Beranda / Romansa / Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa / 1. Janji Sebelum Petir Menyambar

Share

Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa
Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa
Penulis: Nanda Safitri

1. Janji Sebelum Petir Menyambar

Penulis: Nanda Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-21 11:39:40

"Apa pilihan hanya diciptakan untuk orang-orang punya keluarga yang sangat mencintai anaknya? Aku juga mempunyai keluarga, tapi kenapa aku tidak disediakan pilihan juga? Apa itu berarti bahwa mereka semua tidak pernah menyayangi aku?"

Mulut gadis itu bergumam sembari jemarinya bermain menuliskan tulisan yang diucapkan mulut dan hati Anna.

Anna menghapus air matanya yang entah dari kapan mengalir. Dia berdiri dan masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang gelisah.

Sesampainya dia di ruang tengah, suara sang ayah bergema di telinga Anna. "Anna!" teriak Sutan, begitulah orang-orang memanggil ayahnya.

Jantung Anna berdegup kencang, bahunya terangkat dengan bibir yang mencebik menahan tangis, "Sudah Anna bilang, Yah. Anna tidak mau!" teriak Anna lantang.

Mata Sutan menyalang, dagunya menggertak, wajah pria itu berubah merah padam. Dia berjalan menghampiri Anna, dan tanpa belas kasihan menarik rambut panjang anaknya sendiri.

"Keterlaluan kamu, Anna! Ayah, kan sudah pernah bilang bahwa pernikahan ini bukan tentang kamu, tapi tentang keluarga kita!"

Bibir Anna bergetar, dia melirik sang ibu yang sedari tadi hanya diam. Dia tidak melihat ibunya berusaha untuk menolong. Bahkan ibu Anna sibuk dengan adik laki-lakinya.

Hati Anna makin teriris, dengan lirih dia memanggil sang ibu. "Ibu tolong Anna! Anna mohon, Bu!" Mata Anna berkaca-kaca. Dengan sekuat tenaga dia menguatkan kaki kurusnya agar tetap berdiri tegap.

Suara lirih Anna sepertinya tidak berhasil menyentuh hati nurani sang ibu. Wanita baya itu hanya sibuk mengobrol dengan Baho yang masih berumur 5 tahun.

"Ibu, Kakak memanggil!" seru Baho. Tangan kecilnya berusaha meraih tangan besar sang ibu.

Namun wanita bernama Roro itu tidak mau mendengar, dia seakan menutup telinganya rapat-rapat dalam hal yang menyangkut Anna.

Anna menangis keras, kaki ringkihnya sudah tak mampu menahan tubuh Anna yang bergetar. Gadis bernama Annala Rusja itu terjatuh tak berdaya di depan kaki sang ayah.

"Ayah, Anna mohon! Anna tidak mencintai lelaki itu. Bahkan mengenalnya saja Anna tidak pernah, Yah!" Anna meraih kaki sang ayah, dia bersujud di sana, meratapi nasib.

Ayah Anna pergi tanpa memperdulikan anak pertamanya tersebut. Anna berusaha berdiri sendiri, tak ada yang berniat membantu.

Dengan mata yang sembab, malam itu di akhiri Anna dengan menangis sepanjang malam.

....

Angin sore menggerakkan pohon rindang, aroma basah tanah menyatu dengan aroma melati yang menenangkan pikiran. Seperti biasa, suasana yang damai dan hening selalu menemani penduduk desa. Hanya suara kaki kuda pembawa kereta kayu berlalu lalang yang membuat desa tersebut ramai.

Anna duduk seorang diri di halaman depan rumah. Di belakangnya berdiri dengan megah, sebuah rumah yang tak ubahnya dengan istana.

Rumah besar itu terdiri dari tiang-tiang yang terbuat dari marmer. Di sekeliling rumah terdapat beberapa lampu minyak yang menyoroti langit. Semuanya terasa mewah namun kuno, karena aroma lilin yang terbakar menyeruak di setiap ruangan.

Anna menatap langit lama. "Seandainya saja ada keajaiban yang bisa membuatku bahagia. Aku berjanji akan menikahi orang yang pertama kali menolongku ketika hari itu datang," monolognya seorang diri.

Tiba-tiba suara petir menggelegar, kilat menyambar ke sana kemari. Sore itu berubah gelap gulita, awan-awan berkumpul, menggulung diri seperti naga yang bangkit dari tidur panjang. Udara hangat kini berubah dingin sedingin salju. Seperti Anna berada di tengah-tengah kutub utara.

Anna berdiri di sana sendirian, tidak ada yang berlalu-lalang lagi. Semuanya telah masuk ke dalam rumah menyelamatkan diri masing-masing. Gaun tebal Anna yang bertumpuk-tumpuk berkibar tertiup angin yang semakin menggila. Sanggul Anna yang sebelumnya terikat sempurna terlepas dari pertahanan.

Anna berusaha berlari, dengan rambut panjang yang terurai dan gaun yang berkibar. Dia berusaha kembali ke rumah, namun langkahnya terasa berat seakan bumi menahan Anna di satu titik.

Tiba-tiba, petir menyambar pohon yang berada tidak jauh darinya. Kilatan itu menyambar pohon tanpa ampun menghasilkan cahaya begitu terang, membuat mata cantik Anna terpejam.

"Badai ini tidak biasa!" seru Anna.

Hal aneh telah terjadi, Anna merasakan sesuatu yang tidak biasa, seakan sekitarnya sedang mengalami perubahan.

Tiba-tiba hujan turun dengan deras mengguyur Anna yang sudah sangat kedinginan. Namun seketika semuanya berhenti, suasana menjadi hening, sangat hening seakan tidak pernah terjadi badai sama sekali.

Tubuh Anna lemah, dia berusaha bangkit, matanya tertuju pada pusaran angin yang membentuk lingkaran tak jauh di depannya. Pusaran angin itu memancarkan sinar keemasan yang sangat menyilaukan mata.

"Apa itu?" Pelan-pelan kaki Anna melangkah, mendekati pusaran angin tersebut.

Langkah Anna terhenti, ketika kilatan keemasan itu juga mendekati dirinya. Semakin dekat, Anna semakin diselimuti oleh pusaran angin tersebut. Tak lama kemudian, terdengar suara keras persis seperti ledakan dan setelah itu semua berubah gelap.

"Di mana aku?"

Arghhh!!!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   54. Dunia Tak Seindah Yang Kita Bayangkan

    “Pokoknya Anna harus ikut bersamaku!”“Tidak bisa! Aku yang pertama kali menolongnya. Akulah yang berhak memiliki Anna.”“Emangnya kau siapa? Aku adalah calon suaminya.”“Jangan menghayal! Akulah calon suami Anna!”Anna tertarik ke sana-kemari. Kedua tangannya terasa ingin lepas. Entah apa yang dipikirkan pria itu, hingga memperlakukan Anna sedemikian rupa.“Berhenti! Kenapa kalian malah menarikku. Bukannya kalian sedang membahas neneknya Reihan?”“Nenek Reihan? Siapa dia?” tanya Regal yang berdiri tak jauh dari Anna.Anna berdiri murung, kedua tangannya dipegangi dan tak ada yang menariknya sama sekali.Regal maju beberapa langkah, dia memerintahkan kedua perawat yang sedang memegangi Anna untuk melepaskannya. “Anna … siapa yang kamu maksud neneknya Reihan?” tanya Regal penuh kelembutan.Anna membelalak, kenapa tiba-tiba Regal ada di tempat ini juga? “Regal?” tanyanya.Regal mengangguk, dia sedikit merapikan seragamnya yang berwarna putih. “Iya, aku Regal,” ujarnya sembari mengangguk

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   53. Fakta Beruntun Untuk Reihan

    Angin sepoi menyapu wajah Reihan, namun rasanya seperti ditampar bebatuan kecil. Begitu banyak fakta tak masuk akal yang harus dia terima dengan logika. “Kamu jangan asal bicara! Aku sangat mengenal sahabatku.”Ronald tertawa, wajahnya terlihat begitu tenang, tak ada raut kebohongan sama sekali. “Aku akan membongkar semuanya di sini, hingga akhirnya kamu akan tahu, dunia sekitarmu tak berjalan seperti yang kamu lihat.”Anna melongo, sebenarnya apa yang dimaksud oleh Ronald. Pria itu bahkan terlihat sangat membenci Reihan, padahal dia bekerja dengan Samentha yang notabennya adalah nenek dari Reihan. “Sebenarnya kamu ini mendukung siapa?” tanya Anna keheranan.Reihan dan Ronald menoleh pada Anna yang duduk tidak jauh dari mereka. “Aku tidak mendukung siapa-siapa, aku mendukung diriku sendiri.”“Lalu, kenapa kamu bekerja dengan neneknya Reihan?” tanya Anna kemudian. Matanya menatap Reihan sekilas, lalu berbalik melirik Ronald.

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   52. Sungguh Tidak Disangka

    Suasana romantis kini langsung berubah dramatis. Pria yang berdiri tiba-tiba yang bertanggung jawab atas perubahan suasana itu. Reihan menolehkan kepala ke belakang. Matanya langsung nyalang kala wajah pria itu masuk retina matanya. “Dari mana kau tau kami ada di sini?” Rahang pria itu menggertak.“Jika aku tak tau, nenekmu mungkin tak akan mengangkatku jadi detektif untuk memata-mataimu, Amor!” Ronald menyeringai, alisnya dinaik-turunkan seakan mengejek pria itu.“Apa yang kau inginkan, hah?” Nada Reihan kian lantang. Sementara, Anna hanya melongo tak tahu harus membela siapa.“Aku ingin kau kembalikan kalung Anna. Aku tahu kembaran kalung Itu berada di tangan kembaran Andreas.” Deg!Jadi, yang dilihat oleh Reihan benar adanya. Tapi, itu bukanlah Andreas sang sahabat, melainkan kembarannya. “Dari mana kau tahu, ha? Kamu jangan coba-coba membohongiku!”Berbeda dengan Reihan yang terlihat sangat marah. Anna justru

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   51. Apa Renata Sudah Sembuh?

    Sudah beberapa minggu lebih Renata ditahan di kamar sendirian. Akhirnya, dia bisa membobol pintu menggunakan alat seadanya. Hingga, sekarang wanita itu berdiri di ambang pintu, mendengar fakta pahit yang keluar dari mulut Ronald.“Kenapa anakku menikah tanpa sepengetahuanku?” Manik indah Renata menoleh pada Samentha yang sedari tadi juga menatapnya.“Dari kapan kamu berdiri di sana?” tanyanya lembut. Dia berjalan perlahan menghampiri sang menantu dan langsung memeluknya erat.Renata menepis pelukan itu. “Sudah, Bu! Jangan berpura-pura baik. Ibu selalu mengekang anakku, kan? Aku mengetahuinya, Bu!” Perubahan apa yang sedang ditunjukkan Renata saat ini? Apa wanita itu sudah berangsur membaik? “Sayang! Kamu sudah sehat?” Manik Samentha berkaca-kaca, dia kembali memeluk mantu kesayangannya itu.Pelukan tersebut, kembali ditepis. Samentha bahkan hampir terjatuh karna terhuyung ke belakang lumayan kencang. Untung Ronald sigap menangkap tubuh n

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   50. Kelakuan Random Reihan

    Burung-burung berkicau, angin menggerakkan pohon rindang. Aroma tanah basah menyeruak di mana-mana. Kini, Anna, gadis itu tengah duduk di tengah gubuk tua beralaskan tanah. Entah ke mana pikiran pria itu. Sungguh gila, tak masuk logika.“Anna, ini kayu bakarnya!” Reihan berlari masuk ke dalam. Tangannya mengenggam ranting kayu basah. Anna menghela napas jengah, penampilan pria itu tak ubahnya seperti gombal. Tapi, apa? Dia hanya membawa lima ranting kayu, dan itu pun kayu yang basah. “Pakai logika kalau mau melakukan apa-apa, Rei!” Reihan melongo, dia menjatuhkan kayu bakar itu dan mendekati Anna dengan cara duduk di sampingnya. “Emang apa yang salah?” tanyanya dengan tatapan tak berdosa.Anna mendorong wajah sok polos Reihan menggunakan telunjuknya. “Menjauh sedikit!” Reihan terkekeh, dia sangat suka mendekatkan wajah pada gadis itu. “Maaf! Kalau dilihat lebih dekat, kamu lebih cantik!” Matanya mengerjap beberapa kali. Senyumnya begit

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   49. Menjauh Dari Keramaian

    “Kalau kamu turun di sini, survey membuktikan seratus persen kamu akan tersesat!” Reihan tersenyum miring, dia sangat yakin Anna tidak akan turun di tempat ini. Tempat yang sangat jauh dari rumah Regal.Anna kalah telak, turun di tempat ini adalah pilihan yang salah. Dia akan kembali jadi gelandangan di jalan dan kelaparan. Dia menghela napas panjang, mau tidak mau Anna harus mengikuti pria ini sekali lagi. “Baiklah, kita mau ke mana?”Nah, kan, insting Reihan tidak pernah salah. Bibir tebal itu terangkat ke atas, jantungnya berdegup seakan menyanyikan lagu cinta. Manik indah itu tak hentinya menatap gadis yang duduk diam di sampingnya. Sambil tersenyum bibirnya mengucap, “Cantik!” gumamnya nyaris tak terdengar.“Awas, Rei!”Tiba-tiba, ada seorang nenek-nenek yang melintas di depan mobil Reihan. Reihan yang fokusnya bukan ke setir lagi pun terhentak dan menginjak rem mendadak.Untunglah tidak terjadi insiden yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status