Share

155. Tumbal

Author: Gibran
last update Last Updated: 2025-08-26 06:58:35

Jaka menatap wajah cantik itu. Tribuana Mahadewi tersenyum dan mendekatkan wajahnya. Akhirnya mereka berdua berciuman dengan mesra.

Meski pun hanya ciuman yang bisa mereka lakukan, Mahadewi merasa sangat bahagia. Karena itu adalah ciuman pertama nya dengan seorang lelaki dan juga dengan manusia. Mahadewi baru merasakan betapa indahnya ciuman itu, saat kedua jantung mereka terpacu dan kehangatan mengalir di sekujur tubuh.

Malam itu wanita itu tidur di samping Jaka sambil memeluk pemuda itu. Sebelum tidur Mahadewi berbisik.

"Besok adalah hari ke lima belas... Aku butuh darah seseorang..." ucap wanita itu yang terdengar begitu seram.

"Kalau bisa jangan membunuh orang di sini Dewi. Aku tidak mengijinkannya." kata Jaka Geni lalu menghela nafas. Dia takut malam itu Mahadewi berubah pikiran dan dirinya akan di sedot darahnya hingga habis.

Mahadewi tersenyum.

"Kau tak perlu khawatir tuan, aku tidak akan mengingkari perkataan ku. Apalagi yang bisa menyinggung hati tuanku..." ucap Mahadew
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Sang Batara   171. Berkelana Di Kerajaan Jagat Lelembut

    Gondo Sula telah sampai di Lembah Gerhana Bulan. Dengan nafas memburu dia masuk ke dalam kawasan Perkumpulan Gerhana Bulan itu dengan menuruni tebing terjal. Saat dia melewati tebing yang curam itu, dia melihat tumpukan tulang belulang manusia di bawah batu besar yabg seperti sengaja di tata rapi di sana. Sesaat Gondo memperhatikan tulang tersebut dan mengira-ngira apa yang terjadi pada mendiang orang-orang pemilik tulang tersebut. Dia pun terus melangkah menyusuri jalan besar yang di apit dua tebing curam. Suasana terasa sepi dan lengang. Gondo tak merasakan sedikit pun hawa kehidupan. Namun langkahnya menjadi pelan saat dia melihat jejak bekas pertarungan. Dia hanya bisa menduga bahwa Jaka Geni telah bertarung dengan sesuatu yang kuat. Sesampainya di gapura langkahnya terhenti. Puluhan pendekar berdiri rapi di halaman sebuah pondok besar. Mata Gondo Sula menyapu semua area tempat itu. Hanya ada puluhan orang yang terdiam terpaku tersebut. Gondo Sula benar-benar bingung, apa yan

  • Perjalanan Sang Batara   170. Mahkota Dewa

    Kalan Jaya dan Kalan Taka terkejut mendengar ucapan Jaka Geni. Mereka tak pernah berpikir jauh tentang Mahkota milik Raja Jagat Lelembut. "Kami baru sadar kali ini, mahkota itu memakan usia Raja bukan karena kekuatan Raja yang memakan usianya sendiri." ucap Kalan Taka. "Benar, pantas saja setelah Raja tidak lagi memakai Mahkota itu, Raja menjadi sehat kembali." timpal Kalan. Jaka Geni menepuk jidatnya. "Kalian ini bisa berpikir tidak si?" tanya Jaka bingung dengan pemikiran dua makhluk itu. "Jaka Geni, kau sungguh cerdas! Jika tak ada dirimu kami mana tahu sebab dari penyakit Raja kami!" puji Kalan Jaya. "Benar! Kau telah membuat tugas kami selesai dengan mudah setelah ratusan tahun! Hahaha" ucap Kalan Taka di susul tawanya yang menggelegar. Pendekar Tangan Gledek hanya melongo melihat kebodohan dua makhluk itu. "Apakah kalian tahu nama mahkota itu dan asal usulnya. Aku bisa mendengarnya dengan sabar." u

  • Perjalanan Sang Batara   169. Rahasia Tabib Dewa

    "Ada apa?" tanya Jaka Geni melihat dua makhluk itu melotot ke arahnya. "Apa hubunganmu dengan Tabib Dewa!?" tanya Kalan Jaya dengan nada menyelidik. Jaka Geni menatap dua makhluk itu silih berganti. "Aku hanya mencarinya untuk meminta tolong. Salah satu temanku terkena ajian Gondol Mayit milik Topeng Mas. Itu yang membuat aku membunuhnya karena dia melakukan tindakan buruk kepada wanitaku!" ucap Jaka membuat dua Kalan itu saling tatap. "Topeng Mas memang anak iblis dari Padepokan Gaib Pantai Selatan. Meski aku tidak menyalahkannya melakukan hal itu kepada wanita, tapi kami sekarang memaklumi dirimu yang telah membunuhnya. Kau adalah pria sejati. Berani bertaruh nyawa melawan orang sepertinya!" ucap Kalan Taka. "Apakah kalian mengenal dia? Sepertinya kalian tidak merasa asing dengan Topeng Mas." kata Jaka. "Di dunia gaib, siapa yang tidak kenal makhluk seperti dirinya. Dia sudah menjelma menjadi setengah manusia setengah dem

  • Perjalanan Sang Batara   168. Bertarung

    Kalan Jaya mengepalkan tinjunya. Dia tak habis pikir bagaimana bisa Kalan Jaya melindungi Jaka Geni yang seharusnya sudah mati di tangan nya. Kalan Taka tertawa keras melihat amarah kawannya itu. "Kau mau marah kepadaku? Aku tertarik pada bocah ini. Dia bisa menggunakan kekuatan Indra. Dan aku melihat ada kekuatan Brama dan juga Agni. Sungguh luar biasa. Sangat jarang bukan kita menemukan orang seunik dirinya. Aku ingin menanyakan beberapa hal kepadanya. Kalau kau membunuhnya, itu akan membuat rencana ku gagal." ucap Kalan Taka lalu tertawa melihat wajah Kalan Jaya yang serba salah. "Puih! Sialan! Gara-gara dia dua jariku patah! Lihatlah!" kata Kalan Jaya sambil menunjukan jarinya yang melesak ke dalam. Tulangnya yang sekeras besi bisa dipatahkan oleh Pendekar Tangan Gledek! Kalan Taka melotot sejenak lalu tertawa terkekeh-kekeh. "Hebat! Baru sekali ini ada manusia bisa melukai seorang siluman sehebat dirimu! Apakah kau tidak penasar

  • Perjalanan Sang Batara   167. Tak Berdaya

    Mata Kalan Jaya terbelalak melihat Jaka Geni yang masih berdiri tegak dengan aura petir menyelimuti tubuhnya. Dia mengucek matanya yang merah membara beberapa kali. "Tidak bisa di percaya! Kau masih hidup setelah di sambar gledek!?" seru Kalan Jaya dengan wajah tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Kalan Taka seketika berdiri dan menatap takjub pada pemuda yang masih berdiri tegak itu. "Pemuda hebat! Ini hal yang sangat langka!" ucapnya sambil mengelus jenggotnya. Seruling di tangan Jaka bergetar. Dengan gerak cepat Jaka meniup sepuluh kali tiupan. Makhluk merah berkepala botak itu terkejut. Meski hampir tidak terasa gelombang serangan dari seruling itu, namun Kalan Jaya bisa merasakan aura bahaya yang mengincar tubuhnya. Dengan gerakan sangat cepat dia berkelit ke sana kemari menghindari serangan gelombang sakti yang tak terlihat. Di luar dugaan Kalan Jaya, Jaka Geni justru memanfaatkan kesibukan dirinya untuk menyerang dengan ajian Gledek Sambar Nyawa! Kecepatan Jaka ham

  • Perjalanan Sang Batara   166. Melawan Kalan Jaya

    Mendapat dua serangan sekaligus membuat Jaka Geni tak ingin ambil resiko. Dia melompat di udara dan jungkir balik ke belakang. Dua tinju itu pun hanya menemui tempat kosong. Namun meski menemui tempat kosong, aura dari tinju yang masih berjarak beberapa jengkal saja itu menyeruak membuat batu-batu kecil berserakan. Itu pertanda pukulan dua orang itu sangat kuat. Jelas-jelas mereka berdua hanya menggunakan tenaga luar saja. "Aku mendapat lawan yang paling gila dalam hidupku!" batin Jaka. "Taka, biar aku yang urus orang ini! Kamu duduk saja!" ucap Kalan Jaya. Si botak Kalan Jaya menyerang dengan ganas. Sementara kawannya Kalan Taka duduk menonton pertarungan kawannya melawan Jaka Geni. Bagi Jaka itu suatu keberuntungan tak terduga. Karena jika mereka melawan bersamaan dia akan sangat kesulitan. Untungnya si botak ini terlalu sombong dan meremehkan lawan. Pertarungan pun terjadi antara Jaka Geni dan Kalan Jaya. Setiap pu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status