Share

Part 4

“Hahaha .... Kamu jangan sombong anak muda. Dia sudah saya beli dengan harga yang sangat mahal. Jadi kembalikan baik-baik atau saya akan membuatmu tak bisa bicara selamanya,” ucap pria paruh baya yang tak lain adalah Ferdi Adinata dengan lantang.

Marvel tersenyum miring sambil mengeratkan salah satu tangannya yang melindungi gadis itu. “Mungkin Anda yang akan menyesal berurusan dengan saya. Saya akan mengganti 10 kali lipat dari uang yang Anda keluarkan. Dan saya akan melaporkan Anda ke pihak berwajib karena menganiaya seorang perempuan. 1 atau 2 pasal mungkin cukup untuk membuat Anda mendekam ke jeruji besi dalam waktu yang lama,” balas Marvel santai.

“Terlalu banyak omong!!! Kamu tahu berapa uang yang saya keluarkan?” Ferdi menunjukkan seringainya. Pria itu berjalan mendekat ke arah Marvel. “1 Milyar,” tambahnya.

Gadis di dalam pelukan Marvel terkesiap mendengarnya. Ia semakin memeluk erat Marvel seakan meminta perlindungannya.

“Itu masalah kecil,” Marvel tersenyum tipis. “Datanglah ke Dirgantara Group besok pagi. Saya akan mengembalikan uang Anda 10 kali lipat. Dan satu lagi, jangan lagi mendekati gadis ini. Karena dia milikku!” ucap Marvel tegas dengan tatapan dingin  yang menusuk.

Seketika Ferdi membulatkan kedua matanya setelah mendengar ‘Dirgantara Group’ disebut oleh laki-laki muda yang kini merebut gadis  miliknya.

“D-Dirgantara Group? Apa hubungan ...” seketika Ferdi tak mampu meneruskan perkataannya.

‘Dirgantara Group bukannya yang menjalin kerja sama dengan perusahaanku seminggu yang lalu ya?’

“Jangan mengada-ada kamu anak muda! Kamu pikir saya tidak tahu siapa pemilik Dirgantara Group? Hahaha ....” ucap Ferdi sambil tertawa terbahak-bahak.

“Datanglah besok! Dan kamu akan tahu siapa saya sebenarnya!” Marvel membalikkan badan, beranjak dari sana. Namun ia berhenti sesaat dan kembali berucap. “Satu lagi! Cari namaku ... Marvel Dirgantara!” ucapnya tanpa berbalik.

Seketika Ferdi Adinata membeku di tempatnya berdiri mendengar setiap ucapan Marvel padanya.

‘Matilah aku!!! Batin Ferdi’

                              ~*~

Marvel membawa gadis asing itu menuju mobilnya yang berada tak jauh dari pintu masuk ‘Black Marion Bar’. Laki-laki itu mengurai pelukannya, dan seketika rahangnya mengeras melihat kembali pakaian gadis itu. Ia segera melepas hodie miliknya dan memakaikan pada gadis yang kini menunjukkan wajahnya.

“Ayo aku antar pulang,” ucap Marvel datar.

Namun gadis itu tak bergeming. Dan tak lama kemudian tubuhnya melemas dan langsung di tangkap oleh Marvel. Tanpa berkata apa-apa lagi, Marvel membawa masuk gadis itu ke dalam mobilnya.

Tring .... Tring ....

Marvel meraih ponselnya yang berdering kencang. Ia mengangkat panggilan dari sahabatnya.

“Halo?”

>> “Lo di mana, Vel?”

“Gue di jalan, ada urusan mendadak. Nanti Gue hubungi lagi.”

Setelah memutuskan panggilan secara sepihak, Marvel segera masuk ke mobilnya kembali dan segera keluar dari area kelab tersebut.

Marvel mengetuk-ngetukkan jarinya ke kemudi mobil yang kini sedang melaju membelah jalanan yang tampak lengang. Otaknya sedang berfikir ke mana dirinya membawa gadis yang kini berada di sampingnya.

Setelah mempertimbangkan beberapa pilihan, Marvel memutuskan membawa ke unit apartemen miliknya.

Gadis yang terlalu lemah dan sedang dalam keadaan syok dengan apa yang dialaminya beberapa saat yang lalu, menurut ketika Marvel menggendongnya ke suatu tempat yang tak pernah ia tahu. Dalam hatinya ia berharap laki-laki yang menolongnya ini adalah dewa yang dikirimkan Tuhan untuk melindunginya.

Klik ...

Pintu unit Marvel terbuka setelah ia memasukkan beberapa kata sandi dengan susah payah. Marvel langsung membawa gadis itu ke dalam kamar satu-satunya di sana, sebelum menanyakan asal-usulnya lebih jauh.

“Istirahatlah sebentar. Aku akan turun membeli beberapa barang di bawah,” ucap Marvel datar. Ketika laki-laki itu akan beranjak, satu tangan mungil itu menghentikan pergerakannya. “Kenapa?”

“Tolong saya,” lirihnya.

“Kamu aman di sini. Aku akan turun membeli beberapa makanan dan pakaian untukmu. Aku akan segera kembali,” ucap Marvel dengan sedikit lembut.

Gadis itu mengangguk.

“Namaku Nana.” Ucapnya lemah.

Marvel menarik kedua sudut bibirnya. “Tunggulah di sini,”

Nana mengangguk patuh.

Setelah kepergian Marvel, Nana kembali menangis, meratapi nasibnya selama ini. Apalagi kejadian yang baru saja dialaminya, membuat luka tersendiri di dalam hatinya.

“Kenapa bibi tega memperlakukan Nana seperti ini?” gumam Nana di sela isak tangisnya.

Satu jam kemudian, Marvel kembali ke unitnya dengan membawa beberapa paper bag di kedua tangannya. Laki-laki itu segera masuk ke kamar dan menghampiri Nana yang masih menutup wajahnya.

“Kamu mau mandi?” tanya Marvel kemudian. Laki-laki itu bingung mau bertanya apa. Sehingga hanya kata sederhana  yang mampu keluar dari mulutnya.

Perlahan Nana membuka kedua tangannya. Wajahnya yang sembab dan basah karena air mata membuat hati Marvel berdenyut seketika.

“Mandi ya? Terus makan. Aku udah pesenin beberapa menu makanan. Bentar lagi datang kok,” bujuk Marvel.

Nana memandang wajah Marvel sesaat dan mengangguk.

“Di sana ada pakaian dan beberapa perlengkapan untuk kamu. Aku tunggu di luar,” ucap Marvel lagi seraya beranjak.

“Terima kasih, Tuan. Anda baik sekali,” ucap Nana lirih.

Marvel menyunggingkan senyumannya. “Sama-sama. Jangan lama-lama ya?”

Setelah mengucapkan itu, Marvel keluar dari kamar. Ia harus segera menyelamatkan jantungnya yang berdetak tak karuan.

‘Kenapa perasaan ini lagi? Gumam Marvel dalam hati.’

Di dalam kamar, Nana membuka satu per satu paper bag yang dibawa Marvel padanya. Saat mendapati isi dari salah satu paper bag di sana, seketika ia membulatkan matanya tak percaya. Sungguh! Ia tak pernah mendapati laki-laki membelikan pakaian dalam wanita.

‘Dia tidak seperti om-om tadi kan? Gumam Nana dalam hati.’

Kini Nana tampak lebih segar setelah membersihkan diri dan keramas. Pakaian yang dibelikan Marvel untuknya sangat nyaman dipakai. Nana tak henti-hentinya bercermin sejak di dalam kamar mandi.

Dengan langkah teratur, Nana menghampiri Marvel yang duduk di meja pantri.

“T-Tuan,” sapa Nana lirih.

Marvel tersentak dalam lamunannya. Ia menoleh ke arah Nana yang kini menakutkan kedua tangannya. Lagi-lagi dada Marvel berdetak kencang.

“T-Tuan,” panggil Nana lagi karena Marvel hanya menatapnya tanpa mengeluarkan satu kata apa pun.

“Ya?”

“S-Saya .... ehm, lapar,” ucap Nana lirih. Sebenarnya bukan itu yang Nana rasakan. Namun tatapan Marvel yang seakan memindainya membuat Nana takut.

“Ah, ya ... duduklah di sini,” ucap Marvel salah tingkah. Lalu ia beranjak mengambil segelas air putih hangat untuk Nana. “Minum air hangatnya, lalu kamu bisa makan. Aku akan menunggu di ruang menonton,” ucap Marvel sebelum beranjak.

“T-Tuan,”

Marvel menghentikan langkahnya, “Ada apa?” tanyanya tanpa membalikkan badan.

“Anda tidak makan?”

“Aku sudah kenyang. Kamu makan saja mana yang kamu suka,” jawab Marvel seraya berjalan menuju ruang menonton.

Nana seketika termenung. Kilasan kejadian tadi tiba-tiba melintas, membuatnya terisak.

Marvel yang ingin kembali ke pantri, menghentikan langkahnya ketika melihat Nana terisak. Hatinya kembali berdenyut. Laki-laki itu memilih untuk pergi dari sana.

Satu jam berlalu Marvel duduk di ruang menonton dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Sesekali ia melirik ke arah pintu.

‘Kenapa lama sekali? Dia bukan yang ...’

Marvel langsung beranjak dan buru-buru menuju pantri dapur. Namun ia menghentikan langkahnya ketika melihat Nana menyimpan beberapa makanan ke dalam lemari pendingin dan mencuci beberapa peralatan makan. Laki-laki itu menarik kedua sudut bibirnya.

“T-Tuan?” panggil Nana yang sudah berada di depan Marvel.

Marvel tersentak, lagi-lagi dia melamun.

“Kenapa?”

“Ehm, saya .... saya ...” tatapan Marvel membuat Nana gugup dan takut. Gadis itu menundukkan wajah dan memilin kedua jarinya.

“Aku antar kamu pulang! Rumah kamu di mana?”

Nana mendongak dengan kedua mata berkaca-kaca. Menatap Marvel dengan segala kerapuhan yang ia miliki.

“Kenapa kamu menangis?” tanya Marvel heran.

Marvel semakin mengernyit heran ketika Nana jalan mundur ke belakang. Isakan dari bibir mungilnya pun mulai terdengar seiring pergerakan kakinya.

Mendapati keanehan yang terjadi pada Nana, dengan langkah lebar Marvel meraih tubuh lemah Nana untuk menghentikannya.

“Jangan Tuan! Jangan lakukan ini sama Nana!”

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status