknya." Jawab Florence bernada tegas , Oh tentu saja ini milik Evander, Gedung P.M Star memang milik dia , tapi dia tidak bisa seenaknya mengklaim apartement seseorang sebagai miliknya .

"Aku punya hak Florence , jangan lupa kau itu adalah istriku dan aku berhak mengklaim tempat ini sebagai tempatku juga." Jawab santai Evander kembali dan melangkah ke dalam tanpa kendala sedikit pun. Membuka kancing jas dan melonggarkan dasinya sembari matanya berkeliaran melihat situasi atau tempat yang ditinggali oleh istrinya Florence setahun belakangan ini .

Sedangkan Florence terlihat heran dengan tingkah laki-laki depannya ini , Setelah sekian lama mereka  menyandang status suami istri , dan untuk pertama kalinya suaminya sudi untuk ke tempatnya .

Dia bisa pulang ke rumah megahnya bukan? Bukan ke tempatnya yang tidak sebanding dengan milik Evander .

"Huh, Bisakah kau membawakanku secangkir teh? Aku haus." Sedangkan orang yang ditanyanya hanya bisa terpaku di belakang sofa yang ditempati oleh suaminya itu.

"Apakah kau tidak mendengarku Florence ? " Menengok ke belakang seraya memastikan Florence mendengar seruannya .

"A-apa ..  B-baiklah,"  Terbata-bata akan pertanyaan dari Evander,melangkah ke bagian tempat air minum berada di kitchen room dan membuatkan secangkir teh berharap agar Evander bisa pergi dari tempat ini secepatnya .

Sedangkan Evander yang bisa melihat keengganan dari istrinya itu hanya terkekeh geli . Apa kedatangannya kesini membuat istrinya itu kaget ?

Florence saat ini tengah berdiri termenung dengan tangan mengaduk gula hingga bisa menyatu dengan cairan panas teh itu , Berpikir apa saja hal yang bisa membuat Evander bisa sampai ke sini.

Ah apa Evander sudah menyetujui surat perceraiannya? Oh good itu sepertinya itu jawaban yang masuk akal. Syukurlah sepertinya dia tidak akan terlalu lama berurusan dengan seorang Pramudya Evander Smith .

Sementara lelaki yang ada di pikirannya saat ini juga   Sedang menutup mata merileks kan badannya  setelah seharian bekerja tapi bukannya pergi ke rumah megahnya dan beristirahat dia malah ke tempat istrinya. Hah sungguh tidak terduga .

"Minumlah! " Setelah menaruh cangkir ke meja di hadapan Evander . Duduk seraya memperbaiki bathrobenya yang seakan ingin menjalar ke mana-mana .

"Kurasa kau tidak perlu repot-repot untuk mengantarkan berkasnya kemari,Kau bisa menyuruh Sopirmu atau Kurir mengantarnya ke sini "  Cerocos Florence percaya diri dengan spekulasi kedatangan suaminya itu untuk mengantarkan berkas perceraian mereka yang sudah ditandatangani oleh lelaki itu .

"Berkas apa yang kau maksud ? " Kening lelaki itu berkerut sambil bertanya dengan nada lembut , mempertanyakan hal yang sebenarnya sudah bisa dia tebak .

"Ya berkas perceraiannya . Kau kesini untuk itu kan? " Tanya Florence memastikan , lagipula mana mungkin suaminya kesini hanya untuk berbasa-basi. Sangat tidak mungkin!

"Tujuanku ke sini bukan untuk mengantarkan surat perceraian, tapi aku ingin membuat kesepakatan denganmu "

"Apa maksudmu Evander? Aku hanya ingin berpisah denganmu bukan membuat kesepakatan " Wajah wanita berubah memerah emosi , berharap kemarahannya kali ini jangan sampai menyembur membuat lelaki di depannya ini semakin menjadi-jadi . 

Apalagi yang ingin dimainkan oleh Evander , yang dia inginkan hanya berpisah dari Evander dan setelah itu beban pikirannya akan terasa legah, hidupnya akan tenang begitu pula Evander.

Florence berdiri "Aku sedang tidak ingin bermain-main Evander, cukup tanda tangan, kita bercerai dan kamu bisa bebas berbuat apa saja di luar sana- " Lanjut wanita itu lagi tapi terpotong dengan kata spontan laki-laki di depannya .

"Tidur denganku "  Wanita ini terlalu banyak bicara  dan jawaban evander kali ini sukses membungkam mulut wanita itu, bahkan saat ini wajahnya terlihat kaget dengan mulut menganga dan mata melotot yang hampir keluar .

"W-what ?! Apa yang kau bicarakan HAH ?"

Kesal dengan jawaban dan pertanyaan berbelit-belit wanita ini Evander langsung saja menarik Florence hingga terduduk di pangkuan nya dengan tubuh kaku bahkan dengan nafas tertahan .

"Apa yang aku bicarakan?!  kuharap kau tidak lupa Florence kalau kita masih berstatus suami istri dan aku punya hak untuk itu "  Peringati Evander .

"T-tapi .. "  Flores bahkan tidak bisa melanjutkan ucapannya karena jari telunjuk yang menempel di bibirnya dengan wajah Evander yang hanya beberapa centi dari wajahnya yang mengharuskannya merasakan hembusan nafas hangat pria itu . Aroma citrus dari pria itu seakan ingin mengajak ke aufhoria bersama , terlalu sexy dan memikat.

"Ssst , itu adalah kesepakatannya. Kau bersedia dan aku akan mentandangani surat perceraian yang kau ajukan itu dan tidak ada penolakan."

Berdiri sambil membawa Florence yang ada di gendongannya dan masuk kedalam kamar wanita itu tanpa peduli pemberontakan kecil  yang dilakukan wanita yang ada di gendongannya ini .

Dikamar ,Evander bahkan langsung melemparkannya di kasur meski empuk dan tubuhnya tetap memantul aman , hanya saja dia ingin memberontak . Ini bukan kemauannya . 

Bathrobenya sudah acak sana-sini memperlihatkan sebagian pundak dan paha mulusnya dan itu membuat tatapan nafsu pria di depannya ini semakin menggila . 

Bahkan Evander tak segan menjilati bibirnya dengan nafas memburu .

Membuka kancing bajunya satu persatu , membuat Florence ketakutan dan spontan mengundurkan badannya ke badan kasur .

"Ev-van kita bisa membicarakan ini baik-baik b-bukan? Tidak perlu seperti ini "

"Tidak perlu seperti apa Flo , kau istriku dan aku ingin meminta salah satu hak ku padamu "

"T-tapi.. " Jawaban itu tak terselesaikan saat Evander dengan tubuh strihlest dengan otot-otot berbentuk itu mengarah padanya dan membungkuk membuatnya ikut tertanam ke dalam kasur .

Mata mereka memandang satu sama lain , tenggelam beberapa detik hingga mata Evander kemudian berfokus pada bibirnya .

"Tidak perlu menolak , karena aku akan tetap melakukannya . Tenang saja kau hanya perlu mendesah di bawahku dan aku akan membawamu ke kenikmatan duniaku " Penyataan itu menjadi detik berlalu ketika bibir Evander meraup bibir Florence di depannya dengan buas .

Malam itu suaminya mengambil sesuatu yang tidak pernah dia kasih ke siapapun. Kesakitan,kenikmatan dan kepasrahan dia alami sepanjang malam itu .

Tbc...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status