Share

Part 3

Suara keyboard di salah satu ruangan CEO Dirgantara Group menggema seperti melodi lagu yang beruntun dengan berbagai irama.

Seorang laki-laki, 28 tahun yang memiliki wajah tampan dan tubuh kekar yang menjulang hingga 180 cm itu tampak fokus ke layar laptop di hadapannya. Sesekali kedua bola mata hitamnya bergerak-gerak ke sana kemari menyesuaikan data di layar dan dokumen yang sedang terbuka di atas meja kerjanya.

Laki-laki itu adalah Marvel Dirgantara. Seorang pewaris utama Dirgantara Group dan merupakan anak sulung dari Aryo Dirgantara dan Rima Dirgantara. Laki-laki yang sering dipanggil Marvel itu memiliki adik perempuan 6 tahun lebih muda bernama Rara Ayu Dirgantara, yang masih kuliah di salah satu fakultas bisnis ternama di Jakarta.

Marvel adalah sosok pekerja keras yang perfeksionis dan selektif seperti Sang Papa. Dia menjabat sebagai CEO sejak berumur 23 tahun atas permintaan Aryo Dirgantara. Sedangkan Aryo sendiri menjabat sebagai Direktur Utama setelah posisinya sebagai CEO diambil alih putra sulungnya.

Tok ... tok ... tok ...

Dengan langkah pelan dan teratur, sekretaris Marvel masuk dan membungkukkan badan sebelum berkata padanya.

“Permisi Pak, ada Pak Aldy, Pak Dino dan Pak Alan ingin bertemu,” ucap Reni sopan.

Marvel melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya. “Biarkan mereka masuk,” ucap Marvel tanpa memandang Reni.

“Baik, Pak. Saya permisi.”

Reni merasa sedikit kecewa karena lagi-lagi bos idamannya tak melirik dirinya sedikit pun. Padahal ia sudah berdandan sedemikian rupa agar terlihat cantik di mata Marvel. Namun lagi-lagi ia harus menelan kekecewaan setiap bosnya tak pernah menunjukkan ketertarikan padanya meski ia sudah berusaha semaksimal mungkin.

“Silah kan masuk Pak Aldy, Pak Dino, dan Pak Alan,” ucap Reni dengan senyum menghiasi wajahnya dan salah satu tangan membuka pintu untuk mempersilahkan ketiga laki-laki sahabat bosnya masuk.

Marvel menatap datar melihat cengiran Alan yang masuk bersama Aldy dan Dino. Laki-laki itu segera beranjak dari kursi kebesarannya, menyambut ketiga sahabatnya yang pasti ada niat tersembunyi. Mengingat pertemuan terakhir kali dengan mereka diwarnai keributan kecil.

“Ada apa?” tanya Marvel tanpa basa-basi dengan meletakkan tangan di kedua saku celana hitamnya.

“Santai dong, Vel. Lo nggak lagi ngambek kaya cewek yang lagi PMS kan?”  celetuk Aldy.

Marvel mendengus. “Duduk!” Marvel pun menghampiri sahabatnya yang mulai mendudukkan diri di sofa yang berada di sana. “Kalian mau minum apa?”

“Nggak usah repot-repot. Kita nggak lama kok,” sahut Aldy.

Marvel mengernyit heran. Dalam otaknya kini penasaran dengan tujuan ketiga sahabatnya. “Ada apa?” tanya Marvel seraya memindai gerak-gerik ketiganya.

“Kita ke kelab yuk!” ajak Dino tiba-tiba.

Marvel memutar bola mata malas. “Ogah. Gue banyak kerjaan,” jawab Marvel.

“Ya elah Vel, malam ini aja kok. Sekalian kita bersenang-senang. Nanti kalau udah senang mau ngerjain apa pun kan jadi lancar otaknya. Ya nggak Al?” ucap Dino.

Alan dan Aldy hanya menahan tawanya. Rencana ini adalah usulan Dino. Karena mereka tahu kalau Marvel jarang mau diajak ke kelab tanpa tujuan yang masuk akal. Laki-laki itu lebih suka menghabiskan waktu di ruang kerjanya ketimbang ke tempat hiburan.

Marvel mendengus. “Kapan?”

Aldy dan Alan saling berpandangan. Dan Dino dengan cepat menjawab dengan bersemangat.

“Ntar malem jam 9 gimana?” tawar Dino cepat.

Marvel melirik jam tangannya sebelum memberi jawaban. “OK.”

“Yes!” seru Dino tiba-tiba dengan begitu kencang yang mengundang tawa Aldy dan Alan menyembur. Sedangkan Marvel hanya menarik salah satu sudut bibirnya dan hanya geleng-geleng mendapati kehebohan ketiga sahabatnya.

“Mau makan siang bersama?” celetuk Marvel kemudian.

Aldy, Alan, dan Dino saling berpandangan dan mengangguk cepat. Marvel segera beranjak untuk mengambil kunci mobil, jas, dan dompetnya. Ia keluar diikuti ketiga sahabatnya yang asyik dengan obrolan mereka.

Marvel dan ketiga sahabatnya tiba di salah satu restoran mewah tak jauh dari kantor Dirgantara Group. Laki-laki itu memesan ruangan VIP agar tak menjadi pusat perhatian. Pasalnya ketiga sahabatnya akan menjadi sangat menjengkelkan jika sudah bersama. Dan Marvel paling tidak suka menjadi sorotan atau pusat perhatian di tempat umum.

“Pesan aja yang kalian mau. Gue traktir,” ucap Marvel santai. Laki-laki itu duduk di sofa sambil membuka ponsel pintarnya. Melihat beberapa pesan dari Sang Mama dan Adik bawelnya.

Setelah selesai dengan makan siang bersama ketiga sahabatnya, Marvel memutuskan kembali ke kantor  untuk menyelesaikan beberapa laporan yang Reni berikan padanya.

Sebenarnya laporan itu bisa ia kerjakan besok, mengingat tidak cepat dibutuhkan. Tapi seorang Marvel tidak pernah mau menunda pekerjaannya. Ia selalu bersikap profesional dan bertanggung jawab penuh meski harus sering lembur. Dan itulah yang membuat Sang Papa memintanya cepat mengambil  posisi CEO di usia muda. Bahkan sejak Marvel kuliah, ia sudah diberi tugas-tugas kantor  agar terbiasa.

Tok ... tok .... tok ...

“Permisi Pak. Ini laporan yang Anda minta. Sudah saya koreksi dan pastikan benar. Bapak bisa membubuhkan tanda tangan ...”

“Baiklah. Kamu boleh pulang sekarang,” sela Marvel memotong ucapan sekretarisnya yang banyak tingkah itu.

Marvel bukannya tak tahu jika sekretarisnya selalu ingin menarik perhatiannya.

“B-baik Pak. Saya permisi,” jawab Reni gugup mendengar nada bicara bosnya yang terasa dingin dan menusuk.

Marvel kembali fokus ke dokumen yang berada di tangannya sebelum pulang ke rumah.

Rima Dirgantara melebarkan senyumannya saat mendapati mobil Marvel masuk ke halaman rumahnya. Wanita paruh baya itu segera beranjak dari posisi santainya, menyambut kedatangan putra tercinta yang akhir-akhir ini jarang sekali pulang cepat.

“Mama kenapa di sini? Angin sore ini nggak bagus untuk kesehatan Mama, hm?” tanya Marvel lembut setelah memeluk tubuh Sang Mama.

“Mama udah sehat, Vel. Kamu jangan ketularan Papa kamu deh,” rajuk Rima kesal.

Marvel terkekeh pelan. “Kan semuanya demi kebaikan Mama. Papa seperti itu karena beliau tidak ingin melihat Mama kesakitan. Iya kan?”

Rima memutar bola mata malas. “Iya deh. Susah kalau udah sefrekuensi. Ayo masuk! Mama sudah minta Bik Lina menyiapkan semua masakan kesukaanmu,” Rima dengan bersemangat memegang lengan Marvel masuk ke dalam rumah.

Marvel  tersenyum melihat Sang Mama sudah sehat seperti sedia kala dan sudah bisa beraktivitas seperti biasanya.

“Nanti Marvel keluar ya, Ma. Nggak lama kok, sebelum jam 12 malam Marvel pulang,” ucap Marvel yang kini duduk di sebelah Rima di meja makan bersama Aryo Dirgantara.

“Baiklah. Jaga diri kamu baik-baik!” pesan Rima kepada Sang putra.

Marvel mengangguk dan melanjutkan makan malamnya. Sedangkan Aryo Dirgantara hanya diam mengamati istri dan putranya  tanpa mengeluarkan sepatah kata apa pun yang bisa memicu perdebatan dengan Sang istri. Karena pria paruh baya itu tidak mau kembali didiamkan oleh Rima yang akan menyiksa dirinya sendiri.

Setelah menyelesaikan makan malamnya, Marvel segera naik ke lantai 1 di mana kamarnya berada. Ia masuk ke walk in closet untuk mengganti pakaiannya sebelum pergi.

Marvel memilih celana jeans dan kaos berwarna biru, kemudian menarik hodie hitam kesayangannya. Ia memilih sepatu santai untuk membalut kedua kakinya. Setelah ia merasa cukup, laki-laki itu mengambil dompet dan kunci mobil, lalu bergegas keluar.

Tring ....

Marvel yang sedang fokus mengemudi mengabaikan notifikasi pesan di ponselnya.

Sesampai di pelataran parkir ‘Black Marion Bar’, Marvel membuka ponselnya. Ia pun memilih menelepon Aldy yang tadi sempat menanyakan keberadaannya.

“Halo?”

>> “Lo di mana, Vel?”

“Gue udah di parkiran. Lo sendiri?”

>> “Masih di jalan. Bentar lagi sampai kok. Alan dan Dino udah di dalem, Lo masuk aja duluan.”

“OK!”

Marvel segera mematikan ponselnya dan masuk ke dalam bar. Namun belum sampai mencari keberadaan kedua temannya, tiba-tiba ada sosok gadis menabraknya dengan keras.

Brugh ...

Sosok gadis dengan penampilan yang mengenaskan. Dress yang ia pakai robek di beberapa bagian, menampilkan penutup dada dan bagian bawahnya.

“T-Tolong Tuan ... hiks ... hiks ... s-saya ...”

“Mau lari ke mana kamu!” seru dua orang laki-laki berbaju hitam dan bertubuh kekar yang berjalan ke arahnya.

Gadis itu segera bersembunyi di belakang Marvel dan memeluk tubuh laki-laki itu erat dengan isakan yang menyayat pilu. Berharap mendapat perlindungan darinya.

Seketika Marvel tertegun mendapati gadis yang menabraknya tadi, kini memeluknya erat. Dadanya berdetak kencang kala tubuh gadis itu menempel dan meminta pertimbangannya. Perasaan yang sempat ia lupakan selama 5 tahun lamanya tiba-tiba menyeruak begitu saja.

“Maaf Tuan, saya perlu membawa gadis di belakang Tuan untuk kami bawa,” ucap salah satu pria bertubuh kekar tersebut. Sedangkan salah satu yang lain mendekat ke arah belakang Marvel, berniat menarik paksa gadis yang kini semakin erat memeluk tubuh Marvel.

Marvel mengeraskan rahangnya. “Jangan sentuh dia!” ucap Marvel kencang dengan nada dingin yang mengerikan.

“Dia milik Tuan kami, Tuan. Biarkan kamu membawanya untuk kembali. Atau Tuan akan berurusan dengan Tuan kami,” ucap pria itu tak mau kalah.

“T-Tolong .... Saya Tuan. Mereka mau memperdaya saya ... Tolong selamatkan saya, Tuan,” gadis itu semakin menangis dan tak melepaskan kedua tangannya pada pinggang Marvel. Sedangkan Marvel sendiri meraba-raba perasaan aneh yang tiba-tiba saja menyeruak hingga tak menyadari pergerakan salah satu pria kekar yang sempat beradu argumen dengannya.

“Lepaskan dia atau kupatahkan tangan kalian!!” seru Marvel kencang yang mengundang perhatian beberapa orang yang ingin masuk ke sana.

Belum sampai pria kekar itu membantah ucapan Marvel, seorang pria paruh baya yang memakai kemejanya secara asal berjalan dengan tangan diletakkan di pinggang, berseru ke arah Marvel.

“Kenapa lama sekali membawa tikus kecil seperti itu saja?!” seru pria paruh baya itu dengan wajah memerah karena alkohol.

Dengan gerakan cepat Marvel menarik gadis lemah itu ke dalam pelukannya. Sementara kini kedua matanya menghujam ketiga pria yang berada di hadapannya, yang menunjukkan amarah yang akan meledak.

“Kalau kalian berani mendekat, akan kupatahkan kaki dan tangan kalian saat ini juga!!!”

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status