LOGINPagi yang cerah terlihat begitu menentramkan. Suara burung berkicau menyambut terbitnya matahari dengan riang. Kehangatan menyeruak disertai uap embun pagi yang menyegarkan.
Dinginnya pegunungan tak mengurangi semangat manusia untuk mencari berkah. Disebuah padepokan, terlihat puluhan murid tengah berlatih silat. Meski dinginnya pagi menusuk tulang, mereka dengan giat berlatih memperagakan jurus yang di ajarkan. Seorang lelaki paruh baya terlihat mengawasi gerakan setiap murid. Terkadang dia berteriak bila ada gerakan yang salah. Padepokan kecil itu bernama padepokan Sigaluh. Sebuah padepokan yang berada di puncak gunung Sumbing. Meski padepokan ini kecil dan hanya puluhan murid di sana, namun ketenaran padepokan ini sudah terdengar di seantero jagad persilatan karena banyak pendekar sakti jebolan Padepokan Sigaluh. Bahkan Raja Kerajaan Sigaluh pun dulunya adalah murid padepokan itu. Padepokan Sigaluh terkenal dengan ilmu kanuragan ajian Jari Langit yang pernah mengguncang dunia persilatan. Konon katanya ajian ini hanya bisa dikuasai oleh murid yang berprestasi. Karena untuk mempelajari ajian ini, sangatlah berat. Bahkan jika latihan ajian Jari Langit gagal, mereka akan menderita cacat fisik seumur hidupnya. Ajian ini tidak boleh asal digunakan karena dampaknya yang mengerikan. Jika serangan Jari Langit menghantam tubuh lawan, maka lawan itu akan lumpuh total dengan luka lubang lima jari dimana pukulan itu menghantam. Sejauh ini, tak ada obat untuk menyembuhkan efek terkena serangan mematikan ini. Hingga saat ini, hanya beberapa orang pendekar yang bisa menguasai ajian Jari Langit. Salah satunya adalah Raja Sigaluh dan para guru Padepokan Sigaluh. Tiba-tiba, di tengah keheningan pagi, terdengar suara seorang murid yang berteriak berkali-kali dari arah luar gapura padepokan. "Tolong! Tolong! Ada orang terluka!" teriaknya keras memecah di pagi hari. Semua murid menghentikan latihannya. Beserta dengan sang guru, mereka berlari ke arah gapura padepokan. "Lindu, ada apa!?" tanya guru dengan wajah penasaran. "Itu Ki Sapta, ada orang terluka parah saat aku sedang mengambil kayu di hutan!" ucap murid bernama Lindu. "Baiklah, tenangkan dirimu, ayo kita periksa. Jangan semuanya ikut, nanti guru besar marah, biar aku dan beberapa saja. Sana kembali latihan, dan untuk yang akan ikut, bawakan tandu. Kalau bisa kita tolong, kita bawa ke padepokan." ucap Ki Sapta. Lalu mereka bergegas ke arah hutan tak jauh dari padepokan. Tepatnya di lereng selatan. Sesampainya di sana, Ki Sapta mendapati seorang pemuda yang tengah bersandar di sebuah batu besar. Wajahnya pucat seperti mayat. Dari bibirnya terlihat bekas darah yg mengering. Ki Sapta membuka baju pemuda itu. Matanya terbelalak melihat ada lima lubang sebesar jari yang sudah menghitam. Lubang itu tidak asing baginya. "Ajian Jari Langit...!" seru batinnya. "Cepat bawa pemuda ini! Dia masih hidup. Kita akan menanyainya nanti jika dia bisa disembuhkan." ucap Ki Sapta. Para murid segera membawa pemuda itu menggunakan tandu menuju ke padepokan Sigaluh. Sesampainya di sana, pemuda itu dibaringkan di atas balai-balai. Ternyata Mahaguru Padepokan yg berjuluk Resi Sumbing telah mendengar berita pemuda itu dan ingin melihat keadaannya. Ketika lelaki tua dengan rambut dan janggut panjang berwarna putih itu datang semua murid membungkuk hormat, termasuk Ki Sapta. "Resi, coba anda lihat luka di dada pemuda ini." ucap Ki Sapta lalu membuka baju pemuda itu. Mata sang Resi menatap tajam. Dia mengelus janggutnya. "Sapta, ambilkan obat di ruangan ku. Semoga dia bisa diselamatkan agar jelas, siapa yang telah melukainya dengan ajian perguruan kita. Dan panggilkan para guru lainnya, kecuali Sari yang tengah bersemedi." perintah Resi Sumbing. Matanya tak lepas dari lima lubang di dada pemuda itu. Dengan cepat, dia memberikan totokan di leher dan dada pemuda itu. Lima lubang itu pun terlihat mengeluarkan sedikit asap tipis. "Malang sekali nasibmu anak muda. Aku akan berusaha semampuku. Tapi takdir yang akan menentukan." kata Resi setelah sedikit alirkan tenaga dalam ke tubuh pemuda itu. Tak berapa lama Ki Sapta datang bersama dua guru lainnya yang tak lain Nyai Laras dan Ki Damar. Setelah melihat pemuda yang tergeletak di sana dua orang yang baru datang terkejut. "Bagaimana bisa Resi!? Bukankah, diluar sana hanya Raja Sigaluh yang mempunyai ajian ini?" tanya Nyai Laras. "Tenang dulu. Kita hanya bisa menduga, tapi jawaban sebenarnya adalah dari pemuda ini. Kita akan coba sembuhkan dia, dan menanyakannya nanti. Semoga dia terselamatkan." jawab Resi tenang dan berwibawa. Nyai Laras menoleh ke arah Ki Sapta dan Ki Damar. Dua lelaki paruh baya itu menganggukkan kepala. Lalu mereka memulai proses penyembuhan dengan tenaga dalam. Penyembuhan itu untuk mengeluarkan racun ajian Jari Langit yang sudah menjalar di tubuh pemuda itu. Cukup memakan waktu, hingga beberapa jam kemudian mereka selesai. "Hebat, anak muda ini bisa bertahan dari ajian ganas itu..." bisik Nyai Laras. Dari lima lubang kecil di dada pemuda itu mengalir darah hitam mengepulkan asap tipis. Para guru dan Resi terlihat menghembuskan nafas lega. Mereka menyeka keringat yang membasahi wajah. Pemuda yang mereka selamatkan terlihat lebih segar sekarang. Itu karena racun didalam tubuhnya telah keluar. Lalu Resi Sumbing menutup luka pemuda itu dengan ramuan obat. "Biarkan dia istirahat. Dua hari lagi dia akan bangun." ucap Resi lalu pergi meninggalkan ruangan itu. Para guru yang lain juga pergi hingga tinggal lah pemuda itu sendiri. Dua hari kemudian... Pemuda itu bangkit dari tidurnya. Tubuhnya terasa berat. Dia menatap dadanya lalu menatap sekitar ruangan itu. "Dimana aku... Apakah ini padepokan yang disebutkan orang itu?" katanya perlahan. Samar dia mendengar suara para murid padepokan yang tengah berlatih. Dia segera bangkit dari duduknya lalu dengan perlahan dia berjalan ke jendela. Dari jauh terlihat para murid yang tengah berlatih silat. "Benar, ini padepokan Sigaluh... Kenapa orang itu menyelamatkanku?" Tiba-tiba dia dikejutkan oleh suara langkah. Segera dia kembali berbaring di balai-balai. Seorang gadis belia masuk ke ruangan itu. Gadis itu terlihat sangat cantik. Dia meletakan makanan dan minuman di atas meja. Lalu menghampiri pemuda itu. Gadis itu tersenyum. "Kamu ganteng juga... Ternyata benar kata saudari seperguruan rumor tentang ketampanan mu..." ucapnya pelan. Ketika gadis itu membalikan badan, pemuda itu menyambar lengan si gadis. "Tunggu..!" kata pemuda itu yang membuat gadis cantik itu terkejut dan memerah seketika wajahnya. "Kau...! Kau sudah siuman!?" pekik gadis itu yang merasa malu karena sebelumnya dia telah berkata sesuatu tentang pemuda itu. Pemuda itu tersenyum ramah. "Tenanglah adik, aku tak bermaksud yang tidak-tidak..." ucap pemuda sambil melepas pegangan tangannya. Gadis itu duduk dengan wajah masih merona karena malu. Pemuda itu tahu apa yang tengah melanda si gadis. "Aku sadar saat kau akan melangkah pergi. Secara tak sengaja tanganku meraih tanganmu. Maafkan kelancangan ku ini..." kata pemuda itu lalu mencoba membungkukkan badan. Namun gadis cantik itu mencegahnya. "Sudahlah kakang, tak perlu sungkan... Aku kesini hanya untuk membawakan sarapan. Dan guruku bilang, bahwa hari ini kau akan siuman. Aku tak mengira kau sadar saat aku yang datang kesini... Sudah dua hari ini, saudariku yang merawat mu." kata gadis itu dan kembali mukanya memerah. Pemuda itu tersenyum melihat kelakuan gadis cantik itu. "Terimakasih adik...sudah peduli padaku," ucap pemuda itu sambil tersenyum. Gadis itu terlihat senang melihat senyum pemuda. Sepertinya ada benih-benih yang tumbuh di hati si gadis. "Oh iya, namaku Kinasih... Siapakah namamu kakang?" tanya gadis bernama Kinasih itu. "Aku Jaka Geni. Biasa di panggil Jaka." balas Jaka. "Ya sudah, kakang Jaka, aku melapor dulu ke guru tentang keadaan kakang." kata Kinasih lalu berpamitan. Jaka menatapnya hingga gadis itu hilang dari pandangan. "Cantik sekali Kinasih..." ucapnya pelan. Jantungnya berdetak cukup keras. Dia hirup aroma wangi dari tubuh Kinasih. Masih tercium meski gadis itu telah pergi. "Padepokan Sigaluh... Ada bidadari didalamnya... Tak menyesal aku hampir mati..." ucapnya lagi. Namun tiba-tiba ada suara dari balik pintu ruangan. "Tak menyesal? Hanya setelah melihat kecantikan satu orang padepokan?" Jaka tersentak kaget. Dia tidak menyadari seorang lelaki paruh baya tengah berdiri di dekat pintu. Lelaki itu tertawa melihat wajah kaget pemuda. "Tenanglah anak muda, aku Ki Damar salah satu guru disini. Dua hari lalu aku ikut mengobati mu bersama Resi dan guru lainnya." kata Ki Damar lalu melangkah masuk. Jaka segera bangun lalu bersujud di depan lelaki itu. "Terimakasih guru! Telah menyelamatkan nyawa tak berguna ini!" "Bangunlah. Aku tak suka orang bersujud di hadapanku." kata Ki Damar. Jaka pun segera berdiri dan memperkenalkan diri. "Setelah kau bebersih diri, datanglah ke ruang Resi Sumbing di aula yang besar di sana. Kami akan mendengarkan apa yang kau alami hingga terluka separah itu." kata Ki Damar. "Baik ki... Aku akan ke sana nanti."jawab Jaka. "Kau termasuk beruntung ditolong keajaiban, ajian Jari Langit yang kau terima tak membuat pembuluh darahmu hancur. Dan hebatnya lagi, kau bisa menahan pukulan itu tak sampai menjebol dada mu. Aku penasaran, dari perguruan mana kau ini Jaka?" tanya Ki Damar dengan tatapan penuh selidik. Jaka menangkap tatapan itu dan sedikit merasa aneh. "Aku dari sebuah kampung kecil di Kerajaan Blambangan ki. Aku berkelana untuk menimba ilmu hingga sampai di Kerajaan Sigaluh ini." jawab Jaka. "Siapa guru mu nak?" tanya Ki Darma lagi. "Guruku Eyang Guru Mahameru berjuluk Pendekar Tangan Dewa, apakah Ki Damar mengenalnya?" tanya Jaka. Sesaat Ki Damar terdiam sambil mengelus jenggot panjangnya. Matanya sedikit menyorot tajam ke arah Jaka. "Aku kenal gurumu itu, dia seorang pendekar tua yang namanya menggetarkan dunia persilatan tanah jawa ini. Bahkan, guru-guru besar padepokan tanah jawa pernah di buat tak berkutik oleh gurumu. Ajian Gledek milik gurumu benar-benar tak ada tandingan... Aku dengar, ajian itu terbagi beberapa jurus dengan tingkatan yang berbeda...benar-benar tangan Dewa..." kata Ki Damar dengan senyum lebar menghias wajahnya. "Benar yang Ki Damar katakan, ajian itu terbagi beberapa tingkat. Tingkat tertinggi adalah ajian Gledek Membelah Langit, sayangnya, aku masih terlalu muda untuk menguasainya. Butuh latihan sangat keras Ki, dan tubuhku belum cukup kuat. Namun berkat ajian Gledek itu, aku selamat dari kematian secara langsung dari ajian Jari Langit orang misterius itu..." kata Jaka dengan wajah terlihat marah. Ki Damar menepuk bahu Jaka. Tepukan itu mengandung tenaga dalam. Jika Jaka tak segera alirkan tenaga dalamnya, dia bisa tersungkur seketika. "Kami orang padepokan Sigaluh pun merasa penasaran siapa orang yang mempunyai ajian Jari Langit itu. Selain Resi Sumbing, Ki Sapta, Nyai Laras, Nyai Sari, aku dan Raja Sigaluh tak ada yang mempunyai ajian itu. Jika ada pun, orang tersebut sudah mati dihukum oleh Resi puluhan tahun yang lalu karena dosa besar yang dia lakukan. Tubuhnya sudah dilempar ke jurang rajawali dan sudah dipastikan, tak ada orang yang bisa hidup jika jatuh ke dalam jurang sedalam ratusan meter itu." terang Ki Damar. "Aku tak begitu paham dengan masalah dalam padepokan, Ki Damar tak perlu mengatakannya terlalu jauh, karena aku ini orang luar..." kata Jaka merasa tak enak mendengar permasalahan padepokan diceritakan kepadanya. Ki Damar tersenyum. "Baiklah, aku akan pergi dulu. Kau bisa minta tolong ke Kinasih jika ada sesuatu. Jangan lupa, datang ke aula itu. Kita bahas permasalahan ini di sana bersama para guru." kata Ki Damar lalu pamit pergi. Jaka membungkuk hormat.~ Jaka keluar dari aula padepokan itu. Dia telah menjelaskan apa yang dia alami kepada Resi dan para guru. Semua guru di padepokan ikut bermusyawarah. Besar kemungkinan serangan yang di alami oleh Jak adalah perbuatan murid Resi yang pernah dihukum di pubcak Rajawali. Selain itu ada dugaan yang tak disangka, yaitu adalah Raja Sigaluh. Hanya saja para guru tak bisa memutuskan, itu mutlak perbuatan Raja atau murid yang pernah dijatuhi hukuman. Itu bisa membahayakan padepokan kecil itu jika ternyata bukan Raja pelakunya. Ki Sapta pun langsung diutus turun gunung untuk mencari kebenaran tersebut. Sementara itu, Jaka menetap di padepokan Sigaluh untuk sementara waktu sambil menyembuhkan luka dalamnya. Malam hari terlihat sepi. Hanya beberapa murid yang berkeliling menggunakan obor.Satu bayangan hitam melesat di atas atap aula.Jaka yang tengah mengolah tenaga dalam merasakan hawa kehadiran seseorang. "Penyusup?" batinnya. Dia bangkit dengan perlahan. Diam-diam dia alirkan tenaga dalam di telapak tangan. Ajian sakti Angin Menyapa Semeru telah siap di keluarkan jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Tadinya Jaka ingin menyiapkan ajian Gledek Mengguncang Bumi, namun ajian itu terlalu kuat dan penyusup sudah pasti bisa merasakannya. Perlahan dia keluar dari ruangan tempat dia tinggal. Lalu dengan ilmu meringankan tubuh dia melesat ke arah atap. Dia mengendap dan mengawasi gerak-gerik mencurigakan seseorang di atas atap aula. Terlihat beberapa murid yang berpatroli tidak menyadarinya. Jaka bisa merasakan, jika penyusup ini bisa membantai 4 orang murid yang tengah berkeliling itu dengan sekali gerakan. Setelah murid-murid itu pergi menjauh, Jaka melihat sosok itu turun dan berlari ke arah pintu ruangan Ki Damar. Jaka menatapnya dengan seksama. Jaka menunggunya beberapa saat lamanya. Namun sosok itu tak kunjung keluar. "Siapa orang itu...? Aku curiga..." ucapnya pelan. Karena penyusup itu tak kunjung keluar, Jaka memutuskan untuk kembali ke ruangannya dan menunggu esok hari untuk memastikan. Jika dugaannya benar, semua yang di alaminya adalah perbuatan Ki Damar. Lalu apa alasan Ki Damar melakukan tindakan misterius seperti itu? Seolah Jaka adalah umpan untuk sesuatu yang besar. Jaka ingat, orang yang mencelakainya itulah yang menyuruhnya pergi ke padepokan Sigaluh yang berada di puncak Sumbing. Dan dalam keadaan luka dalam parah dia berlari menggunakan ajian Kijang Kencana menuju puncak Sumbing. Sayangnya dia kehabisan tenaga sebelum sampai hingga akhirnya dia ditemukan seorang murid. Yang bikin Jaka merasa janggal, kenapa orang misterius itu tidak membunuhnya, tapi malah menyuruhnya pergi ke Padepokan Sigaluh? Jaka masih terus memikirkan hal itu hingga akhirnya dia pun tiba-tiba merasa sangat ngantuk dan tak berapa lama dia mulai tertidur lelap. Sesaat setelah Jaka tertidur, sesosok bayangan menyelinap ke dalam ruangan lalu menghampirinya. Siapakah sosok misterius yang tiba-tiba datang ke ruangan sang pendekar? Dan apa yang akan dia perbuat terhadap pemuda yang tengah terpengaruh ilmu sihir itu.Mendengar kabar Yang Sian Kan pergi untuk menangkap orang asing bernama Jaka Geni, mata Utari Dewi segera terbuka. "Kakang..." ucap gadis itu dalam hati. Utari menghentikan bertapanya. Dia berjalan keluar menyusuri lorong kediaman Yang Sian Kan. Saat berpapasan dengan wanita-wanita budak nafsu Pangeran itu, Utari Dewi bersembunyi di balik pilar merah besar. Dengan berjalan mengendap, Utari melewati sebuah taman di samping kediaman Yang Sian Kan. Taman itu lumayan luas. Saat gadis itu akan melewati pagar tembok yang tinggi, seorang prajurit wanita memergokinya. "Hei, siapa itu!" teriak prajurit itu keras. Suaranya membuat dua prajurit wanita yang lain langsung mendatangi taman. Utari Dewi segera berlari ke arah pagar. Namun langkahnya terhenti saat satu tombak menghadang jalannya. "Terpaksa harus bertarung!" batin Utari. Tiga wanita berpakaian lengkap itu melesat ke arah Utari Dewi. Mereka terkejut melihat siapa gadis yang akan kabur itu. "Ternyata kau! Gadis asing yang selama
Perbatasan gerbang itu terlihat sepi. Beberapa bangunan rumah hancur dan tembok gerbang juga terlihat runtuh. Pertarungan dahsyat antara Jaka Geni melawan Pendekar Tombak Api masih berlanjut. Mereka berdiri saling berhadapan. Saling bertatap mata dengan tatapan tajam. Hawa membunuh terpancar keluar dari dua orang yang sesaat lagi akan saling adu kekuatan untuk terakhir kali. "Aku tidak menyangka, kau orang asing bisa membuatku terluka separah ini. Bahkan orang-orang Serikat Teratai Biru tidak ada yang bisa melukai diriku kecuali orang itu. Kau tidak beda dengan monster berwujud manusia itu... Tapi, kau masih terlihat lebih lemah darinya. Bagiku, kau sudah cukup hebat untuk menjadi bagian dari kami. Apakah kau tidak menginginkan bergabung bersama kami?" Sio Tong menawarkan kerja sama kepada Jaka Geni. Dia mengakui kehebatan Jaka Geni. Namun jika lelaki itu berpikir Jaka Geni akan mudah menerima tawaran, dia salah besar. Jaka Geni adalah seorang kesatria yang bebas. Jaka tersenyum s
Saat para pendekar itu tertekan oleh dua serangan, tiba-tiba muncul Sio Tong yang langsung menyerang Chang Yun. Sekali tebas membuat Chang Yun terpental saat menangkis serangan tombak Pendekar Tombak Api. Pedang di tangannya terasa terasa terbakar. Panas menyengat. Chang Yun menahan tubuhnya dengan menancapkan pedang pada tanah di pinggir jalan. Tak berhenti sampai di situ, Sio Tong kembali menghilang dan tiba-tiba sudah berada di dekat gadis itu. Melihat orang sekuat Sio Tong mengincar Chang Yun, Jaka Geni langsung meninggalkan beberapa pendekar yang masih tersisa begitu saja. Dia melesat ke arah Sio Tong dengan cepat. Chang Yun kembali gunakan pedang untuk menangkis. Namun tetap saja tenaga Sio Tong lebih kuat dari dirinya. Pedang terlepas dari tangannya. Dengan gerak cepat lelaki itu telah mendaratkan kakinya di dada Chang Yun. Jaka Geni berteriak keras melihat Chang Yun terpental keras menabrak rumah hingga jebol. Sio Tong tertawa terkekeh-kekeh. Lalu dia memutar tombak nya
Sio Tong tertawa keras mendengar ucapan Chang Yun. "Cinta sehidup semati! Hahaha bagus! Aku akan satukan kalian di alam lain!" ucap Sio Tong. Jaka Geni sedikit khawatir dengan kekuatan aneh yang di miliki oleh lelaki itu. "Dia bisa berpindah tempat semau dia. Sungguh kemampuan yang aneh dan berbahaya. Apakah dia bisa di katakan manusia?" batin Jaka Geni. Bahkan setahu dia yang sudah mengenal banyak makhluk gaib, tidak ada satu pun yang dengan mudah berpindah tempat. Bahkan para makhluk gaib itu membutuhkan tumbal di setiap portal yang akan di lewati. Sio Tong langsung melesat ke arah Jaka Geni. Gerakan nya cepat dan aneh. Jaka waspada dengan serangan musuh. Benar saja, saat Sio Tong berada di hadapan Jaka Geni, tiba-tiba tubuhnya lenyap begitu saja. Dan tahu-tahu lelaki berpakaian merah dengan zirah perang itu telah berada di belakang Jaka sambil menusuk. Jaka terkejut. Namun dia telat menghindar. Ujung tombak itu menusuk bahu kanannya dengan cepat. Jaka menjerit keras menahan
Jaka Geni terkejut saat tangannya di tarik hingga tubuhnya masuk ke dalam kamar mandi. Di hadapannya saat ini adalah Chang Yun yang berdiri tanpa selembar benang pun menutupi tubuhnya. Jaka membuang mukanya ke arah lain. "Apa yang kau lakukan Chang Yun? Katanya kau hanya minta di hantarkan handuk." tanya Jaka Geni berusaha tidak menatap tubuh gadis itu. Bagaimana oun, dia adalah lelaki yang waras dan sehat. Di hadapkan dengan pemandangan indah itu tak mungkin dia bisa menolaknya. "Tidak apa-apa kakak, bukankah dulu kakak sudah pernah melihatnya?" tanya Chang Yun dengan bibir bergetar. Entah apa yang membuat dirinya menjadi berani seperti itu. "Tapi... Apa kau tidak masalah dengan itu? Aku ini lelaki waras Chang Yun, bisa kau bayangkan jika aku melihatmu. Apa yang terjadi selanjutnya bukanlah keinginan ku." kata Jaka Geni berusaha mengalihkan pandangan mata nya ke arah lain. Namun Chang Yun terlihat bernafsu memperlihatkan tubuh mulusnya. "Aku tidak merasa tersinggung atau apa ka
Ratusan ribu pasukan kerajaan berjalan menggunakan kuda beriringan menuju Dermaga Kanal Besar. Pasukan besar ini akan menyerang kerajaan Goryeo. Ambisi Kaisar Yang Sui untuk menaklukan negara-negara besar itu tak bisa terbendung. Pasukan dengan jumlah sangat besar itu di perkirakan akan sampai di kerajaan Goryeo satu bulan perjalanan. Itu karena saking banyaknya lautan pasukan yang Kaisar kerahkan. Rakyat Sui semakin terpuruk dengan ambisi besar sang Raja. Pajak di naikkan untuk membiayai perang dan foya-foya para Pangeran di kerajaan. Sementara rakyat kelaparan dan terus di paksa bekerja di kanal besar dan tembok besar. Semua itu membuat Menteri Pertahanan Li Yuan yang berada di kota Henan trenyuh. Dia merasa iba dengan rakyat yang semakin tertindas oleh pemimpin tiran. Namun apa daya, dia pun hanyalah seorang bawahan. Beberapa waktu lalu ada kabar dari kota Jinan tentang sebuah fenomena aneh yang kembali terjadi di hutan kota tersebut. Sejumlah prajurit khusus yang di pimpin Li







