BRUMM BRUMMMotosicca yang mereka kendarai sudah pergi sejauh 3 kilometer ke selatan Kota Matrotshaven. Sekarang mereka sudah sampai di sebuah distrik kecil bernama Wilwien. Distrik kecil itu merupakan sebuah kawasan perkebunan yang dikelola oleh masyarakat setempat.Keduanya berkendara di jalanan yang sepi tersebut. Namun kali ini Alisa yang dibonceng oleh Floria di belakangnya hanya termenung lesu. Ia tak mengobrol dengan temannya itu seperti sebelumnya. Hati kecilnya masih merasakan pilu akibat peristiwa mengerikan yang terjadi pada Distrik Falavece tadi siang. Terlebih lagi dirinya harus kehilangan orang yang ia cintai dan ingin dekat padanya.BRUMMTak berselang lama, mereka pun sampai di tempat tujuan mereka, sebuah gubuk kayu kecil berbentuk balok di tengah perkebunan tersebut. Tempat itu terlihat seperti sebuah gudang penyimpanan bersama milik masyarakat desa.“Permisi, kami sudah datang,”Flo membuka pintu kayu itu dan masuk ke dalam bersama Alisa. Ruangan itu sungguh gelap, h
Sejarah mencatat, Hamu Kamina wanita selalu dipandang sebelah mata bila dibandingkan dengan Hamu Kamina pria, terlebih dengan kemampuan fisiknya yang di bawah para lelaki. Mereka selalu dianggap remeh dalam mengerjakan berbagai macam hal selain pekerjaan dapur. Namun hal itu seketika berakhir setelah seorang putri dari pengusaha pertambangan sederhana yang akan menjadi Permaisuri Pertama Archipelahia, Amanda Fatir menemukan sebuah mineral ajaib yang mengubah nasib mereka sepanjang sejarah Kamina.Batu Angke namanya, sebuah mineral unik yang mampu memberikan Hamu Kamina wanita kekuatan yang dahsyat. Dengan mengaktifkan sejumlah organ syaraf yang tak berfungsi optimal pada tubuh seorang Hamu Kamina wanita, batu itu memberikan kekuatan istimewa kepada para wanita untuk mengendalikan ‘Partikel Gaib’ yang ada di alam dan mengubah wujudnya sesuka hati. Dengan kemampuan spesial tersebut, Hamu Kamina wanita kini berada pada derajat yang jauh lebih baik.Pasca kemunculan batu ajaib ini, para il
Diskusi perdamaian yang tengah diusahakan oleh Rikka Gallipolia dan Natsuki Sena dengan Alisa Garbareva dan Floria Fresilca seketika terhenti karena serangan tak terduga dari salah seorang petinggi Brigade Penyihir. Dirinya nampak tak senang dengan adanya pertemuan itu.“Dasar pengkhianat,”“Yah, sudah ketahuan rupanya,” ujar Rikka dengan santainya.“Apa kau tidak sadar dengan apa yang kau lakukan ini sudah keterlaluan? Atau kau sengaja melakukan ini agar menusuk kami dari belakang?” tanya wanita itu.“Hadeh, mana mungkin aku melakukan hal itu terhadap sesama Suku Vitania? Aku ini juga ingin membela kalian loh,” sanggahnya“Lantas kenapa kau melakukan hal ini? Bersekongkol dengan musuh kita adalah sebuah kejahatan besar,” kata wanita itu.“Musuh? Sepertinya kau masih belum mengerti tentang apa yang terjadi dengan kita sebenarnya,” Rikka menyanggahnya lagi.Alisa hanya bisa terdiam mendengar perkataan mereka, khususnya ucapan dari gadis penyihir misterius yang seakan tidak asing baginya
Beberapa tahun yang lalu terjadi sebuah pertarungan mematikan antara dua kelompok gadis penyihir di Aastland, distrik timur ibukota Sentralberg. Pertarungan di malam hari itu melibatkan Brigade Penyihir Garis Depan Vitania dengan gadis penyihir pelindung ibukota. Banyak sekali korban yang berjatuhan dari kedua belah pihak dalam peristiwa tersebut.Salah satu korban dari pertarungan berdarah itu adalah Charlotte Fatir, putri dari Louis Fatir yang juga merupakan anak keenam dari raja dan ratu pertama Archipelahia, Sazali dan Amanda Fatir. Dirinya tak bisa diselamatkan setelah dibawa oleh ambulans.Hal tersebut sungguh mengejutkan mengingat Charlotte adalah seorang gadis penyihir pengguna elemen jiwa yang sangat kuat. Terdengar sebuah rumor bahwa dia dikalahkan oleh seorang gadis penyihir angin anggota Brigade Penyihir yang ternyata mampu menebas sihir jiwa yang ia lancarkan. Selama beberapa tahun rumor tersebut hanya menjadi buah bibir di kalangan masyarakat saja, sebelum akhirnya pertem
Di sebuah kebun di Distrik Wilwien itu kini hanya tersisa 3 orang gadis penyihir Vitania, Rikka Gallipolia, Natsuki Sena, dan Antilles Samarchia. Sambil terkurung di dalam kubah perisai sihir jiwa, mereka akan bertarung mempertaruhkan nyawa mereka disini sampai titik darah penghabisan.“Percuma saja, kau tidak akan bisa menghubungi gadis penyihir lainnya. Aku sudah mengekang seluruh akses komunikasimu ke dunia luar dengan perisai ini,” ujar Rikka.“Kau benar-benar sudah melampaui batas, Rikka,” kata Antilles.Walaupun berada di dalam perisai sihir, namun hembusan angin siang menjelang petang masih begitu terasa di sini.“Lantas sekarang apa?” tanyanya.“Sekarang saatnya menghentikan semua omong kosongmu itu,” ujar Sena sambil melempar shurikennya pada wanita itu.TINGG TINGG“Sepertinya kalian adalah pengkhianat yang keras kepala ya,” ucap Antilles sambil menangkis shuriken itu.Demi meminimalisir pertarungan, Rikka pun berusaha membujuk wanita itu kembali.“Sebagai sesama gadis penyih
Tolvanstad, Vitania Utara.Musim semi adalah waktu di mana bunga-bunga yang indah bermekaran. Ini adalah musim favorit bagi orang-orang untuk memetik tanaman hias nan cantik itu untuk dijadikan hiasan rumahnya ataupun diberikan pada kekasihnya.Bunga-bunga yang bermekaran menjadi ketertarikan tersendiri bagi masyarakat di wilayah pesisir utara Vitania tersebut. Bunga yang bermekaran itu didominasi oleh bunga tulip, bunga nasional Kerajaan Archipelahia.Sembari ditemani oleh hembusan angin pantai yang lembut, seorang gadis berambut perak pendek itu tengah mencari bunga tulip biru.“Duh, aku ingin sekali dapat bunga itu,” ucapnya.Biasanya bunga tulip biru cukup mudah untuk dicari. Namun entah kenapa di musim semi tahun ini bunga khas Vitania itu nampak sulit untuk ditemukan.Hampir setengah jam berlalu sejak gadis itu mencari bunga kesukaannya tersebut, hingga akhirnya sesuatu hal menarik perhatiannya dari balik semak-semak.“Eh, tunggu. Itu-“Gadis itu menyingkirkan sejumlah dedaunan d
Tolvanstad, Vitania Utara.Petang itu cuaca sangat gelap seperti akan ada badai besar yang menerjang. Angin pantai bertiup kencang.Dan bukan hanya itu, tersiar kabar juga pada penduduk desa selatan bahwa desa utara ‘dalam bahaya’. Masyarakat pun berkumpul di balai desa selatan.“Kenapa ini bisa terjadi?”“Apa yang harus kita lakukan?”“Kepala desa, kenapa ini?”“Kita harus segera selamatkan orang-orang di utara,”Balai desa selatan nampak dipenuhi oleh masyarakat yang berkumpul disana. Mayoritas dipenuhi oleh para kepala keluarga dan pemuda, termasuk ayah Rikka. Sementara itu putrinya tengah menunggu di teras rumahnya sambil menjaga ibunya di dalam. Gadis itu sebenarnya ingin mengetahui apa yang sedang terjadi di desa utara, namun sang ayah melarangnya untuk keluar dari rumah itu.Di tengah suasana yang cukup mencekam tersebut, terdengar suara sayup-sayup dari semak-semak di dekat rumahnya. Kebetulan semak-semak itu berada di dekat hutan di belakangnya.“Eh, apa itu?”Sebenarnya Rikka
Di bawah rintik hujan, para pengungsi dari Tolvanstad berjalan menyusuri jalan kecil berlumpur. Entah kemana lagi mereka akan pergi setelah kampung halamannya tergusur oleh proyek pertambangan mineral itu. Ganti rugi yang diberikan juga tidak cukup untuk mengganti semuanya. Kini mereka terpaksa mencari tempat tinggal yang baru.Kelompok mereka terpecah, dan salah satu kelompok mereka bergerak menuju selatan. Mereka sekarang berjalan menuju jalan raya dan mencari angkutan murah untuk mengangkut mereka semua. Adapun tujuan mereka menuju ke Trossbourgh, Matrotshaven, ataupun mungkin ke ibukota Chekovia.Mereka melewati sekumpulan ibu-ibu yang tengah berbincang di sebuah kedai. Sekilas mereka terdengar sedang membicarakan suatu hal.“Wah, kau dengar itu? Katanya pas penggusuran di Tolvanstad itu ada gadis kecil yang dipukuli Kochi gara-gara lempar molotov ya?”“Iya, itu. Memang tindakannya berlebihan, tapi ya harusnya para Kochi tidak perlu sampai memukuli bocah itu juga,”“Eh iya, katanya