Home / Zaman Kuno / Perjalanan Sang Batara / 128. Pertemuan Di Keraton

Share

128. Pertemuan Di Keraton

Author: Gibran
last update Last Updated: 2025-08-03 06:32:58

Pertemuan Di Keraton...

Suasana di dalam keraton itu cukup ramai. Ada belasan orang yang duduk memanjang di kursi para tamu kehormatan. Sedangkan di ujung sana, duduk Raja Sigaluh di atas singgasananya. Semua yang hadir disitu adalah orang-orang penting saat perang besar terjadi di Sigaluh beberapa waktu yang lalu.

Di deretan kursi sebelah kiri ada Ki Brojo Mukti, yang duduk di bersebelahan dengan Nyai Sari dan Anggita. Nyai Sari masih menjalani perawatan pada bahu kirinya yang patah. Lukanya sudah membaik hingga dia bisa hadir di pertemuan besar yang di adakan oleh Raja Rama.

Di sebelahnya lagi ada Jaka Geni bersama istrinya Maharani, dan juga Gondo Sula. Mereka bertiga terlihat akrab. Di sebelahnya lagi ada Iblis Cantik alias Sekar Wangi yang turut membantu kemenangan Sigaluh. Di sebelahnya duduk Ki Sapta dan Kusuma muridnya.

Di sebarang mereka, di deretan sebelah kanan ada para sesepuh kerajaan. Yaitu Satya Ning Jagat, Bara Yuda, Panglima Surya Dhana, Resi Swara, Lesmana, Antase
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Sang Batara   133. Waduk Wadaslintang (4)

    Leksono terkapar pingsan setelah menerima serangan Gondo Sula. Melati dan beberapa orang padepokan Wadaslintang segera menghampiri Leksono yang tergeletak tak berdaya. Sebagian lagi menyerang ke arah Gondo Sula karena marah kawan mereka terkena serangan. Dengan nafas mendengus kesal Gondo angkat pedangnya ke bahu. "Kalian berani mengusik sahabatku, kalian harus mati!" ucap Gondo garang. Empat orang menyerang secara bersamaan. Dengan garang Gondo Sula mengimbangi gerakan empat lawannya. Pertarungan sengit terjadi. Ternyata orang-orang Padepokan Wadaslintang ini mempunyai ilmu kanuragan yang cukup tinggi. Berbeda dengan orang-orang Perkumpulan Gerhana Bulan yang dia hadapi sebelumnya. Kali ini Gondo Sula harus kerahkan seluruh tenaga untuk menghadapi serangan empat Pendekar. Melati duduk bersimpuh di samping tubuh Leksono. Air matanya berurai membasahi pipinya. Ketua rombongan langsung mendudukkan tubuh Leksono dan mengalirkan tenaga dalam melalui punggung pemuda itu. "Kakang Jati

  • Perjalanan Sang Batara   132. Waduk Wadaslintang (3)

    Matahari sore mulai berwarna keemasan. Air biru nan segar itu membuat siapapun ingin berenang di dalamnya. Sesosok wanita tiba-tiba muncul dari dalam air dengan tanpa selembar benang pun. Dia keluar dari waduk itu menuju pinggiran untuk mengambil pakaiannya. Tubuhnya yang mulus terlihat indah dan mempesona terkena terpaan sinar matahari senja. Dengan sedikit terburu dia memakai pakaiannya. Lalu mengambil senjata pedang yang tergeletak di dekatnya. "Sudah selesai belum?" tanya satu suara lelaki dibalik pohon mahoni. Gadis itu menghampiri asal suara itu dengan berjinjit. Namun lelaki itu keluar dan baaaaGadis itu berteriak kaget membuat lelaki berpakaian hijau itu tertawa. "Melati, lama sekali kami mandi!?" tanya lelaki itu. Gadis bernama Melati itu cemberut. "Kakang Leksono membuat aku kaget setengah mati! Jahat sekali!" ucapnya kesal. Lelaki yang ternyata bernama Leksono itu tertawa geli. "Ayolah buruan, kita harus segera menyusul yang lainnya. Kalau terlambat, gerombolan itu aka

  • Perjalanan Sang Batara   131. waduk Wadaslintang (2)

    Resi Jaya Dipa tertawa keras. Wajahnya memerah seketika. Lalu tiba-tiba matanya mendelik seperti mau lepas dari rongga matanya. "Aku tahu siapa dirimu pendekar botak! Kau adalah Pendekar Cakar Iblis! Orang yang berkhianat saat Karna mau mengkudeta adiknya!puih! Kau berani menantang ku!? Apa kau sudah bosan hidup!?" ucap Resi Jaya Dipa berang. Gondo Sula menatap tajam dengan dada turun naik menahan amarah. "Kita akan tahu, siapa yang akan mati!" ucap Gondo Sula lalu menerjang langsung ke arah Resi Jaya Dipa. "Bunuh si botak dan satu teman bodohnya itu!" perintah Resi Jaya Dipa kepada para pendekar andalannya itu. Pertempuran pun terjadi. Jaka yang tak luput dari serangan pun segera menyongsong serangan beberapa pendekar. Ternyata Pendekar-pendekar itu memang bukan Pendekar biasa. Mereka telah sangat terampil dari segi jurus dan serangan. Hal ini cukup membuat Gondo Sula kerepotan. Meski dia menggunakan pedang besar miliknya, tetap saja lawan terlalu banyak dan bukan orang-orang

  • Perjalanan Sang Batara   130. Waduk Wadaslintang

    Waduk Wadaslintang Saat Jaka Geni tengah asik melihat pertunjukan orang-orang di dalam kedai, ada satu rombongan orang berpakaian serba hitam. Mereka pun masuk ke dalam kedai. Semua orang yang ada di dalam menyingkir kecuali dua orang yang tengah ribut tadi. Jaka memperhatikan rombongan orang yang terlihat seperti para pendekar. Dua orang yang memperebutkan Maharani itu masih saling adu mulut. Salah satu orang dari rombongan tadi menghampiri orang yang mengaku dirinya Jaka Geni. Dengan kasar orang berkepala plontos itu menjambak rambut Jaka Geni palsu. "Kau bilang dirimu adalah Jaka Geni! Jika benar, maka cepatlah! Serahkan seruling perak yang ada padamu!" ucap orang berkepala plontos itu. Jaka Geni palsu menyeringai kesakitan. "Ma...maaf tuan... Aku tidak punya seruling perak yang tu... Tuan maksud..." ucap Jaka Geni palsu. Mata orang berkepala plontos itu berputar aneh dan melihat dari wajahnya, dia benar-benar marah mendengar jawaban Jaka Geni palsu. Lalu dengan cepat dia a

  • Perjalanan Sang Batara   129. Keputusan

    Jaka Geni duduk di ranjang empuk tempat tidurnya itu. Istrinya, Maharani telah terlelap. Beberapa waktu lalu saat mereka tengah menghadiri pertemuan di keraton, terjadi kehebohan saat Jaka bercerita tentang kutukan abadi dan cara melepaskannya.Para sesepuh dan Raja sampai tak percaya saat Jaka dengan terang-terangan mengaku melakukan hubungan terlarang itu selama tujuh hari tujuh malam. Namun Jaka tidak menceritakan bahwa Ratu Ambarwati adalah guru dari Dewi Awan Putih, sang pemimpin padepokan Atas Awan. Setelah membicarakan banyak hal di keraton, akhirnya pertemuan pun selesai. Jaka sempat berbincang dengan Gondo Sula yang berencana mengikuti Jaka Geni pergi ke Wadaslintang. Setelah mempertimbangkan banyak hal akhirnya Jaka setuju. Toh Gondo Sula tidak mempunyai tujuan apapun. Setelah berbincang dengan lelaki botak itu, Iblis Cantik juga mengajak Jaka berbicara empat mata. Akhirnya Maharani memutuskan kembali ke kamar terlebih dahulu. Iblis Cantik meminta Jaka Geni untuk mengemba

  • Perjalanan Sang Batara   128. Pertemuan Di Keraton

    Pertemuan Di Keraton... Suasana di dalam keraton itu cukup ramai. Ada belasan orang yang duduk memanjang di kursi para tamu kehormatan. Sedangkan di ujung sana, duduk Raja Sigaluh di atas singgasananya. Semua yang hadir disitu adalah orang-orang penting saat perang besar terjadi di Sigaluh beberapa waktu yang lalu. Di deretan kursi sebelah kiri ada Ki Brojo Mukti, yang duduk di bersebelahan dengan Nyai Sari dan Anggita. Nyai Sari masih menjalani perawatan pada bahu kirinya yang patah. Lukanya sudah membaik hingga dia bisa hadir di pertemuan besar yang di adakan oleh Raja Rama. Di sebelahnya lagi ada Jaka Geni bersama istrinya Maharani, dan juga Gondo Sula. Mereka bertiga terlihat akrab. Di sebelahnya lagi ada Iblis Cantik alias Sekar Wangi yang turut membantu kemenangan Sigaluh. Di sebelahnya duduk Ki Sapta dan Kusuma muridnya.Di sebarang mereka, di deretan sebelah kanan ada para sesepuh kerajaan. Yaitu Satya Ning Jagat, Bara Yuda, Panglima Surya Dhana, Resi Swara, Lesmana, Antase

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status