แชร์

Bab 3

ผู้เขียน: Chastin
Tania menahan air mata, suaranya bergetar,

“Felix, aku melakukan sesuatu yang salah, ya? Hana sangat marah….”

Belum sempat aku menjelaskan, Felix sudah memuramkan wajahnya dan menatap tajam ke arahku.

“Tania menyiapkan gaun pengantinmu selama empat bulan, entah sudah berapa kali dia begadang demi berkomunikasi dengan desainer dan begini caramu membalasnya?”

“Kalau bukan karena Tania, kamu bahkan nggak akan punya gaun pengantin untuk menikah.”

“Minta maaf!”

Aku menatap tatapan bencinya dan merasa semakin konyol.

Padahal, sebelumnya saat aku mengajaknya membahas gaun pengantin, jelas-jelas dia menyuruhku jangan mengganggunya yang sedang menemani Tania untuk jalan-jalan di Pulau Bale.

Iya, betapa pentingnya Tania baginya.

Saat Tania bilang dirinya sedih karena putus cinta, Felix menemaninya mengobrol sepanjang malam.

Saat ulang tahunku, Felix malah memesan studio bioskop untuk Tania menonton film romantis.

Saat aku demam tinggi karena terlalu sibuk, dia hanya menyuruhku minum air hangat, lalu segera berbalik mengantar Tania ke rumah sakit hanya untuk mengobati luka goresan kecil.

Ini pernikahanku, aku sudah melakukan semuanya yang seharusnya kulakukan.

Namun, karena Tania ikut campur, semuanya berubah jadi ‘itu semua berkat bantuannya’.

Keluarga Seto juga menganggapku sebagai orang yang lepas tangan dan memandangku rendah.

Bahkan sampai sekarang, gaun pengantin dan jas pernikahannya ada di lemari kamar tamu, Felix bahkan tidak pernah meliriknya, tapi dia menyuruhku meminta maaf pada Tania.

Semakin memikirkannya, aku semakin kecewa. Raut wajahku pun ikut memuram.

Felix mencibir,

“Nggak mau minta maaf? Kalau begitu, pernikahan ini dibatalkan saja. Kamu baru boleh menikah setelah meminta maaf pada Tania!”

Tiba-tiba, tanganku yang mengepal erat, pun mengendur. Aku menatapnya dengan serius.

“Iya.”

Usai menjawab, aku pun kembali ke kamar untuk berkemas.

Bryan bilang bunga kertas di rumah nenek sudah mekar. Aku ingin segera kembali dan melihatnya.

Itu adalah bunga yang kutanam bersama nenek, sebelum aku dijemput orang tuaku ke kota.

Di ruang tamu, Felix sedang menenangkan Tania, tapi dalam hatinya merasa sangat kesal.

Dia melirik ke kamar tamu, lalu menghindari Tania dan mengirim pesan pada asisten.

Balasannya pun sangat cepat.

[Pak Felix, Nona Hana benar punya catatan penggantian jadwal di Maskapai Seto, hanya saja wewenangku nggak cukup. Kamu harus memeriksanya sendiri untuk bisa melihat informasi penerbangan barunya.]

Wajah tegangnya pun langsung mengendur, dia membalas, [Nggak perlu.]

Setelah aku selesai berkemas, pesan dari Felix pun masuk,

[Karena mau menikah denganku, kamu harus mengubah sifatmu. Tania sudah begitu baik padamu, bisa-bisanya kamu malah membuatnya sedih?]

[Sudahlah, nanti siang ada perjamuan keluarga. Aku akan mengantar Tania dulu dan menyuruh sopir menjemputmu.]

[Kamu minta maaf saja pada Tania nanti, masalah ini akan dianggap selesai. Besok kita tetap menikah, jangan merusak suasana hati semua orang.]

Perjamuan Keluarga Seto, tapi yang dia antar malah Tania.

Sopir datang mengetuk pintu, aku melihat koperku untuk terakhir kalinya.

Bagus juga.

Felix pernah melamarku di depan umum, sekarang aku juga akan membatalkan pernikahan di depan umum. Anggap saja ini adalah akhir dari segalanya.

….

Saat tiba di rumah lama Keluarga Seto, Tania sedang menjadi pusat perhatian.

“Hana, sini!”

Melihatku, dia berjalan mendekat dengan sepatu hak tinggi dan aku baru sadar dia mengenakan gaun pesta berwarna merah.

Gaun itu sama persis dengan gaun yang kusiapkan untuk pernikahanku saat bersulang nanti.

Aku pun menggigit bibir tanpa sadar. Kebetulan Felix turun dari tangga, matanya langsung berbinar kagum melihat Tania.

“Tania, kamu cantik sekali!”

Tania tersipu malu, “Felix, jangan bercanda, ada Hana di sini.”

“Hana, jangan dimasukkan ke hati, ya. Aku sudah sangat merasa bersalah karena membuat kalian bertengkar di rumah Felix tadi.”

Felix menatapnya tanpa berpaling, kilau di matanya tak bisa disembunyikan.

Dia bahkan mengabaikanku, lalu mengangkat tangan untuk mengambil bulu mata yang jatuh di bawah mata Tania.

Pemandangan itu membuat orang-orang di lokasi bersorak dan tertawa. Wajah ayah Felix juga tampak menyesal.
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 10

    “Kalau bukan demi Hana, aku bahkan nggak sudi menjadi sahabat dengan orang sepertimu.”Felix menggertakkan giginya, menunjuk Bryan dan berkata padaku, “Dia sudah lama punya niat padamu, bagaimana bisa kamu menikah dengannya?!”“Dengarkan aku, aku sudah meninggalkan Tania di Span. Dia nggak mungkin kembali lagi seumur hidup. Aku sudah membalaskan dendammu!”“Hana, masih belum terlambat. Ceraikan dia, aku akan menikahimu. Kamu sudah lupa? Kita sudah bersumpah di depan nenek!”Ketidakmaluannya membuatku mencibir, “Bukannya kamu yang lebih dulu melupakan janji itu?”“Felix, kamu bilang membalaskan dendamku dan merebut kembali mas kawinku? Tapi, bukannya dirimu sendiri yang terus-menerus membuatku sedih demi dia? Bukannya kamu sendiri yang memberikan mas kawinku padanya?”“Oh iya, kurasa aku harus memberitahumu. Sebenarnya bisnis keluargaku sudah pulih. Aku menyetujui lamaranmu, itu karena aku pernah mencintaimu dan nggak ada hubungannya dengan Grup Tira.”“Tapi, kamu menyia-nyiakan cinta

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 9

    Tania terkejut sampai seperti hampir kehabisan napas, “Felix, kamu sudah gila?! Lepaskan aku!”Namun, pada akhirnya, gaunnya tetap tak dilepaskan, karena ada seseorang di kerumunan yang melihat sebuah berita. Lalu seketika membuat seluruh lokasi gempar.Setelah menyadarinya, asisten langsung menyerahkan ponsel ke depan Felix. Itu adalah pengumuman ucapan selamat….[Kabar gembira Grup Halim. Bryan, direktur Grup Halim, setelah cintanya bertepuk sebelah tangan bertahun-tahun, akhirnya membuahkan hasil. Hari ini resmi menikah dengan Nona Hana yang telah dia cintai selama sepuluh tahun! Selamat berbahagia!]Dan dibawahnya terpampang akta nikah yang bertanggal hari ini.Bryan dan Hana resmi menikah hari ini.Kaki Felix lemas, tubuhnya terjatuh ke belakang tanpa bisa ditahan.….Terbangun dari mimpi buruk, mimpi indah ataupun mimpi yang kita ciptakan sendiri, semuanya terjadi hanya dalam sekejap.Dua hari setelah pernikahan, ketika aku dan Bryan bangun dari ranjang, hal yang pertama muncul

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 8

    Di sisi lain, di Span, wajah Felix tampak sangat muram.Sangking muramnya, hingga tak seorang pun berani mendekat. Beberapa kali orang tuanya mendekat untuk menenangkannya, tapi terpukul mundur oleh aura menakutkannya.Tania menggenggam jari-jarinya dengan kuat, sambil menatapnya lekat-lekat. Saat melihat Felix sudah meneleponku puluhan kali, dia pun memberanikan diri untuk maju perlahan.“Felix, jangan panik. Aku memang nggak mengenal Hana lama, tapi menurutku dia bukan tipe orang yang nggak masuk akal. Dia mungkin hanya sedang marah saja.”“Tunggu sebentar lagi, masih ada satu jam.”Sebelumnya, apapun yang Tania katakan, Felix akan menyampingkan segalanya untuk meresponnya.Namun kali ini, Felix hanya menatap ponsel, seolah tidak mendengarnya. Dia hanya terus-menerus menelepon semua teman yang kami kenal bersama.Sepuluh menit berlalu, tetap tak ada yang bisa menghubungiku.Di Whatsapp, tanda ceklis satu membuatnya mengepalkan tangan. Felix menoleh dan membentak, “Kapan pesawat ini t

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 7

    Telepon pun segera tersambung, Felix menyebutkan nomor identitasku, menanyakan waktu pendaratan dan lokasi bandaraku.Pihak sana memeriksa selama setengah menit, lalu menjawab, “Pak Felix, Nona Hana mengubah jadwal penerbangan, bukan tujuan.”“Penerbangan yang seharusnya terbang tadi malam diubah jadi sore hari. Dia sudah mendarat di Kota Silea tadi malam pukul delapan.”Tiba-tiba, mata Felix terbelalak. Belum sempat dia marah, asistennya buru-buru berlari menghampirinya.“Pak Felix, bagian keuangan kantor biang kalau Nona Hana mentransfer sejumlah uang.”“Catatannya, mahar sudah dikembalikan, pertunangan juga dibatalkan!”….Terakhir kali aku pulang ke rumah nenek adalah setengah tahun lalu.Saat itu, aku baru saja menerima lamaran Felix. Kami berdua langsung naik pesawat kembali dan memberikan tiga penghormatan di depan foto nenek.Felix mengatupkan kedua tangannya, menceritakan banyak hal pada nenek.“Nenek, tolong lindungi Hana agar sehat dan jangan kelelahan.”“Nenek, kami akan k

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 6

    Sore hari di hari pernikahan, cuaca di Span terasa agak pengap.Namun, setibanya di kastil, semua orang sangat gembira. Mereka berjalan-jalan di sekitar, bahkan ayah dan ibu Felix pun terlihat riang, menarik Tania untuk foto bersama berkali-kali.Hanya Felix yang mengerutkan kening, menatap layar ponselnya yang kosong.Beberapa hari lalu, alamat kastil dan foto selfie Tania saat tur di depan kastil yang dia kirimkan padaku, aku tidak membalasnya.Kemarin pagi, pesannya yang menyuruhku meminta maaf pada Tania dan mengatakan dia akan mengantar Tania ke perjamuan keluarga dulu, aku juga tak membalas.Bahkan tiga pesan yang dia kirimkan tadi malam yang mengatakan Tania sudah memaafkanku, aku juga tak membalasnya.Semakin melihatnya, dia semakin kesal. Kemudian, dia pun menggulir layar ke atas dan tiba-tiba menyadari bahwa semua pesan sebelumnya adalah pesan yang hanya kukirimkan padanya.[Dari tiga gaun pengantin ini, kamu lebih suka yang mana?][Model souvenir pernikahan banyak sekali, ak

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 5

    “Felix, kamu paling tahu apa artinya itu bagiku!”Itu adalah kenang-kenangan terakhir yang ditinggalkan nenek untukku di dunia ini, selain rumah tua itu!Mendengar tuntutanku, tatapan Felix tampak ragu sejenak. Tapi, dia segera menggeleng tegas, “Kamu salah lihat, itu bukan berlian nenekmu.”“Aku nggak mungkin salah lihat, itu milik nenekku, selalu disimpan bersama gelang emas!”“Ini perjamuan Keluarga Seto, jangan membuatku malu, cepat pulang!”Aku menatapnya tak percaya. Saat air mataku menetes, dia pun panik.Berkali-kali dia mengabaikan perasaanku demi Tania, aku tak pernah menangis, tapi sekarang dia malah merasa cemas.Namun, begitu dia mengulurkan tangan ke arahku, tiba-tiba Tania menangis terisak,“Hana, aku hanya merasa ini bagus, jadi memohon pada Felix untuk memberikannya padaku. Kamu jangan marah padanya…”Felix langsung mengerutkan kening, “Tania, aku yang memberikannya padamu, kok kamu malah menyalahkan dirimu sendiri?”Dia membungkuk untuk menyeka air mata Tania, sementa

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status