Share

Bab 4: Dikurung di Gudang

Hingga pukul delapan malam, Izabel belum menampakkan dirinya. Dan itu sukses membuat Deon merasa kesal dengan istrinya.

"Argghh... kemana dia? Kenapa sampai saat ini belum pulang? Awas saja kamu Izabel, aku tidak akan mengampunimu!" Deon mengepalkan tangannya dengan tatapan mata yang begitu menghunus tajam.

***

Di kafe tempat Izabel bekerja, gadis itu baru saja selesai mengganti pakaian kerjanya dengan rok selutut dan kaos lengan pendek. Izabel hari ini terpaksa lembur karena kebetulan hari ini kafe milik Joshua begitu sangat ramai hingga mereka kewalahan.

"Jo, aku pulang dulu, ya!" Izabel berpamitan pada boss nya.

"Kamu pulang dengan siapa? Apa suamimu menjemputmu?" tanya Joshua.

Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat Izabel bingung harus menjawab apa karena sungguh mustahil bagi Deon mau menjemput dirinya. Tapi Izabel juga tidak ingin orang lain tahu bagaimana keadaan rumah tangganya yang sebenarnya.

"Ah, tidak! Maksudku, aku menolak dia untuk menjemputku meskipun tadi dia menawarkan. Aku masih merasa nyaman pulang dengan bus." jawab Izabel berbohong.

"Baiklah kalau begitu, hati-hati di jalan, ya!"

"Iya, bye!" ucap Izabel.

Izabel segera keluar dari kafe dan menunggu bus yang biasa ia tumpangi datang. Tak menunggu lama bus tersebut lewat dan Izabel langsung menaikinya. Butuh waktu empat puluh menit untuk ia sampai di depan komplek perumahan elit yang ia tinggali bersama suaminya. Izabel harus berjalan kaki lagi selama kurang lebih lima belas menit untuk dia sampai di rumah.

Baru saja ia masuk ke dalam rumah, Deon sudah berdiri di depannya dengan melipat kedua tangannya di dadanya. Tatapannya begitu dingin dan kejam menatap Izabel. Izabel merasa ketakutan melihat wajah suaminya yang terlihat sangat menyeramkan. Di sana jelas sekali terlihat amarah yang siap untuk dilampiaskan. Namun Izabel mencoba untuk tetap tenang meskipun ia sendiri merasa sangat ketakutan.

"Mas Deon, kamu sudah pulang?" tanya Izabel.

"Dari mana saja kamu, malam sekali baru pulang?" tanya Deon dingin.

"Maaf, Mas Deon, tadi aku lembur karena di kafe sedang banyak pengunjung. Jadi, aku terpaksa harus lembur." jawab Izabel dengan jujur.

"Aku tidak peduli dengan alasanmu! Kamu tahu, bahwa aku sangat membenci dengan yang namanya menunggu. Dan hari ini, kamu berhasil membuat aku menunggu, Iza." tutur Deon.

"Maafkan aku, Mas Deon! Aku tidak tahu jika kamu menungguku. Maaf!" Izabel menunduk tidak berani menatap mata Deon.

"Ikut aku!" Deon langsung menyeret tangan Izabel dengan begitu kasar.

"Mas Deon, kanu mau bawa aku ke mana? Sakit!!!" Izabel menahan sakit di tangannya karena cengkeraman kuat tangan Deon.

Hingga kini sampailah mereka di sebuah gudang dekat halaman belakang rumah tersebut. Deon membawa Izabel ke dalam gudang yang sudah lama tidak terpakai. Di sana juga terlihat binatang seperti tikus dan kecoa berkeliaran.

"Mas Deon, kenapa kamu bawa aku ke sini?" Suara Izabel sudah bergetar.

"Malam ini kamu tidur di sini! Kamarmu yang beralaskan tikar itu terlalu mewah untukmu." kata Deon.

"Mas, jangan biarkan aku tidur di sini! Aku takut, Mas! Hiksss... hiksss..." Izabel sudah mulai menangis karena ia memang merasa takut dengan kondisi gudang tersebut.

"Ini hukuman untukmu karena kamu telah berani melanggar aturan yang sudah aku buat untukmu. Apa kamu lupa bahwa aku mengizinkanmu untuk bekerja dengan batas waktu? Kamu hanya bisa keluar rumah sampai pukul enam sore, bukan pukul sembilan malam." ujar Deon penuh penekanan.

"Maafkan aku, Mas Deon! Aku janji tidak akan melanggarnya lagi! Hiksss... Hiksss..." Izabel sampai berlutut di bawah kaki Deon dengan menyentuh kaki pria tersebut. Namun dengan kejamnya, Deon justru langsung menendang Izabel yang mengenai dadanya. Deon tidak sudi Izabel berani menyentuhnya, meskipun itu hanya di kaki.

"Awwww, sakiittt...!!! Hiksss... Hiksss..." Izabel menjerit kesakitan karena tendangan Deon di dadanya begitu keras.

"Arggghhh... sakittt...!!!" Izabel bahkan sampai terguling menahan dadanya yang terasa begitu sakit luar biasa.

"Lancang sekali kamu berani menyentuhku! Itu hukuman yang pantas untuk kamu terima," Deon langsung melangkah pergi. Tapi sebelum ia benar-benar pergi, dengan tidak berperasaan ia menginjak kaki Izabel dengan begitu menekannya hingga Izabel kembali mengerang kesakitan.

"Awww!!! Hiksss... sakit!!!" Izabel menahan sakit di dada dan kakinya secara bersamaan. Hingga malam itu, Izabel benar-benar bermalam di gudang dengan menahan sakit pada tubuhnya dan sakit di hatinya. Deon mengunci Izabel dari luar hingga pagi.

Hingga pagi tiba, Deon teringat bahwa ia semalam mengurung istrinya di gudang. Ia pun langsung turun dan berjalan menuju gudang tempat Izabel berada.

Ceklek

Deon membuka pintu gudang tersebut. Dilihatnya Izabel yang masih tertidur dengan beralaskan kardus. Izabel tertidur dengan meringkuk sambil memegang dadanya yang semalam menjadi sasaran tendangan Deon. Dari hati kecilnya, ada sedikit rasa kasihan pada diri Deon melihat keadaan Izabel. Namun ia segera mengenyahkan pikiran tersebut karena rasa bencinya begitu besar pada wanita itu. Setiap kali ia melihat Izabel, ia selalu membayangkan bagaimana penderitaan mendiang ibunya saat akan meregang nyawa.

"Izabel, Bangun!" Deon membangunkan Izabel dengan sedikit menendang kaki wanita itu dengan kakinya. Hingga Izabel pun mengerjapkan matanya dan langsung terduduk saat melihat Deon sudah berdiri di hadapannya.

"Mas Deon, apa masa hukumanku sudah selesai?" tanya Izabel dengan wajah yang begitu sembab karena semalaman ia hanya bisa menangis dan baru bisa tidur pada pukul tiga dini hari.

"Untuk kali ini sudah selesai, tapi jika kamu melanggar lagi peraturan yang telah aku tetapkan, aku akan memberikan hukuman yang lebih dari ini untukmu. Apa pun alasannya, aku tidak mau tahu. Mengerti?" jawab Deon dengan sangat dingin.

"Mengerti!" Izabel tersenyum tipis karena akhirnya ia bisa keluar dari gudang kotor tersebut.

"Cepat keluar!" titah Deon.

Tanpa menunggu lama, Izabel segera berdiri dan keluar dengan memegangi dadanya yang masih terasa nyeri karena tendangan keras Deon. Izabel langsung membersihkan dirinya yang sejak semalam belum sempat ia ke kamar mandi karena Deon tidak memberikannya kesempatan untuk membersihkan dirinya sepulang dari kafe.

Setelah membersihkan diri dan sudah bersiap untuk bekerja, Izabel ke dapur terlebih dahulu untuk sarapan karena dari semalam ia belum juga makan. Baru saja Izabel akan mengambil lauk di meja, tiba-tiba tangan Deon menghalanginya.

"Jangan ambil makanan itu!" seru Deon.

"Kenapa? Aku ingin sarapan," jawab Izabel.

"Kamu boleh sarapan setelah aku selesai. Dan kamu hanya boleh makan dari piringku," kata Deon.

"Maksud Mas Deon apa?" Izabel masih tidak mengerti maksud dari Deon.

"Aku tidak mengizinkanmu sarapan dengan makanan yang masih utuh. Kamu hanya boleh makan bekasku. Itupun kalau kamu tidak keberatan. Jika kamu keberatan, silakan beli sarapanmu sendiri!" tutur Deon dengan teganya.

Izabel merasa seperti tidak ada harga dirinya di mata Deon. Dengan teganya Deon justru memintanya untuk makan makanan sisa dirinya. Izabel merasa sangat terhina. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena perutnya sudah sangat lapar sekali. Ditambah lagi uangnya kini sudah menipis karena Deon tidak memberikannya uang sama sekali meski sekarang ia sudah menjadi istrinya. Akhirnya dengan terpaksa, Izabel menunggu Deon menyelesaikan makanannya.

Setelah lima belas menit, Deon telah menyelesaikan sarapannya dan ia menyisakan cukup banyak nasi dan lauk di piringnya. Deon berjalan menghampiri Izabel yang sedang terduduk di lantai atas perintah Deon karena Deon tidak pernah mengizinkan Izabel untuk duduk di kursi yang berada di rumah itu.

"Habiskan dan jangan sampai ada yang tersisa! Kalau makanan ini sampai tersisa, aku tidak akan memberikanmu makanan lagi. Dan jangan coba membohongi aku! Karena aku bisa memantau langsung apa yang kamu lakukan di rumah ini. Mengerti?" Deon meletakkan piring bekas makanannya di bawah lantai. Deon terlihat seperti sedang memberikan makan seekor kucing.

Izabel tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah Deon. Ia hanya bisa menahan air matanya tanpa berani ia keluar

kan di hadapan Deon. Setelah selesai sarapan, Izabel langsung pergi bekerja meski kini tubuhnya sedang tidak baik-baik saja karena dadanya masih terasa sangat sakit.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status