Share

Bab 5: Izabel Salah Lagi

Pasangan ibu dan anak saat ini baru saja pulang dari acara shoppingnya di mall. Mereka adalah Sara dan putri kesayangannya, Aurora Jovita. Mereka baru saja mendapatkan uang dari Deon, yang merupakan kekasih Aurora. Aurora sendiri yang meminta uang pada kekasihnya karena ia ingin membeli barang-barang terbaru. Dan tanpa berpikir dua kali, dengan senang hati Deon memberikannya pada Aurora karena ia begitu mencintai Aurora, wanita yang sudah dua tahun ia kencani.

"Ma, aku merasa sangat bahagia sekarang. Semenjak Deon memutuskan untuk menikahi Iza, kekasihku itu selalu memberikan apa pun yang aku minta. Bahkan Deon bilang padaku bahwa dia tidak pernah sekalipun memberikan uang pada Iza, meskipun Iza sekarang menyandang status sebagai istrinya. Tapi aku tetap yang nomor satu di hati Deon." ucap Aurora pada ibunya dengan bangga.

"Aurora, meskipun Deon mencintaimu, tapi Mama takut Deon tergoda dengan gadis itu. Mama tidak ingin kalian berakhir hanya karena Izabel," cemas Sara.

Aurora tertawa. "Mama tenang saja, Deon tidak akan pernah bisa berpaling dariku. Dia begitu mencintai aku, Ma. Dan Deon juga sangat membenci Izabel. Jadi, sangat mustahil jika Deon jatuh cinta pada wanita yang telah membunuh ibunya itu," yakin Aurora.

Bahkan tak pernah terlintas di pikirannya bahwa Deon akan tertarik dengan Izabel. Mengingat Deon sekarang berada di bawah kendalinya.

"Semoga saja!" ucap Sara meskipun dalam hati ia merasa cemas.

***

Di tempat Izabel bekerja, Izabel bekerja dengan sangat rajin. Hingga membuat Joshua bangga karena memiliki karyawan seperti Izabel. Meskipun Izabel terlahir dari keluarga berada, namun sejak kecil almarhum ibunya tidak pernah memanjakannya. Izabel kecil bahkan seringkali membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah karena Janita, ibu Izabel tidak ingin memiliki pelayan di rumahnya. Selagi ia bisa sendiri ia akan mengerjakannya.

Saat Izabel sedang melayani pelanggan di sana, ia tidak sengaja melihat seorang pria yang sangat ia kenali masuk ke dalam kefenya. Mata mereka tanpa sengaja saling bertemu. Selama beberapa detik mereka saling menatap. Dan akhirnya pria itu membuang pandangannya dan langsung berjalan ke meja seseorang yang sudah menunggunya untuk meeting.

"Selamat siang, Mr. Martin!" sapa Deon pada pria yang seumuran dengannya.

"Selamat siang, Mr. Deon!" Pria berkulit putih tersebut membalas uluran tangan Deon dan mempersilakannya untuk duduk. Mereka pun akhirnya memasan menu makanan sambil melakukan meeting.

"Iza, tolong kamu antarkan ini ke meja nomor 17, ya!" titah salah satu karyawan di sana yang bertugas menyiapkan makanan untuk para pengunjung.

"Baiklah!" Izabel akhirnya membawa nampan yang berisi makanan dan minuman. Ia mencari meja nomor 17 yang disebutkan oleh rekannya tadi. Ia terkejut begitu melihat bahwa meja nomor 17 itu ditempati oleh suaminya. Namun ia harus profesional. Ia pun akhirnya memberanikan diri untuk membawa makanan tersebut dengan tubuh yang sedikit bergetar.

"Maaf Tuan, saya ingin mengantarkan pesanan Tuan," ucap Izabel dengan menunduk.

"Silakan taruh di sini!" Mr. Martin mengizinkan Izabel untuk menaruh makanan tersebut di mejanya. Dengan tangan yang bergetar, Izabel meletakkan makanan dan minuman itu satu-persatu. Hingga kejadian tak terduga pun terjadi.

Byuuurrr

Izabel tidak sengaja menumpahkan minuman pada jas Mr. Martin karena sedari tadi ia tidak fokus menatap Deon yang sedang menatapnya dengan tatapan yang begitu sangat tajam.

"Awww," suara Mr. Martin yang begitu kaget karena merasakan dingin pada jas mahalnya.

"Maaf Tuan, saya tidak sengaja! Tolong maafkan saya!" Izabel memohon kepada pria berkulit putih tersebut.

"It, s okay. Tidak masalah!"

"Hei, apa kamu tidak punya mata? Kamu telah membuat jasnya basah. Apa kamu tidak bisa berkerja, hah?" hardik Deon merasa kesal karena Izabel telah mengganggu pertemuannya dengan klien asal Meksiko yang akan bekerja sama dengan perusahaannya.

"Maaf, saya tidak sengaja! Tuan, tolong maafkan saya!" Izabel memohon dengan mata memerah.

"Tidak apa-apa! Aku memaafkanmu!" Mr. Martin tersenyum tipis pada Izabel. Ia tidak tega melihat wajah gadis manis tersebut.

"Terimakasih, Tuan!" Izabel merasa lega.

"Mr. Deon, kita tunda dulu pembahasan tentang kerjasama kita. Saya tidak bisa melakukan diskusi dengan pakaian seperti ini. Saya harus segera kembali ke hotel untuk mengganti pakaian saya. Saya akan hubungi anda nanti. Permisi!" Mr Martin beranjak pergi dari sana dan meninggalkan Deon sendirian.

Setelah kepergian Mr. Martin, Deon juga ikut berdiri dan keluar dari kafe tersebut. Namun sebelum ia keluar dari sana, ia membisikkan sesuatu ke telinga Izabel.

"Kamu membuatku sangat marah kali ini. Aku menunggumu di rumah!" bisik Deon dan segera pergi dari sana. Izabel tahu apa maksud kata-kata Deon. Ia sudah bisa menebak bahwa Deon pasti akan menyiksanya lagi seperti hari-hari sebelumnya. Izabel hanya bisa mengelus dadanya karena tidak ada yang bisa ia lakukan selain menerima perlakuan kejam dari suaminya.

Hingga pukul lima sore, kini Izabel sudah sampai di rumahnya. Ketika ia akan masuk, ia sudah melihat Deon duduk di sofa single sambil melipat kedua tangannya di dada dengan gaya arogan.

"Kamu sudah pulang?" Deon menyeringai.

"Mas Deon?" lirih Izabel. Ia begitu takut melihat seringai menakutkan dari wajah suaminya.

"Aku rasa kamu masih ingat dengan kata-kataku tadi di kafe. Apa kamu sudah siap untuk menerima apa yang akan aku lakukan padamu, hah?" Deon berjalan menghampiri Izabel.

"Mas Deon mau apa?" tanya Izabel polos.

"Tentu saja memberikanmu hukuman karena kamu telah mengacaukan pertemuanku dengan klienku. Ayo ikut aku!" Deon menyeret Izabel dengan kasar yaitu dengan menjambak rambutnya.

"Mas Deon pelan-pelan! Sakit! Awww...!!!" keluh Izabel sambil memegang rambutnya yang dijambak oleh Deon sambil berjalan.

Kini Deon membawa Izabel ke halaman belakang rumahnya dan langsung mendorong tubuh Izabel dengan kasar.

"Kamu pernah bilang padaku kalau kamu sangat pandai memanjat pohon. Kini aku minta padamu untuk naik ke atas sana dan jangan turun sampai aku memintamu untuk turun! Ayo cepat!" Deon menunjuk pohon mangga yang lumayan tinggi dan memaksa Izabel untuk naik ke atas.

"Tapi Mas,..."

"Ayo cepat naik! Kalau tidak mau, aku akan memberikan hukuman yang lebih dari ini." titah Deon menatap tajam mata Izabel. Mata yang sebenarnya begitu nyaman untuk dipandangi terus-menerus. Namun kebencian seakan menutupi semuanya.

"Tapi di atas banyak semut, Mas," kata Izabel.

"Iza, cepat naik atau aku akan mencekikmu, hm?" bentak Deon dan mencoba mencekik leher Izabel.

"I... iya Mas... Aaammmpunn...!!! Uhuk... Uhuk..." Deon melepaskan tangannya pada leher Izabel. Dan dengan terpaksa Izabel akhirnya memanjat pohon tersebut.

"Ingat ya, jangan berani-beraninya kamu turun sebelum aku menyuruhmu! Aku sudah memasang kamera untuk mengawasimu. Jika kamu berani melanggar, aku pastikan kamu tidak akan bisa jalan besok pagi. Mengerti?" teriak Deon dari bawah. Izabel hanya bisa menangis dan tidak bisa melawan.

Deon pun segera pergi meninggalkan Izabel sendirian di sana. Dan dari jauh, terlihat bi Kinar sedang mengusap air matanya melihat bagaimana Deon memperlakukan istrinya. Ia sungguh tidak tega dengan gadis lugu tersebut. Ingin sekali ia menolongnya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena Deon sudah memintanya untuk tidak pernah membantu Izabel, atau kalau tidak, bi Kinar akan kehilangan pekerjaannya.

"Semoga Tuhan memberikan kekuatan untukmu, Nona Izabel!" Do'a bi Kinar untuk majikannya.

Di atas pohon mangga, Izabel terus menggaruk tubuhnya yang dikelilingi oleh semut hitam. Berkali-kali ia mengusap tubuhnya agar semut-semut tersebut pergi.

"Ya Tuhan, tolong lindungi aku! Semoga aku kuat menghadapi semuanya. Amin!" Do'a Izabel.

Di kamarnya, Deon tersenyum puas melihat bagaimana tersiksanya Izabel di atas pohon sana. Ia melihat dari ponselnya yang langsung terhubung dengan kamera di halaman belakang.

"Itu belum seberapa Izabel. Aku akan melakukannya yang lebih dari ini. Aku akan menyiksamu secara lahir dan batin. Itu sumpahku!" gumam Deon dalam hati.

Deon pun segera mengirimkan pesan pada kekasihnya untuk datang ke rumahnya karena ia begitu sangat merindukan Aurora, wanita yang dicintainya.

"Honey, kemarilah! Aku merindukanmu!" ucap Deon.

"Bagaimana dengan istrimu? Aku tidak ingin dia melihatku!" jawab Aurora.

"Kamu tenang saja, aku sedang menghukumnya. Sekarang cepat kemari! Aku sudah tidak sabar ingin menerkammu." ucap Deon.

"Baiklah, tunggu aku, Honey! Aku akan datang untukmu." balas Aurora.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status