Home / Romansa / Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa / 1. Tangisan dan Paksaan

Share

Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa
Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa
Author: Nanda Safitri

1. Tangisan dan Paksaan

Author: Nanda Safitri
last update Last Updated: 2025-04-21 11:39:40

Pohon palem berjajar rapi di tepi jalan masuk rumah paling besar di desa. Beberapa obor menyala menciptakan bayangan yang menggetarkan hati setiap orang yang melihatnya. Anna duduk seorang diri memandangi api dari obor yang bergerak ke sana kemari diterpa angin.

Jari lentik gadis cantik berambut panjang yang dikepang dua, memainkan pulpen berwarna hitam yang sedari tadi dipeganginya. Mata cantik Anna beralih menatap buku kosong dengan tatapan sendu.

"Apa pilihan hanya diciptakan untuk orang-orang punya keluarga yang sangat mencintai anaknya? Aku juga mempunyai keluarga, tapi kenapa aku tidak disediakan pilihan juga? Apa itu berarti bahwa mereka semua tidak pernah menyayangi aku?"

Mulut gadis itu bergumam sembari jemarinya bermain menuliskan tulisan yang diucapkan mulut dan hati Anna.

Anna menghapus air matanya yang entah dari kapan mengalir. Dia berdiri dan masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang gelisah.

Sesampainya dia di ruang tengah, suara sang ayah bergema di telinga Anna.

"Anna!" teriak Sutan, begitulah orang-orang memanggil ayahnya.

Jantung Anna berdegup kencang, bahunya terangkat dengan bibir yang mencebik menahan tangis, "Sudah Anna bilang, Yah. Anna tidak mau!" teriak Anna lantang.

Mata Sutan menyalang, dagunya menggertak, wajah pria itu berubah merah padam. Dia berjalan menghampiri Anna, dan tanpa belas kasihan menarik rambut panjang anaknya sendiri.

"Keterlaluan kamu, Anna! Ayah, kan sudah pernah bilang bahwa pernikahan ini bukan tentang kamu, tapi tentang keluarga kita!"

Bibir Anna bergetar, dia melirik sang ibu yang sedari tadi hanya diam. Dia tidak melihat ibunya berusaha untuk menolong. Bahkan ibu Anna sibuk dengan adik laki-lakinya.

Hati Anna makin teriris, dengan lirih dia memanggil sang ibu. "Ibu tolong Anna! Anna mohon, Bu!" Mata Anna berkaca-kaca. Dengan sekuat tenaga dia menguatkan kaki kurusnya agar tetap berdiri tegap.

Suara lirih Anna sepertinya tidak berhasil menyentuh hati nurani sang ibu. Wanita baya itu hanya sibuk mengobrol dengan Baho yang masih berumur 5 tahun.

"Ibu, Kakak memanggil!" seru Baho. Tangan kecilnya berusaha meraih tangan besar sang ibu.

Namun wanita bernama Roro itu tidak mau mendengar, dia seakan menutup telinganya rapat-rapat dalam hal yang menyangkut Anna.

Anna menangis keras, kaki ringkihnya sudah tak mampu menahan tubuh Anna yang bergetar. Gadis bernama Annala Rusja itu terjatuh tak berdaya di depan kaki sang ayah.

"Ayah, Anna mohon! Anna tidak mencintai lelaki itu. Bahkan mengenalnya saja Anna tidak pernah, Yah!" Anna meraih kaki sang ayah, dia bersujud di sana, meratapi nasib.

Ayah Anna pergi tanpa memperdulikan anak pertamanya tersebut. Anna berusaha berdiri sendiri, tak ada yang berniat membantu.

Dengan mata yang sembab, malam itu di akhiri Anna dengan menangis sepanjang malam.

....

Angin sore menggerakkan pohon rindang, aroma basah tanah menyatu dengan aroma melati yang menenangkan pikiran. Seperti biasa, suasana yang damai dan hening selalu menemani penduduk desa. Hanya suara kaki kuda pembawa kereta kayu berlalu lalang yang membuat desa tersebut ramai.

Anna duduk seorang diri di halaman depan rumah. Di belakangnya berdiri dengan megah, sebuah rumah yang tak ubahnya dengan istana.

Rumah besar itu terdiri dari tiang-tiang yang terbuat dari marmer. Di sekeliling rumah terdapat beberapa lampu minyak yang menyoroti langit. Semuanya terasa mewah namun kuno, karena aroma lilin yang terbakar menyeruak di setiap ruangan.

Anna menatap langit lama. "Seandainya saja ada keajaiban yang bisa membuatku bahagia. Aku berjanji akan menikahi orang yang pertama kali menolongku ketika hari itu datang," monolognya seorang diri.

Tiba-tiba suara petir menggelegar, kilat menyambar ke sana kemari. Sore itu berubah gelap gulita, awan-awan berkumpul, menggulung diri seperti naga yang bangkit dari tidur panjang. Udara hangat kini berubah dingin sedingin salju. Seperti Anna berada di tengah-tengah kutub utara.

Anna berdiri di sana sendirian, tidak ada yang berlalu-lalang lagi. Semuanya telah masuk ke dalam rumah menyelamatkan diri masing-masing. Gaun tebal Anna yang bertumpuk-tumpuk berkibar tertiup angin yang semakin menggila. Sanggul Anna yang sebelumnya terikat sempurna terlepas dari pertahanan.

Anna berusaha berlari, dengan rambut panjang yang terurai dan gaun yang berkibar. Dia berusaha kembali ke rumah, namun langkahnya terasa berat seakan bumi menahan Anna di satu titik.

Tiba-tiba, petir menyambar pohon yang berada tidak jauh darinya. Kilatan itu menyambar pohon tanpa ampun menghasilkan cahaya begitu terang, membuat mata cantik Anna terpejam.

"Badai ini tidak biasa!" seru Anna.

Hal aneh telah terjadi, Anna merasakan sesuatu yang tidak biasa, seakan sekitarnya sedang mengalami perubahan.

Tiba-tiba hujan turun dengan deras mengguyur Anna yang sudah sangat kedinginan. Namun seketika semuanya berhenti, suasana menjadi hening, sangat hening seakan tidak pernah terjadi badai sama sekali.

Tubuh Anna lemah, dia berusaha bangkit, matanya tertuju pada pusaran angin yang membentuk lingkaran tak jauh di depannya. Pusaran angin itu memancarkan sinar keemasan yang sangat menyilaukan mata.

"Apa itu?" Pelan-pelan kaki Anna melangkah, mendekati pusaran angin tersebut.

Langkah Anna terhenti, ketika kilatan keemasan itu juga mendekati dirinya. Semakin dekat, Anna semakin diselimuti oleh pusaran angin tersebut. Tak lama kemudian, terdengar suara keras persis seperti ledakan dan setelah itu semua berubah gelap.

Ketika Anna membuka mata, dia tidak berada lagi di halaman rumah yang dia kenal. Semua terlihat berubah drastis. Aroma tanah basah bercampur melati yang menenangkan, kini berganti dengan bau aneh, bau logam, asap, sampah, dan bau-bau lainnya yang tidak dapat dijelaskan.

"Di mana aku?" Mata Anna melirik ke sana kemari. Rumah-rumah di sekitarnya tak lagi sama. Semua berubah menjadi sangat rapat dan di penuhi asap pembakaran sampah.

"Apa benar aku telah berpindah dunia? Apa Tuhan benar-benar mengabulkan doaku? Atau mungkin ini hanyalah mimpi yang Tuhan beri, semata-mata hanya untuk membujuk hatiku yang sedih?"

Pertanyaan demi pertanyaan keluar dari benak Anna. Semua ini bukanlah kejadian yang biasa.

"Jika semua ini memang benar, aku akan menepati janjiku!" monolog Anna, dia menengadahkan kepala menatap langit biru.

Anna melirik ke jalan beraspal, berbagai macam benda yang berjalan di atas aspal itu masih terlihat asing bagi Anna.

Lampu-lampu tinggi di tepi-tepi jalan, memancarkan cahaya yang sangat terang dan tidak berkedip. Sangat berbeda dengan lampu di zamannya yang jika terkena angin, apinya akan terombang-ambing ke sana kemari. Banyak sekali gedung-gedung yang menjulang tinggi. Gedung itu tidak terbuat dari kayu, benda tersebut sangat terlihat kokoh sekali.

"Dunia apa ini? Apa aku akan menemukan kebahagiaan di sini?" bisiknya. Suara lembut Anna hampir tenggelam ulah kendaraan yang berlalu lalang.

"Sekarang apa? Aku harus ke mana?" monolog Anna.

BRAK ...

Anna melonjak kaget, suara itu sangat lah keras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   2. Polos

    "BRAK!!” Suara benturan mengguncang udara yang penuh dengan debu. Anna terlonjak mundur, matanya membelalak melihat serpihan logam beterbangan. Asap mengepul dari sesuatu yang baru saja menabrak di tengah jalan. Orang-orang berteriak histeris, mereka berlari bersama raut wajah khawatir. Tapi Anna hanya berdiri terpaku di tepi badan logam berukuran besar yang sudah penyok dan berderai. Jantungnya berdegup kencang. Dia belum pernah melihat kejadian semengerikan ini. “Itu apa ya?” Anna bermonolog dalam hati. Anna semakin dibuat bingung. Sebenarnya apa yang telah terjadi di dunia yang baru saja didatanginya ini. Karena takut, Anna bergegas pergi dari tempat itu dan melanjutkan perjalanannya. Namun, baru selangkah Anna berjalan, ada yang menarik tangannya dari belakang. Anna terkejut, dia sontak menoleh. “Maaf, ada apa, ya?” “Lo masih nanya ada apa? Otak lo di mana?” ucap seorang wanita berambut pendek dan berpenampilan seperti laki-laki. “Maaf, Mas! Tapi Aku salah apa ya, M

    Last Updated : 2025-04-21
  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   3. Zaman yang Sangat Miris

    Seketika ruangan besar yang bergema itu pun hening. Semua mata pria yang ada di sana, tertuju pada satu ruang, tempat dimana suara misterius terdengar. Begitu juga dengan Anna. Gadis berambut panjang itu ikut menolehkan kepalanya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Reihan menggedor pintu berwarna coklat muda tersebut tak sabaran. Masalah bertubi-tubi menghampirinya hari ini. Rasanya kesabaran Reihan pun sudah mulai habis. Seperti dia ingin menebas kepala orang-orang yang menghalangi pandangannya saat ini juga. Pukulan pada pintu semakin menuntut, namun tak ada tanda-tanda seseorang akan keluar. Karena tak kunjung terbuka, Reihan pun mengangkat kaki sebelah kanan dan mendobrak pintu di depannya sekuat tenaga. “Arghh! Tidak sopan!” teriak seseorang dari dalam. Pria berambut panjang yang di kepang banyak menggunakan karet berwarna-warni keluar dari dalam toilet. Semua orang yang melihat, sontak tertawa ulah penampilan konyol pria berbadan gemuk tersebut. “Kenapa kalian ribut-ribut

    Last Updated : 2025-04-21
  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   4. Nenek Tongkat Melayang

    “Ayo pulang Tuan Amor, ini perintah nenek.” seorang pria berbadan kekar membungkuk di depan Reihan yang dipanggilnya Amor. Reihan berdecak, “Berhenti menakuti teman-temanku!” ucap Reihan sembari mengacak rambutnya kesal. “Kami tidak menakuti Tuan, kami hanya menjalankan perintah,” ucap pria tersebut. “Bilang ke nenek, aku tidak seperti keparat tua itu. Jadi, nenek tidak perlu mengekangku!” seru Reihan. Sementara itu, Anna yang berdiri sedikit jauh di belakang, hanya diam terpaku. Dia masih terkejut dan tidak pernah menyangka akan adanya peluru yang melayang di atas kepalanya. Suasana berubah menjadi mencekam. Semakin lama Reihan berdebat dengan pria berpakaian hitam tersebut, maka semakin berdegup jantung Anna. Anna benar-benar tidak tau apa yang sedang terjadi. Bukannya para pria berseragam serba gelap tersebut ingin membunuh mereka berdua? Tapi, kenapa Reihan tidak mencoba untuk berlari dan kabur untuk menyelamatkan diri? Sungguh aneh, Anna tidak dapat memprediksi tingkah lak

    Last Updated : 2025-04-21
  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   5. Rumah Yang Aneh

    Keheningan malam sukses membuat rumah yang jauh dari keramaian, menjadi sangat mencekam. Rumah besar tersebut di kelilingi kolam ikan yang sangat tidak terurus, hingga menghasilkan bau yang membuat hidung tidak nyaman.Samentha, nyonya besar yang memegang semua kendali di rumah itu, berdiri di tepi kolam. “Keberanian apa yang merasukimu, hingga bisa membawa cucuku kabur?” DegSatu pertanyaan yang sukses membuat Anna terpaku. Dia tidak mampu menjawab, dan tubuhnya begitu gemetar. Anna berdiri di antara dua pria yang baru saja ditemuinya dan menyeretnya ke rumah besar tak terurus tersebut. Padahal pemiliknya memiliki asisten rumah tangga, namun tetap saja rumah tersebut kotor dan berantakan.Entah apa yang dipikirkan nenek tua itu. Sepertinya yang berguna di rumah tersebut hanyalah para bodyguardnya.“Kenapa kamu diam? Ayo jawab pertanyaan saya!” serunya sedikit keras. Samentha yang awalnya berdiri membelakangi Anna pun berbalik, dia berjalan perlahan mendekati gadis tersebut.Dengan g

    Last Updated : 2025-04-21
  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   Aturan Aneh Sang Nenek

    Suara tawa yang menyimpan begitu banyaknya luka, menggema di lorong ruangan. Di sana, terlihat seorang wanita paruh baya nan cantik, berjalan perlahan entah mau kemana. Dia terus berjalan, kulit wajahnya begitu putih tak ubah seperti etnis belanda. Bibirnya merah, alisnya tebal, dan hidung mungil yang mancung. Mata indah wanita itu begitu liar. Mulutnya tidak berhenti bernyanyi pelan. Mendendangkan sebuah lagu yang selalu sama setiap hari. Di usianya yang belum terlalu tua, wanita berumur 45 tahun itu, sudah melupakan segalanya. Dia tidak ingat siapa dirinya, apalagi keluarga. Yang dilakukan wanita baya itu, setiap hari hanyalah bersenandung, seakan dunia tidak pernah jahat dan selalu baik terhadapnya. Setelah beberapa langkah berjalan, mata wanita bernama Renata itu terhenti pada satu ruangan. Ruangan yang bernuansa sangat nyentrik. Matanya berbinar, sambil tertawa, dia berjalan perlahan dan mondar-mandir di depan pintu. “Kenapa pintunya tidak dibukakan untukku?” gumamnya setelah

    Last Updated : 2025-05-06

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   Aturan Aneh Sang Nenek

    Suara tawa yang menyimpan begitu banyaknya luka, menggema di lorong ruangan. Di sana, terlihat seorang wanita paruh baya nan cantik, berjalan perlahan entah mau kemana. Dia terus berjalan, kulit wajahnya begitu putih tak ubah seperti etnis belanda. Bibirnya merah, alisnya tebal, dan hidung mungil yang mancung. Mata indah wanita itu begitu liar. Mulutnya tidak berhenti bernyanyi pelan. Mendendangkan sebuah lagu yang selalu sama setiap hari. Di usianya yang belum terlalu tua, wanita berumur 45 tahun itu, sudah melupakan segalanya. Dia tidak ingat siapa dirinya, apalagi keluarga. Yang dilakukan wanita baya itu, setiap hari hanyalah bersenandung, seakan dunia tidak pernah jahat dan selalu baik terhadapnya. Setelah beberapa langkah berjalan, mata wanita bernama Renata itu terhenti pada satu ruangan. Ruangan yang bernuansa sangat nyentrik. Matanya berbinar, sambil tertawa, dia berjalan perlahan dan mondar-mandir di depan pintu. “Kenapa pintunya tidak dibukakan untukku?” gumamnya setelah

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   5. Rumah Yang Aneh

    Keheningan malam sukses membuat rumah yang jauh dari keramaian, menjadi sangat mencekam. Rumah besar tersebut di kelilingi kolam ikan yang sangat tidak terurus, hingga menghasilkan bau yang membuat hidung tidak nyaman.Samentha, nyonya besar yang memegang semua kendali di rumah itu, berdiri di tepi kolam. “Keberanian apa yang merasukimu, hingga bisa membawa cucuku kabur?” DegSatu pertanyaan yang sukses membuat Anna terpaku. Dia tidak mampu menjawab, dan tubuhnya begitu gemetar. Anna berdiri di antara dua pria yang baru saja ditemuinya dan menyeretnya ke rumah besar tak terurus tersebut. Padahal pemiliknya memiliki asisten rumah tangga, namun tetap saja rumah tersebut kotor dan berantakan.Entah apa yang dipikirkan nenek tua itu. Sepertinya yang berguna di rumah tersebut hanyalah para bodyguardnya.“Kenapa kamu diam? Ayo jawab pertanyaan saya!” serunya sedikit keras. Samentha yang awalnya berdiri membelakangi Anna pun berbalik, dia berjalan perlahan mendekati gadis tersebut.Dengan g

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   4. Nenek Tongkat Melayang

    “Ayo pulang Tuan Amor, ini perintah nenek.” seorang pria berbadan kekar membungkuk di depan Reihan yang dipanggilnya Amor. Reihan berdecak, “Berhenti menakuti teman-temanku!” ucap Reihan sembari mengacak rambutnya kesal. “Kami tidak menakuti Tuan, kami hanya menjalankan perintah,” ucap pria tersebut. “Bilang ke nenek, aku tidak seperti keparat tua itu. Jadi, nenek tidak perlu mengekangku!” seru Reihan. Sementara itu, Anna yang berdiri sedikit jauh di belakang, hanya diam terpaku. Dia masih terkejut dan tidak pernah menyangka akan adanya peluru yang melayang di atas kepalanya. Suasana berubah menjadi mencekam. Semakin lama Reihan berdebat dengan pria berpakaian hitam tersebut, maka semakin berdegup jantung Anna. Anna benar-benar tidak tau apa yang sedang terjadi. Bukannya para pria berseragam serba gelap tersebut ingin membunuh mereka berdua? Tapi, kenapa Reihan tidak mencoba untuk berlari dan kabur untuk menyelamatkan diri? Sungguh aneh, Anna tidak dapat memprediksi tingkah lak

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   3. Zaman yang Sangat Miris

    Seketika ruangan besar yang bergema itu pun hening. Semua mata pria yang ada di sana, tertuju pada satu ruang, tempat dimana suara misterius terdengar. Begitu juga dengan Anna. Gadis berambut panjang itu ikut menolehkan kepalanya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Reihan menggedor pintu berwarna coklat muda tersebut tak sabaran. Masalah bertubi-tubi menghampirinya hari ini. Rasanya kesabaran Reihan pun sudah mulai habis. Seperti dia ingin menebas kepala orang-orang yang menghalangi pandangannya saat ini juga. Pukulan pada pintu semakin menuntut, namun tak ada tanda-tanda seseorang akan keluar. Karena tak kunjung terbuka, Reihan pun mengangkat kaki sebelah kanan dan mendobrak pintu di depannya sekuat tenaga. “Arghh! Tidak sopan!” teriak seseorang dari dalam. Pria berambut panjang yang di kepang banyak menggunakan karet berwarna-warni keluar dari dalam toilet. Semua orang yang melihat, sontak tertawa ulah penampilan konyol pria berbadan gemuk tersebut. “Kenapa kalian ribut-ribut

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   2. Polos

    "BRAK!!” Suara benturan mengguncang udara yang penuh dengan debu. Anna terlonjak mundur, matanya membelalak melihat serpihan logam beterbangan. Asap mengepul dari sesuatu yang baru saja menabrak di tengah jalan. Orang-orang berteriak histeris, mereka berlari bersama raut wajah khawatir. Tapi Anna hanya berdiri terpaku di tepi badan logam berukuran besar yang sudah penyok dan berderai. Jantungnya berdegup kencang. Dia belum pernah melihat kejadian semengerikan ini. “Itu apa ya?” Anna bermonolog dalam hati. Anna semakin dibuat bingung. Sebenarnya apa yang telah terjadi di dunia yang baru saja didatanginya ini. Karena takut, Anna bergegas pergi dari tempat itu dan melanjutkan perjalanannya. Namun, baru selangkah Anna berjalan, ada yang menarik tangannya dari belakang. Anna terkejut, dia sontak menoleh. “Maaf, ada apa, ya?” “Lo masih nanya ada apa? Otak lo di mana?” ucap seorang wanita berambut pendek dan berpenampilan seperti laki-laki. “Maaf, Mas! Tapi Aku salah apa ya, M

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   1. Tangisan dan Paksaan

    Pohon palem berjajar rapi di tepi jalan masuk rumah paling besar di desa. Beberapa obor menyala menciptakan bayangan yang menggetarkan hati setiap orang yang melihatnya. Anna duduk seorang diri memandangi api dari obor yang bergerak ke sana kemari diterpa angin.Jari lentik gadis cantik berambut panjang yang dikepang dua, memainkan pulpen berwarna hitam yang sedari tadi dipeganginya. Mata cantik Anna beralih menatap buku kosong dengan tatapan sendu."Apa pilihan hanya diciptakan untuk orang-orang punya keluarga yang sangat mencintai anaknya? Aku juga mempunyai keluarga, tapi kenapa aku tidak disediakan pilihan juga? Apa itu berarti bahwa mereka semua tidak pernah menyayangi aku?"Mulut gadis itu bergumam sembari jemarinya bermain menuliskan tulisan yang diucapkan mulut dan hati Anna.Anna menghapus air matanya yang entah dari kapan mengalir. Dia berdiri dan masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang gelisah.Sesampainya dia di ruang tengah, suara sang ayah bergema di telinga Anna."Ann

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status