Share

Kembali Pulih

Author: Afi Qinai
last update Last Updated: 2025-05-06 19:48:33

“APA? PEREMPUAN PANGGILAN?”

Yasmin yang sudah ditunggu oleh sahabatnya untuk bercerita hanya bisa menganggukkan kepalanya lemah dengan tanpa tenaga.

“Elo benar-benar gila! Bagaimana bisa lo lakuin hal itu?”

“Huufft! Gue benar-benar terhimpit, Tan! Gue tidak tahu bagaimana caranya agar bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu sekejap. Gue tidak mau jika paman gue yang licik itu mengambil nenek dari gue.”

“Hallo! Kenapa lo tidak memikirkan gue? Gue bisa bantuin lo! Gue bisa kasih uang buat bantuin lo tanpa harus terlibat dengan laki-laki yang bahkan kamu tidak tahu asal-usulnya itu!” sahut Intan.

“Hem! Saat itu aku langssung bertemu dengan dia. Ya, tidak ada kata lain selain nasi sudah menjadi bubur.”

Yasmin semakin tidak bertenaga. Dia memilih untuk menelungkupkan kepalanya sembari membuang nafasnya perlahan.

“Setelah ini gue akan ke rumah sakit untuk melihat kondisi nenek. Gue benar-benar butuh istirahat! Gue lelah!” ujar Yasmin memutuskan untuk memejamkan kedua matanya sejenak ditengah riuhnya para mahasiswi lainnya di kantin kampus. Intan yang melihat sahabatnya menggelengkan kepalanya lemah. tidur di tengah keramaian orang memang cukup biasa dilakukan oleh Yasmin. Hal itu sudah biasa dilakukan dirinya sebelum menjalankan pekerjaan paruh waktunya. Itulah sebabnya Intan membiarkan sahabatnya tertidur beberapa waktu untuk mengistirahatkan dan memulihkan tenaganya.

5 menit waktu yang cukup digunakan untuk Yasmin hanya sekedar menaruh rasa lelahnya. Dia terbagun tanpa peduli beberapa sorotan mata memperhatikan dirinya. “Hooaamm! Sudah waktunya, gue harus pergi!” ujar Yasmin melihat kearah jarum jam yang terpasang pada pergelangan tangan kirinya.

“Gue anterin! Sekalian jenguk nenek lo!” ujar Intan menahan sahabatnya yang baru akan beranjak dari tempat duduknya.

“Tunggu! Gue mau bayar makanan ini dulu!”

“Gue nitip bayarin dong, Tan!”

“Iya, nyonya! Gue akan sekalian bayarin lo. Ya, walaupun lo pasti lupa jika baru saja menjadi seorang milyader dengan mendapatkan uang 1,5M dengan begitu mudanya,” celetuk Intan menggoda sahabatnya.

“Aahh! Sialan, lo!”

*****

“Hai, nek! Bagaimana tiga hari ini? Kenapa nenek tidak bangun-bangun? Yasmin sudah berada disini untuk nenek! Jujur kalau Yasmin benar-benar sangat bosan berada disini. coba kalau kita dirumah, Yasmin akan menghibur nenek sepanjang hari. Yasmin akan bercerita untuk nenek, memasak untuk nenek, dan tidur bersama sambil berpelukan. Kita pulang yuk, nek! Tapi nenek harus bangun!”

Yasmin terus berusaha agar neneknya bisa sadarkan diri. Dia terus mengajak ngobrol seolah-oleh neneknya bisa mendengarkan dirinya berbicara. Sekalipun suasana di dalam ruangan itu sangat sunyi.

“Oh! Yasmin! Lihatlah itu!”

Intan sedikit mengejutkan Yasmin dengan tiba-tiba berteriak sembari menunjukkan kepada dirinya gerakan tangan sang nenek yang sedikit bergerak setelah Yasmin bercerita kepadanya. Dia pun langsung beranjak dari tempat duduknya sembari membulatkan kedua matanya.

“Panggil dokter, Yas! Sepertinya nenekmu bisa mendengarkan dirimu! Nenekmu akan segera sadar!”. Yasmin menganggukkan kepalanya dengan kuat dan langsung bergegas keluar dari dalam ruangan untuk mencari suster ataupun dokter.

“Sus! Tolong nenek saya! Sepertinya dia sudah sadarkan diri. Aku melihat tangannya bergerak.”

“Baik, nona! Sebentar! Saya hubungi dokter khususnya agar bisa segera keruangan anda dan memeriksa keadaan nenek anda.”

“Baik, sus! Terimakasih!”

Yasmin benar-benar bisa bernafas dengan lega melihat keajaiban yang saat ini terjadi kepada dirinya. Dia bahkan tidak berhenti-hentinya untuk bersyukur.

“Permisi, non!”

Yasmin dan Intan langsung beranjak dari tempatnya saat melihat dokter dan suster yang sudah tiba di dalam ruangan sang neneknya. Mereka saling berpelukan dan saling berharap mendapatkan kabar yang terbaik.

“Bagaimana, dok? Apakah nenek saya akan segera sadarkan diri?” tanya Yasmin setelah melihat dokter telah menyelesaikan tugasnya.

“Benar! Saya sudah memberikan obat tambahan juga kepada nenekmu. Semoga dengan itu bisa membantu menyadarkan nenekmu dengan cepat!”

Yasmin langsung tersenyum mendapatkan kabar itu. Dia memeluk sahabatnya dengan sangat erat untuk meluapkan rasa bahagia di dalam dirinya. Bahkan dia tidak memperdulikan lagi suster dan doketr yang hendak akan meninggalkan dirinya.

Tuut! Tutt! Tuutt! Tuut!

Yasmin terus menunggu neneknya sadar setelah apa yang sudah terjadi beberapa menit yang lalu. Namun, mata nenek Yassmin masih belum kunjung terbuka. Beberapa menit dia sangat senang, tapi untuk saat ini dia merasa kembali cemas.

“Huuh! Aduh, Yasmin! Bisa tidak lo diam mondar-mandir seperti itu? Gue benar-benar pusing lihat lo!”

Yasmin membuang nafas beratnya. “Dokter bilang jika nenek akan sadarkan diri. Tapi sampai sekarang belum bangun juga, Tan?”

“Aduh, Yas! Lo harus sabar! Mending lo sekarang duduk yang tenang dan gue akan keluar buat beli makanan. elo belum makan sejak dari kampus tadi. kebetulan gue juga lapar.”

Yasmin membuang nafasnya dan berjalan untuk memilih duduk di tempat Intan dan merebahkan tubuhnya.

“Baiklah! Aku akan tetap disini!”

Beberapa waktu berlalu. Sembari menunggu neneknya sadar, Yasmin membuka laptop bututnya untuk mengerjakan beberapa tugas yang baru saja ia dapatkan dari dalam kelas di kampus. Mengerjakan tugas dimanapun tempatnya sudah menjadi hal yang biasa untuk Yasmin. Bahkan dia biasa mengerjakan tugas-tugasnya ditengah banyaknya pekerjaan sebagai pekerja paruh waktu.

“Y-yasmin! Y-yasmin, A-apakah kau disana?”

Yasmin terperangah saat mendengar suara rintihan yang terdengar tidak begitu jelas memanggil namanya.

“Nenek!” dia segera berdiri saat mengetahui neneknya bersuara dan bergegas menghampiri dirinya. Dia juga membantu neneknya untuk melepaskan selang alat bantu pernafasan agar bisa dengan muda dan jelas saat berbicara.

“Nenek! Akhirnya nenek sadar juga! Yasmin benar-benar khawatir dengan keadaan nenek lagi. Tolong jangan seperti ini lagi ya, Nek! Yasmin masih membutuhkan nenek untuk Yasmin hidup!”

Nenek Yasmin terkekeh mendengar keluhan cucunya. Dia seperti kembali ke masa kanak-kanaknya saat setiap kali berada dalam pelukan neneknya.

“Bersama dengan siapa kau disini? Apakah dengan pamanmu?”. Dengan cepat Yasmin menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari sang nenek yang biasa dipanggil nyonya Martha.

“Sekarang, Yasmin hanya berdua bersama dengan Intan untuk menjaga nenek. Tapi dia sedang keluar membeli beberapa makanan untuk Yasmin.”

“Lalu? Dengan apa kau membayar semua ini? Bukankah perawatan di ruangan ini cukup mahal untuk pekerja paruh waktu sepertimu ini?”

Deg!

Yasmin langsung terdiam mendengar celetukannya. Mustahil jika Yasmin mengatakan apa yang sudah terjadi sebenarnya dihadapan sang nenek.

Ceklek!

Yasmin tersentak ketika Intan membuka pintu ruangan neneknya begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Tapi, itu cukup menyelamatkan dirinya dari rasa tertegun karena memikirkan jawaban dari pertanyaan neneknya.

“Intan? Apa kau kembali merepotkan Intan untuk nenekmu ini?”

Intan yang sama sekali tidak tahu menahu kabar dalam ruangan yang baru beberapa menit ia tinggalkan terkejut begitu namanya disebutkan oleh Martha.

“Nenek? Kau sudah sadar? Syukurlah!” ujar Intan juga langsung mendekat kearah Martha dan juga Yassmin.

“Nenek benar-benar berterimakasih kepadamu karena sudah menjadi teman dan sahabat untuk cucuku ini. Maaf jika dia harus banyak merepotkan dirimu. Tapi berjanjilah untuk Intan. Suatu saat nanti kau akan mengembalikan semua uang perawatan untuk nenek kepada Intan,” sambung Martha membuat Intan semakin bingung. Namun, Intang sudah sangat hafal dengan sebuah kode yang tiba-tiba saja diberikan oleh Yasmin. Dia pun langsung berpura-pura dan terpaksa masuk ke dalam alur cerita sahabatnya.

“I-itu tidak perlu dipikirkan, nek! Yang terpenting nenek bisa segera sembuh lalu bisa kembali pulang. Yasmin akan sangat senang jika melihat nenek kembali pulih dengan cepat!” ujar Intan benar-benar membuat Yasmin bisa bernafas dengan lega.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perempuan Panggilan Untuk Ceo   Rumah Duka

    “Saya sudah memeriksanya dan obat yang ada di dalamnya memang berbeda, non! Saya juga sudah mengkonfirmasi rumah sakit bahwa mereka sama sekali tidak pernah mengeluarkan obat tanpa adanya surat rekomendasi dari pihak yang terkait. Jadi ini di luar dari rumah sakit, non!”Deg!Yasmin langsung terdiam mendengar penjelasan dari dokter. Dia langsung pergi ke rumah sakit tanpa mengurus neneknya setelah mengetahui neneknya telah tiada. Dia ingin mengetahui penyebab kematian Martha yang serba mendadak dan kekhawatirannya selama ini pun terjadi.“Paman! Aku yakin semua ini karena ulah paman!” gerutu Yasmin dengan penuh rasa amarah di dalam hatinya.“Baiklah, dok! Untuk mengetahui semuanya dengan lebih jelas, aku ingin melakukan autopsy!” ujar Yasmin mengambil keputusan sepihak. Sementara setelah pengumuman kematian dari Martha, Hans langsung mengambil Martha dari rumah yassmin untuk mengadakan pelepasan terakhir di rumah megahnya dengan menghadirkan semua kolega-kolega bisnisnya. Tentu saja h

  • Perempuan Panggilan Untuk Ceo    Kehilangan

    Bugh!Setelah tiba di rumah, Yasmin langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu. Dia membuang nafassnya dengan cukup berat setelah satu hari yang cukup melelahkan bagi tubuh dan juga pikirannya. Pertemuan yang kesekian kali denga Brian membuat Yasmin kembali memikirkannya.“Non, nenek memanggil anda!” ujar suster membangunkan lamunan Yasmin.“Huuft! iya, sus! Aku akan segera ke kamar nenek!”Yasmin kembali menarik nafasnya panjang sambil beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan dengan sisa tenaga menuju ke kamar Martha.Ceklek!Perlahan dia membuka pintu kamar neneknya dan masuk tanpa lebih dulu mengetuk pintu. Seperti biasa suasananya cukup hening. Hanya terdengar suara dari monitor yang terus terpasang pada pergelangan tangannya untuk terus memantau kondisi kesehatannya.“Nenek? Apakah kau memanggilku?” ujar Yasmin saat dirinya sudah berada tepat di samping neneknya yang tengah berbaring untuk beristirahat.Dengan sekuat tenaga Martha membuka kedua matanya dan memaksaka

  • Perempuan Panggilan Untuk Ceo   Nge-Date

    Hari minggu yang cukup berbeda dari biasanya bagi Yasmin. Pagi-pagi sekali dia harus berdandan rapi hanya untuk menemui pria yang sudah dijadwalkan oleh Martha untuk dirinya.“Aiih! Cucu nenek cantik sekali. Semoga berhasil, ya! Ingat! Jalani dengan normal. Nenek tidak ingin jika kau tidak menaruh hormat dengannya. Semua adalah kolega nenek, dan nenek akan memantaunya,” ujar Martha saat Yasmin tiba di kamarnya sebelum pergi.Yasmin membuang nafasnya berat.“Baiklah, nek! Yasmin pergi dulu!”“Semoga berhasil!”Yasmin pergi dengan menggunakan taxi seperti biasanya saat sedang ke kampus. Martha menyiapkan pertemuan mereka pada sebuah restaurant yang cukup berkelas. Padahal, justru selama ini dia akan datang pada restaurant-restaurant tersebut untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Namun, saat ini dia yang akan menjadi pengunjung di salah satu restaurant mewah itu.“Permisi, mbak! Reservasi atas nama nyonya Martha?”“Aah, ya! Dengan nona Yasmin?”Yasmin menganggukkan kepalanya lemah sembari

  • Perempuan Panggilan Untuk Ceo   Kandidat Jodoh

    “Yasmin pulang!”Yasmin berteriak saat dirinya sampai di rumah tepat pukul 11 malam. Tempat yang pertama ia tuju adalah kamar Martha. Namun, ketika dia datang menemui neneknya di dalam kamar, hanya keheningan yang terasa.“Nenek! Yasmin pulang! Maaf hari ini Yasmin telat pulang dan tidak memberikan kabar kepada nenek. Ponsel Yasmin lowbet lupa untuk mengisi daya. Sementara Intan tadi lebih dulu mengajak Yasmin untuk pergi makan sebelum pulang, itulah sebabnya dia Yasmin pulang telat,” ujar Yasmin menjelaskan dengan suara pelan karena takut mengganggu istirahat sang nenek. Namun, Yasmin merasa cukup aneh dengan perempuan paruh baya yang tengah terlelap dihadapannya. biasanya Martha akan cepat merespon setiap kali mendengar suaranya. Tapi kali ini tidak. Dia masih dalam posisi yang sama terdiam tanpa bergerak sedikitpun.“Nenek? Kau sudah tertidur pulas, ya?” sambungnya.Martha masih terdiam tanpa berkutik sekalipun Yasmin mulai memegang tangannya dan sedikit menggoyang-goyangkan tubuhn

  • Perempuan Panggilan Untuk Ceo   Galau

    “Ini gaji kamu hari ini, ya! Aku harap untuk besok kau bisa datang lebih awal lagi jika gajimu ingin bertambah!”Bugh!Yasmin merebahkan tubuhnya sejenak pada tempat duduk di ruang istirahat karyawan pada tempat kerjanya. Dia melihat kearah jarum jam yang sudah menunjukkan hampir tengah malam.“Huuft! Sampai kapan hidupku seperti ini! Kali ini benar-benar terasa sangat melelahkan!” keluh Yasmin sembari memejamkan kedua matanya untuk beberapa menit saja.[“Carilah jodoh secepatnya! Nenek rasa itu akan memudahkanmu untuk menyelesaikan semua yang ingin kau capai. Dia juga akan melindungimu dari pamanmu yang s erakah itu!”]Ucapan Martha kepada dirinya terus terputar di dalam pikiran. Yasmin benar-benar terdesak dengan permintaan sang nenek yang terus-menerus mendesak agar dirinya secepatnya bisa menemukan jodoh. Pasalnya dia sama sekali tidak mempunyai seorang pria untuk saat ini.Yasmin langsung membuka kedua matanya lebar sembari membuang nafasnya berat.“Hufftt! Bagaimana bisa orang s

  • Perempuan Panggilan Untuk Ceo   Datang Meminta Warisan

    Yasmin sangat bersyukur bisa kembali pulang bersama dengan neneknya. Dia terlihat mengurus Martha dengan sangat baik sebelum meninggalkan dirinya untuk kembali bekerja.“Sebentar lagi kamu ulang tahun, ya! Memasuki usia 25 tahun. Nenek pikir usia itu sudah matang untuk kamu menikah!”Yasmin langsung menghentikan aktifitasnya terkejut dengan kalimat yang kembali keuar dari ucapan sang nenek. Sudah dua kali dia berbicara tentang jodoh kepada dirinya. Padahal Yasmin pun tidak pernah memikirkan hal itu. Dia benar-benar terus fokus untuk tujuannya.Yasmin menarik nafasnya panjang dan membuangnya perlahan dan melangkahkan kakinya menghampiri sang nenek. Sementara Intan yang masih ada bersama dengan dirinya terus membantu Yasmin untuk membereskan beberaoa barang-barangnya yang baru saja ia bawa dari rumah sakit. Dia pun turut mendengarkan percakapan antara sahabat dengan neneknya.“Nenek! Ayolah! Kenapa nenek bersikeras menginginkan aku agar bisa cepat menikah? Yasmin masih harus menyelesaik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status