Daniel menghubungi Olivia untuk mengabari kalau dia ingin mengajak Russel makan malam di rumahnya, dan baru akan mengantar Russel pulang agak malam. Olivia tentu tidak keberatan. Selama keponakan tersayangnya bersama dengan Daniel, dia bisa meluangkan lebih banyak waktu untuk berbelanja bersama Junia. Junia perlu membeli barang-barang keperluan anak. Dia sudah hamil delapan bulan dan sudah waktunya bersiap-siap menyambut kelahiran anaknya. Melihat Junia belanja begitu banyak, Olivia jadi ikut tergiur untuk membeli barang untuk anaknya dan juga untuk Russel. Di malam harinya, Stefan dan Reiki datang bersama untuk menjemput istri mereka. Mereka berdua sama-sama menunda janji dengan klien. Masalah itu Stefan percayakan kepada Calvin dan petinggi lainnya. Stefan dan Reiki yang biasanya paling sibuk kerja sekarang menjadi yang paling malas di kantor. “Belanjanya banyak banget? Russel nggak ikut bareng kalian?” tanya Stefan begitu dia turun dari mobil, melihat Olivia dan pengawalnya membaw
“Mentang-mentang berkuasa, bisanya cuma menindas orang lain saja! Awas saja kena balasannya nanti. Cih!” Setelah itu, Rita pun diajak pergi oleh Andi, sementara Daniel masih terus menatap mereka dengan mata yang tajam. “Om Daniel jangan marah, ya. Nenek memang begitu. Dulu waktu Kak Aiden merebut mainanku sampai aku nangis, Mama menegur Kak Aiden, tapi Nenek malah membentak Mama. Aku masih ingat.” Kejadian yang Russel alami saat usianya baru dua tahun masih bisa dia ingat kembali dengan jelas. Russel mengelus wajah Daniel untuk menghibur perasaannya, dan dia juga berkata dengan suara pelan, “Tante Olivia bilang jangan suka marah-marah, nanti cepat tua. Aku nggak mau Om Daniel jadi tua. Om Daniel harus muda kayak gini selamanya. Om Daniel jangan marah lagi, ya. Kalau nanti Nenek kasih aku ayam goreng lagi, aku nggak bakal makan.” Daniel merasa lucu tapi juga sedih dihibur oleh seorang anak kecil. Dia sedih, karena Odelina dan Russel harus bertahan menghadapi keluarga Pamungkas di m
“Nggak mau, aku mau sama Om Daniel saja.” Russel menolak digendong oleh neneknya. Dia menoleh dan berkata, “Waktu aku sakit, Tante Kellin yang obatin aku. Tante Kellin bilang aku radang gara-gara makan ayam goreng, jadi aku nggak boleh makan itu lagi. Tante Olivia juga bilang kalau mau makan, tunggu sampai aku sembuh dulu, nanti Tante Olivia yang bikin. Itu lebih aman daripada makan ayam goreng di luar, tapi juga nggak boleh kebanyakan. Nek, aku nggak mau makan ayam goreng yang dijual di luar lagi. Nenek dan Kakek jangan menyalahkan Om Daniel terus. Dia baik sama aku. Kakek Nenek nggak boleh marahin dia lagi. Kalau masih begitu, aku nggak suka sama Kakek Nenek.” Russel tidak pernah benar-benar menyukai kakek neneknya. Sejak dulu Rita dan Andi selalu membela Aiden. Mainan dan makanan enak Russel selalu dirampas oleh Rita dan diberikan pada aiden. Akibatnya, Russel jadi tidak menyukai neneknya dan Aiden. Walaupun sekarang Rita dan Andi sudah jauh lebih baik, Russel tetap tidak begitu d
Rita langsung menarik kembali tangannya saat menyadari lirikan tajam Daniel. Dia tidak berani memaksa dan hanya tersenyum canggung, “Eh, Daniel. Kami boleh ngobrol sebentar sama Russel?” “Kalau Russel nggak keberatan, silakan saja,” balas Daniel dengan nada dingin. Dia lalu menyapu pandangannya ke arah kantung yang dibawa oleh Andi. “Om, Tante, kemarin Russel baru saja demam tinggi. Dokter bilang dia kena radang tenggorokan gara-gara waktu itu kalian kasih dia makan yang digoreng. Kalau hari ini Russel makan lagi ayam goreng yang kalian belikan, bisa-bisa dia kena demam lagi. Tolong lain kali jangan kasih dia makanan begitu lagi.” Rita langsung panik mendengar itu dan spontan meraba jidat Russel. “Russel demam? Tapi sekarang dia sudah sehat? Russel, kamu masih sakit, nggak? Kalau nggak enak badan, kenapa nggak istirahat saja. Izin nggak masuk sehari saja nggak apa-apa, kok. Nggak usah buru-buru masuk sekolah lagi. Waktu itu Russel makannya nggak banyak, kok. Masa cuma makan sedikit s
“Aku nggak ngerti apa yang dipikirkan sama Odelina sampai tega meninggalkan Russel di sini. Kalau waktu itu dia minta hak asuh Russel, seharusnya dia juga ajak Russel pergi sama dia.” Rita mengeluh. Dia ingin Roni mengajukan banding dan mengambil kembali hak asuh Russel. Namun demi kebaikan Russel juga, dia tidak bisa melakukan itu. Lagi pula Roni juga pasti akan menolak. “Odelina mungkin di Cianter sibuk banget. Kita kan nggak tahu gimana situasi dia di sana. Kalau bisa, aku yakin Odelina pasti sudah ngajak Russel. Dia kan peduli banget sama pendidikannya Russel.” Andi bisa menyampaikan pemikiran dia dengan lebih objektif. Walaupun dia juga tidak begitu menyukai Daniel, dia tetap bisa mengakui kalau Daniel sangat menyayangi Russel. Russel tetap memilih Olivia karena memang sejak masih bayi, dia dirawat oleh Olivia, jadi wajar saja jika Russel masih menempel ke Olivia. Dan itu bisa saja tidak ada hubungannya dengan baik buruknya perlakuan Daniel. Namun Andi tidak bisa mengatakan isi
Di luar semua itu, Deddy juga masih hidup. Dia adalah asisten dari Sofia. Kejahatan Patricia dalam membunuh kakak adiknya telah terkuak jelas. Anak-anak Patricia sudah jelas tidak akan bisa mewarisi Gatara Group lagi. “Tapi, Pa, aku nggak sudi! Aku nggak terima! Kalaupun nggak bisa jadi kepala keluarga, kami tetap petinggi di sana, sedangkan Odelina cuma anak kemarin sore! Belum lagi soal warisan Mama yang ditahan sama Felicia. Jangan harap dia bisa merebut semuanya. Aku siap mati bersama kalau dia ajak perang. Kalau aku mati, anakku bisa menggantikan aku menerima warisan dari Mama. Felicia nggak punya anak. Kalau dia mati, dia juga yang rugi.” Seusai berkata demikian, Ivan langsung beranjak dan pergi. Tindakan itu secara tidak langsung mendeklarasikan bahwa dia tidak ingin berdebat lagi, dan juga tidak akan mendengar nasihat dari ayahnya. Julio dan Erwin juga hanya bisa saling bertukar pandang, lalu melirik ke arah ayah mereka yang dibuat marah oleh Ivan sampai sekujur tubuhnya geme