Penolakan Nyonya Amber terhadap dirinya adalah hal yang sangat menyakitkan bagi Kyra. Ditambah lagi, perempuan yang dulu selalu memberikan perlindungan terhadap Kyra, saat ini memilih menghindari tatapannya. Bahkan Nyonya Amber menepis dengan kasar genggaman tangan Kyra.
“Ibu ....” Kyra memanggil dengan lirih, sarat akan rasa putus asa. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk meluluhkan hati Nyonya Amber dan mendapatkan satu kata maaf dari perempuan itu. "Kumohon ... jangan seperti ini."
Nyonya Amber bergeming, tidak menanggapi panggilan dari Kyra yang nelangsa. Tanpa berminat sedikit pun untuk mengurai kata-kata, Nyonya Amber membawa langkah kakinya pergi dari hadapan Kyra.
“Ibu ... maafkan, aku.” Ucapan tulus Kyra tersapu oleh angin, karena dia hanya bisa menatap sendu pada punggung Nyonya Amber yang perlahan-lahan mulai menjauh.
Genangan cairan bening di kedua pelupuk mata bulat Kyra, menelan habis hasratnya un
Richard memerlukan waktu setidaknya satu jam untuk menenangkan Kyra. Wanita kesayangan Richard itu tidak berhenti menyalahkan diri sendiri atas perseteruan yang terjadi antara dirinya dengan Nyonya Amber. Meskipun Richard berulang kali mengatakan bahwa itu bukan semata-mata karena kesalahan yang dilakukan oleh Kyra, tetapi tetap saja tangisnya sulit untuk diredakan.“Kau pasti belum makan, ‘kan?” Richard mengurai pelukannya, setelah Kyra tidak lagi berurai air mata. Dan wanita pemilik sepasang mata bulat itu mengangguk lirih.Perasaan sedih membuat Kyra kehilangan napsu makan, dia tidak merasakan lapar sama sekali.“Aku akan memasak untukmu.” Richard mengambil inisiatif untuk beranjak ke dapur.Akan tetapi, Kyra segera menahan langkah Richard. “Biar aku saja,” ucapnya.Richard juga pasti belum makan. Setiap kali datang berkunjung, Richard sengaja mengosongkan perutnya demi bisa menikmati makanan yang dimasa
Richard sangat jarang memeriksa mutasi rekening tabungan yang dia miliki. Akan tetapi, kali ini Richard perlu melakukan itu untuk keperluan administrasi bank dalam transaksi jual beli gedung yang akan dia jadikan kantor perusahaan barunya di North Island.Memiliki beberapa rekening membuat Richard sedikit bingung dan ternyata dia salah mengakses akun. Yang saat ini sedang terpampang di layar komputer jinjingnya adalah catatan kredit dan debit dari rekening lain. Richard memberikan sebuah kartu kredit dan debit kepada Kyra sebagai pegangan. Sebab, Richard melarang wanita terkasihnya tersebut untuk mencari uang sendiri. Richard memenuhi semua kebutuhan Kyra setiap bulan. Apa saja yang Kyra mau, Richard pasti akan berikan. Meskipun Kyra sangat jarang meminta ini dan itu.Kerutan tergurat pada kening Richard setelah membaca deretan angka yang dikirimkan kepada nomor rekening asing. Nominalnya cukup besar dan dilakukan beberapa waktu lalu. Kalau Richard tidak salah ingat, i
Biasanya Kyra tidak mengalami morning sickness seperti perempuan hamil lainnya. Akan tetapi, sejak dua hari yang lalu, perut Kyra selalu bermasalah setiap pagi. Ada saja yang membuat Kyra mengeluh tentang kehamilan yang masih sangat muda itu. Dan Kyra harus melalui semua sendiri, tanpa ada siapa-siapa yang menemani. Kyra juga mendadak ingin menikmati masakan yang dibuat oleh Nyonya Amber.“Sayang … itu mustahil. Minta yang lain saja, ya.” Kyra bernegosiasi dengan janin dalam perutnya yang ditengarai sebagai penyebab datangnya keinginan tiba-tiba itu.Mendatangi Nyonya Amber tidak akan membuat keinginan si jabang bayi menjadi kenyataan. Alih-alih dituruti, bisa jadi Kyra kembali menerima penolakan dari Nyonya Amber seperti pada beberapa kesempatan sebelumnya. Bukankah Nyonya Amber sudah tidak menganggap Kyra sebagai putrinya lagi?Sendu kembali menggantung di kedua pelupuk mata Kyra. Kyra selalu ingin menyerah untuk mendapatkan kata ma
Meskipun Kyra meminta Richard untuk buru-buru sampai di apartemen mereka, dia tetap saja menyempatkan diri untuk mampir ke suatu tempat. Belakangan ini Kyra selalu bercerita tentang keinginannya memakan ini dan itu. Jadi, Richard sengaja singgah sebentar ke toko kue dekat apartemen, untuk membeli beberapa makanan ringan yang diidamkan oleh wanita kesayangannya tersebut.Audi hitam yang Richard kendarai, dia parkirkan di area parkir sebuah toko. Langkah jenjang laki-laki itu terayun memasuki toko tersebut. Aroma manis yang menggugah selera dalam sekejap mata langsung menyapa indera penciuman Richard, begitu pintu toko terbuka lebar.“Selamat datang di toko kami!” seru seorang pegawai perempuan menyapa kedatangan Richard.Laki-laki itu hanya tersenyum sekilas menimpali sapaan ramah si pramuniaga.“Ada yang bisa kami bantu?” Pramuniaga itu dengan sigap menghampiri Richard.Sepasang mata bulat Richard menyisir seisi toko. Bebera
Richard tercengang mendengar ucapan Nyonya Amber. Selama ini Richard mengirimkan uang kepada Nyonya Amber bukan untuk tujuan itu. Tidak terbersit sedikit pun niatan Richard seperti yang Nyonya Amber tuduhkan. Lagi pula, Richard pikir dia tidak akan sanggup jika harus membayar Kyra agar tetap berada di sisinya. Sebab, Kyra terlalu berharga. Tidak bisa diniali dengan mata uang mana pun.“Menyingkir sekarang juga, Tuan Kaya Raya! Apa kau belum cukup puas merebut putri semata wayangku?! Tidak bisakah kau enyah saja?! Bahkan aku akan lebih senang jika kau tidak ada di dunia ini!” Nyonya Amber meluapkan amarahnya.Richard mengalah. Dia tidak mau semakin memperkeruh keadaan dengan melawan wanita yang selalu diliputi emosi setiap kali berhadapan dengannya itu. Jujur saja, Richard tidak tega hati melihat Nyonya Amber hidup kekusahan. Akan tetapi, Richard tahu betul wanita tersebut memiliki perangai yang keras.Hanya ada satu cara untuk membuat Nyonya Amber ma
Memang tidak mudah untuk bersama selamanya. Akan tetapi, demi Kyra Dellania, Richard Parker akan melakukan apa saja.“Kita akan selalu bersama. Aku akan tetap berada di sisimu, Sayang,” ucap Richard.“Apa pun yang terjadi?” tanya Kyra untuk memastikan keteguhan hati atas ucapan yang Richard lontarkan tersebut.Richard mengangguk tanpa keraguan. “Apa pun yang terjadi, aku akan tetap di sisimu.”“Bagaimana jika—”“Sayang, tolong berhenti memikirkan sesuatu yang membuatmu terbebani.” Richard merangkul Kyra dan mengusap lembut surai perempuan mungil itu. “Kau harus bahagia agar bayi kita juga merasakan bahagia, bukan?” imbuhnya.Usapan tangan Richard kini berpindah ke perut Kyra. Masih terlihat rata. Namun, janin itu tumbuh di sana. Kyra sudah sempat memeriksakan kandungan tersebut ke dokter, meskipun Richard tidak sempat menemaninya.“Aku mencintaimu, Say
Setelah perusahaan rintisan Richard mulai beroperasi, laki-laki itu menepati janjinya. Richard memboyong Kyra dari apartemen mereka di South East ke rumah baru yang dia beli di North Island. Meskipun perihal waktu, Richard masih belum bisa menemani Kyra setiap hari. Paling tidak, intensitas pertemuan mereka menjadi lebih sering dibandingkan dengan sebelumnya saat Richard fokus mengurusi perusahaan Tuan Parker di Midtown. Tuan Parker —ayah Richard— tidak mengizinkan putra semata wayangnya keluar dari perusahaan begitu saja. Jadi, Richard mau tidak mau harus membagi waktu untuk tetap mengurus perusahaan keluarga di Midtwon dan juga bisnis pribadi di North Island. Akan tetapi, Richard memastikan bahwa Kyra tetap menjadi prioritas utama baginya, apalagi mengingat wanita kesayangan Richard itu tengah mengandung buah hati pertama mereka. Richard tidak mau Kyra melalui semua kesulitan seorang diri. Rumah seluas 72 meter persegi itu memiliki satu kamar utama, satu kamar tamu
“Maaf. Aku tidak seharusnya mengatakan itu, aku—”“Sayang ….” Richard menyela ucapan Kyra. “Untuk apa meminta maaf? Kau tidak melakukan kesalahan apa pun,” imbuhnya menenangkan.“Tapi ….” Kyra menggantung kalimatnya, ia tahu betul perbincangan tentang Nyonya Amber sering kali tidak membawa akhir yang menyenangkan, justru hanya menyisakan kecanggungan.