Share

Dua

Penulis: Gleoriud
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-19 07:20:41

Fajar dilempar dengan kasar ke dalam kamar besar yang diyakininya sebagai kamar milik Raya. Dia terkekeh pahit dengan apa yang terjadi dengannya, dia dilempar bagaikan cucian basah. Itulah yang dibencinya dari semua orang kaya, mereka memperlakukan orang seenaknya, bahkan nilai harga dirinya sudah tidak ada lagi.

Fajar menangkap pergerakan Raya di sudut tempat tidur. Wanita itu penampilannya kacau, rambutnya acak-acakan, dengan piyama merah muda melekat di tubuhnya, matanya sembab dan berkantung hitam.

Apa ayahnya juga mengurungnya sama dengan Fajar? Fajar melihat nasi dan air minum yang belum tersentuh sama sekali. Fajar mendecih malas, gadis manja yang bahkan sudah tidak gadis lagi, kenapa malah bertingkah dia yang paling menderita?

"Heh," sapa Fajar malas. Wanita itu diam saja, tapi mata tajamnya menatap Fajar dengan berani.

"Kau tidak akan memakannya? Kalau begitu ntukku saja, dasar anak orang kaya sombong." 

Fajar meraih piring berisi nasi itu, memakannya sampai tandas karena perut itu belum diisi dari kemaren. Setelah puas makan sampai kenyang, dia melepaskan sendawanya tak peduli dengan adanya Raya di dalam kamar itu. Bergolek di lantai kemudian tertidur pulas.

Raya melepaskan tangisnya, Fajar laki-laki tak beretika, tak tau malu dan menuhankan uang. Kenapa laki -laki seperti itu yang harus diberikan ayahnya untuk menjadi suaminya? Lihatlah dia! dengan santai dia makan dan tidur seenaknya.

Raya memukul-mukul perutnya, berharap janin milik Marsel keluar dari sana. Dia ingin mati setelah pemerkosaan yang berujung hamil diluar nikah. Dia jijik dengan semua yang terjadi padanya, dia begitu kotor dan hina. Semua karena laki-laki yang tertidur santai di depannya. Fajar tidak memikirkan apa akibat yang didapatkannya dari perbuatannya itu, alkohol itu lah yang membuatnya mabuk sehingga diperkosa oleh Marsel.

Semua ini salah Fajar, laki-laki sial yang selalu menerornya selama ini. Hidupnya aman aman saja sebelum bertemu manusia yang bernama Fajar, setelah kedatangan pria itu semuanya menjadi berantakan.

Raya merebahkan dirinya masih memukuli perutnya, dia sudah melakukan berbagai cara agar janin itu keluar. Memakan tapai sebanyak -banyaknya sampai badannya demam, memakan semua yang merupakan pantangan bagi ibu hamil agar janin itu gugur dengan sendirinya, namun dia melekat erat di rahimnya bagaikan melekat eratnya rasa benci dihatinya kepada Fajar.

Raya memiliki mimpi yang sempurna, yang sudah dirangkainya jauh-jauh hari. Jatuh cinta dengan orang yang tepat, menikah dengan tema adat Minang, kemudian menjadi ibu rumah tangga yang hanya bekerja melayani suami dan mengurus anak. Sekarang mimpi itu hancur sudah, dia belum jatuh cinta kepada Marsel, hubungan mereka baru dalam tahapan penjajakan walaupun resmi  pacaran, bahkan Marsel adalah pacar pertamanya, namun dengan sekejap pria itu menghancurkan dirinya.

Raya bangkit dari tidurnya, dia sangat marah, dengan keberanian yang penuh dia menendang sekuat hati tubuh tinggi kekar yang tergolek di lantai itu.

"Pergi! " 

Dia menendang sekali lagi hingga Fajar terbangun. Fajar menangkap betis Raya, menariknya sehingga gadis itu terjengkang dengan pantat lebih dulu mendarat di lantai, Fajar tidak peduli dengan bayi di perut wanita itu, jika dia keguguran mereka bisa langsung bercerai setelahnya.

"Wanita gila, kenapa kau menendangku?" Fajar duduk, dia baru tidur sepuluh menit, tapi wanita gila itu menganggunya dengan sebuah tendangan, betapa kurang ajarnya dia.

"Kenapa kau kembali? Aku tidak ingin melihatmu." Raya berteriak di depan wajah Fajar. 

Fajar mendecih malas. "Hei kau, kau kira aku kembali karena keinginanku? Tua bangka yang merupakan ayahmu yang menyeretku ke sini, jangan terlalu percaya diri!"

Raya bangkit meraih depan jaket Fajar, memukul dada itu sepuas hati.

"Kau teman bajingan itu, jangan tunjukkan wajahmu padaku! aku ingin membunuhmu, aku ingin membunuhnu ... huuua." Tangisnya pecah memenuhi seisi kamar, Fajar menggeleng sinis.

"Pantas saja Marsel mencampakkanmu, ternyata kau wanita yang mengerikan."

Raya melompat ke hadapan Fajar lalu mencakar lehernya, meninggalkan bekas luka yang memanjang dan mengeluarkan darah, awalnya Fajar diam saja, namun karena wanita itu semakin menggila dia menangkap tangan Raya, memandang mata basah Raya penuh benci.

"Jangan paksa aku berbuat kasar!" Fajar melepaskan tangan Raya dengan kasar, gadis itu berlari menuju mejanya dan meraih sebuah benda tajam untuk melukai dirinya. Mata Fajar terbelalak saat Raya mulai nekad menggoreskan pisau itu ke nadinya, sekali lompat Fajar berhasil menyingkirkan pisau itu dengan pukulan tangannya. 

"Biarkan aku mati, biarkan aku mati!" 

Dia kembali memukuli Fajar, dia sangat putus asa saat ini, beribu kali dia berfikir tapi jawabannya tetap sama, dia tidak bisa memelihara janin itu dan tidak mau menerima Fajar sebagai suaminya.

Fajar membiarkan tangan Raya kelelahan, sampai pukulannya berangsur melemah. Dia merosot ke lantai masih dengan tangisnya. Wanita yang kacau itu tidak peduli dengan dirinya sendiri.

Seharusnya, Fajar tidak usah dilibatkan lagi dengan keluarga Raya, seharusnya cukup masa lalu menjadikan dia sebagai anak kecil yang menyedihkan. Dia masih ingat wajah itu, wajah yang tidak banyak berubah milik ayah Raya. laki-laki yang dulu berselingkuh dengan ibunya, laki-laki yang membuat ibunya meninggalkan ayahnya yang sekarat, laki-laki yang membuat dia memiliki ibu tiri yang kejam. Lalu kenapa dia yang harus dihukum dan dijadikan tumbal penutup malu keluarga yang sangat dibencinya?

Ibunya ... entah di mana keberadaannya sekarang, mungkin sudah memiliki mangsa baru yang lebih kaya, atau sudah dicampakkan laki-laki lain karena pasti dia sudah tua saat ini.

Itulah alasannya membenci keluarga Raya, ayah Raya yang awalnya bersifat sebagai malaikat memberi pinjaman uang sebagai modal usaha untuk keluarganya. Hutang itu sampai sekarang belum dibayar, namun ayah Raya mengambil jaminan yang lebih mahal, ibunya ... ibunya yang bodoh yang jatuh cinta dan berselingkuh dengan laki-laki kaya yang tak lain adalah ayah Raya.

Fajar dilempar dengan kasar ke dalam kamar besar yang diyakininya sebagai kamar milik Raya. Dia terkekeh pahit dengan apa yang terjadi dengannya, dia dilempar bagaikan cucian basah. Itulah yang dibencinya dari semua orang kaya, mereka memperlakukan orang seenaknya, bahkan nilai harga dirinya sudah tidak ada lagi.

Fajar menangkap pergerakan Raya di sudut tempat tidur. Wanita itu penampilannya kacau, rambutnya acak-acakan, dengan piyama merah muda melekat di tubuhnya, matanya sembab dan berkantung hitam.

Apa ayahnya juga mengurungnya sama dengan Fajar? Fajar melihat nasi dan air minum yang belum tersentuh sama sekali. Fajar mendecih malas, gadis manja yang bahkan sudah tidak gadis lagi, kenapa malah bertingkah dia yang paling menderita?

"Heh," sapa Fajar malas. Wanita itu diam saja, tapi mata tajamnya menatap Fajar dengan berani.

"Kau tidak akan memakannya? Kalau begitu ntukku saja, dasar anak orang kaya sombong." 

Fajar meraih piring berisi nasi itu, memakannya sampai tandas karena perut itu belum diisi dari kemaren. Setelah puas makan sampai kenyang, dia melepaskan sendawanya tak peduli dengan adanya Raya di dalam kamar itu. Bergolek di lantai kemudian tertidur pulas.

Raya melepaskan tangisnya, Fajar laki-laki tak beretika, tak tau malu dan menuhankan uang. Kenapa laki -laki seperti itu yang harus diberikan ayahnya untuk menjadi suaminya? Lihat lah dia! dengan santai dia makan dan tidur seenaknya.

Raya memukul-mukul perutnya, berharap janin milik Marsel keluar dari sana. Dia ingin mati setelah pemerkosaan yang berujung hamil diluar nikah. Dia jijik dengan semua yang terjadi padanya, dia begitu kotor dan hina. Semua karena laki-laki yang tertidur santai di depannya. Fajar tidak memikirkan apa akibat yang didapatkannya dari perbuatannya itu, alkohol itu lah yang membuatnya mabuk sehingga diperkosa oleh Marsel.

Semua ini salah Fajar, laki-laki sial yang selalu menerornya selama ini. Hidupnya aman aman saja sebelum bertemu manusia yang bernama Fajar, setelah kedatangan pria itu semuanya menjadi berantakan.

Raya merebahkan dirinya masih memukuli perutnya, dia sudah melakukan berbagai cara agar janin itu keluar. Memakan tapai sebanyak -banyaknya sampai badannya demam, memakan semua yang merupakan pantangan bagi ibu hamil agar janin itu gugur dengan sendirinya, namun dia melekat erat di rahimnya bagaikan melekat eratnya rasa benci di hatinya kepada Fajar.

Raya memiliki mimpi yang sempurna, yang sudah dirangkainya jauh-jauh hari. Jatuh cinta dengan orang yang tepat, menikah dengan tema adat Minang, kemudian menjadi ibu rumah tangga yang hanya bekerja melayani suami dan mengurus anak. Sekarang mimpi itu hancur sudah, dia belum jatuh cinta kepada Marsel, hubungan mereka baru dalam tahapan penjajakan walaupun resmi  pacaran, bahkan Marsel adalah pacar pertamanya, namun dengan sekejap pria itu menghancurkan dirinya.

Raya bangkit dari tidurnya, dia sangat marah, dengan keberanian yang penuh dia menendang sekuat hati tubuh tinggi kekar yang tergolek di lantai itu.

"Pergi! " 

Dia menendang sekali lagi hingga Fajar terbangun. Fajar menangkap betis Raya, menariknya sehingga gadis itu terjengkang dengan pantat lebih dulu mendarat di lantai, Fajar tidak peduli dengan bayi di perut wanita itu, jika dia keguguran mereka bisa langsung bercerai setelahnya.

"Wanita gila, kenapa kau menendangku?" Fajar duduk, dia baru tidur sepuluh menit, tapi wanita gila itu menganggunya dengan sebuah tendangan, betapa kurang ajarnya dia.

"Kenapa kau kembali? Aku tidak ingin melihatmu." Raya berteriak di depan wajah Fajar. 

Fajar mendecih malas. "Hei kau, kau kira aku kembali karena keinginanku? Tua bangka yang merupakan ayahmu yang menyeretku ke sini, jangan terlalu percaya diri!"

Raya bangkit meraih depan jaket Fajar, memukul dada itu sepuas hati.

"Kau teman bajingan itu, jangan tunjukkan wajahmu padaku! aku ingin membunuhmu, aku ingin membunuhnu ... huuua." Tangisnya pecah memenuhi seisi kamar, Fajar menggeleng sinis.

"Pantas saja Marsel mencampakkanmu, ternyata kau wanita yang mengerikan."

Raya melompat ke hadapan Fajar lalu mencakar lehernya, meninggalkan bekas luka yang memanjang dan mengeluarkan darah, awalnya Fajar diam saja, namun karena wanita itu semakin menggila dia menangkap tangan Raya, memandang mata basah Raya penuh benci.

"Jangan paksa aku berbuat kasar!" Fajar melepaskan tangan Raya dengan kasar, gadis itu berlari menuju mejanya dan meraih sebuah benda tajam untuk melukai dirinya. Mata Fajar terbelalak saat Raya mulai nekad menggoreskan pisau itu ke nadinya, sekali lompat Fajar berhasil menyingkirkan pisau itu dengan pukulan tangannya. 

"Biarkan aku mati, biarkan aku mati!" 

Dia kembali memukuli Fajar, dia sangat putus asa saat ini, beribu kali dia berfikir tapi jawabannya tetap sama, dia tidak bisa memelihara janin itu dan tidak mau menerima Fajar sebagai suaminya.

Fajar membiarkan tangan Raya kelelahan, sampai pukulannya berangsur melemah. Dia merosot ke lantai masih dengan tangisnya. Wanita yang kacau itu tidak peduli dengan dirinya sendiri.

Seharusnya, Fajar tidak usah dilibatkan lagi dengan keluarga Raya, seharusnya cukup masa lalu menjadikan dia sebagai anak kecil yang menyedihkan. Dia masih ingat wajah itu, wajah yang tidak banyak berubah milik ayah Raya. laki-laki yang dulu berselingkuh dengan ibunya, laki-laki yang membuat ibunya meninggalkan ayahnya yang sekarat, laki-laki yang membuat dia memiliki ibu tiri yang kejam. Lalu kenapa dia yang harus dihukum dan dijadikan tumbal penutup malu keluarga yang sangat dibencinya?

Ibunya ... entah dimana keberadaannya sekarang, mungkin sudah memiliki mangsa baru yang lebih kaya, atau sudah dicampakkan laki-laki lain karena pasti dia sudah tua saat ini.

Itulah alasannya membenci keluarga Raya, ayah Raya yang awalnya bersifat sebagai malaikat memberi pinjaman uang sebagai modal usaha untuk keluarganya. Hutang itu sampai sekarang belum dibayar, namun ayah Raya mengambil jaminan yang lebih mahal, ibunya ... ibunya yang bodoh yang jatuh cinta dan berselingkuh dengan laki-laki kaya yang tak lain adalah ayah Raya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Whana
kok double double sih
goodnovel comment avatar
alisa
kok double2 gini, ngejr jumlah kata ya?
goodnovel comment avatar
Agus Rudiyanto
kenapa diulang-ulang teruuusss??? bikin emosi aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Sembilan ( End )

    Beberapa jam yang lalu, mereka berkumpul di sebuah restoran sederhana. Fajar, ibunya dan ayahnya. Dua manusia yang pernah menjadi suami istri itu sempat berbincang sekilas. Mereka memutuskan untuk berdamai dan meluruskan kesalah pahaman kepada Fajar setelah berdebat dengan sengit Beberapa menit.Ayahnya sempat menangis memeluk putra semata wayangnya saat Fajar sampai di restoran beberapa jam yang lalu. Meminta maaf telah menelantarkan Fajar kecil yang menderita di tinggal sang ibu. Dia tak menyangka, Fajar tumbuh menjadi pria yang gagah dan tampan. Fajar hanya diam walaupun dalam hatinya dia juga merindukan ayahnya itu.Semuanya terungkap, walaupun sempat ada pertengkaran kecil, pada akhirnya dua orang itu mengalah dan berdamai.Ayahnya terlihat lebih tua dari seharusnya, rambutnya memutih dengan kerut yang tak bisa di hitung jumlahnya. Dia terlihat miskin dan sakit-sakitan, tubuhnya kurus dan kering, belum lagi baju kemeja lusuh yang sudah memudar warnanya.Ternyata pernikahan kedua

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Delapan

    Raya termangu di depan kolam renangnya. Mata cantiknya mengamati kilauan air yang tertempa sinar matahari sore. Ini sudah pukul enam sore, warna matahari sudah berubah hingga keperakan, namun setelah berjam-jam menunggu, suaminya belum pulang dan belum memberinya kabar.Raya mencelupkan kakinya ke dalam kolam. Tanpa Fajar, semuanya menjadi membosankan. Dia tidak tertarik melakukan apa pun jika Fajar tak ada di sisinya Baru saja Raya mengangkat sebelah kakinya ke permukaan, bahunya di sentuh lembut. Gadis itu berbalik dan mata kosongnya langsung berbinar bahagia. Namun, buka Raya namanya kalau tidak menuhankan gengsi."Kapan kau pulang? Aku tak mendengar suara mobilmu."Fajar duduk di samping Raya. Mengamati rambut panjang yang terurai berantakan itu."Baru saja. Kenapa? Merindukanku?"Raya mencibir, menyembunyikan rona pipinya. Dia tak mau mengakuinya, tapi otak dan tubuh tak bekerja sama. Dia malah menghambur ke pelukan suaminya itu. Fajar terkekeh senang sambil mengecup puncak kepa

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Tujuh

    Fajar memandang tak percaya. Wanita itu masih cantik seperti dulu, walaupun banyak kerutan yang menandakan ia sudah menua. Ibunya, masih tipe wanita yang memperhatikan penampilan. Dia cantik dengan blouse putih yang dipadukan dengan rok kembang bermotif bunga. Jika boleh Fajar berkata jujur. Dia sangat merindukan wanita didepannya. Rasanya dekapan hangat itu masih terasa di kulitnya saat ini. Bagaimana saat sang ibu mendendangkan lagu Jawa saat menidurkannya dulu. Elusan kasih sayang dan suara merdunya masih diingat Fajar dengan jelas.Pada dasarnya ibunya adalah wanita yang baik dan penyayang. Dia wanita yang sempurna. Kecantikan masa muda itu di wariskan ya ke wajah tampan Fajar. Dalam hatinya, dia ingin mengadu dan bertanya sebanyak mungkin, kemana ibunya selama ini? Apa yang dilakukannya di rumah usang dan tinggal sendirian tanpa pasangan hidup? Banyak sekali. Tapi Fajar memilih mengunci mulutnya sambil menunggu wanita itu berbicara lebih dulu."Minumlah! Teh mu sudah mulai ding

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Enam

    Jika ada manusia yang paling jahat di bumi ini, maka Raya lah orangnya. Bagaimana bisa wanita itu menghentikan permainan sebelah pihak saat nasib Fajar sudah di ujung tanduk. Raya dengan santai merapikan dirinya, saat Fajar masih kesusahan menata nafasnya yang terputus putus. Dia masih bersandar tak berdaya, memejamkan matanya menikmati sisa-sisa kenekatan seorang Raya. Tapi apa yang dilakukan wanita itu sekarang? Dia menjulurkan lidah nakalnya dan tersenyum mengejek."Aku tidak mau dipergoki lagi. Bagaimana pun kita masih dalam kawasan yang tak boleh berbuat mesum.""Bunuh saja aku, Raya! Kau jahat." Fajar merasa kepalanya pening. Bayangkan saja, saat hasratmu di atas awang-awang, kau malah di hempaskan ke bumi secara kasar. Rasanya lebih sakit dari pada mati."Ck ck ck ... kau selalu tak pernah puas.""Ya tuhan Raya, laki-laki mana yang akan bertahan dengan wanita seseksi dirimu, terlebih lagi dia sudah menjadi milikmu secara utuh. Oh Tuhan, aku butuh air dingin." Fajar mengusap wa

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Lima

    Bukan restoran mewah yang terbiasa dikunjungi Raya. Hanya warung kecil yang diberi dinding dengan spanduk bekas untuk menghalangi cahaya matahari pagi yang mulai menerobos masuk ke warung sarapan pagi itu. Raya memilih duduk di bangku paling pojok, yang agak jauh dari sesaknya para pelanggan yang menyantap sarapan dengan lahap. Bangku di pojok ini sepertinya di sengaja untuk mereka yang ingin memilih ketenangan. Langsung menghadap ke kolam ikan yang berisi ikan nila dan ikan gurami."Kamu mau makan apa?""Apa saja, yang penting enak." Raya melirik sekilas jejeran menu sarapan pagi yang di tata sedemikian rupa di atas etalase kaca. Banyak sekali pilihan sehingga Raya menjadi bingung sendiri. Dia tidak menyadari Fajar bangkit memesan kepada pemilik warung. Tak butuh waktu lama, dua piring nasi yang dilengkapi dengan telor dadar dan toping tempe yang di goreng garing bersama ikan asin.Raya mengamati sambil menikmati aroma khas yang membuat perutnya meronta minta di isi."Ini namanya na

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Empat

    Pagi yang cerah, matahari mulai merangkak perlahan mengintip dari celah dedaunan pepohonan yang tumbuh persis di samping jendela kamar rumah itu. Raya membuka jendela kecil tersebut menyambut udara segar yang menerpa wajahnya.Mereka sebenarnya sudah bangun setelah shalat subuh tadi. Raya berberes sejenak sedangkan Fajar kembali ke tempat tidur dengan alasan mengantuk. Hari ini, tepat satu minggu Fajar menjalani hukuman mengumpulkan batu yang akan digunakan masyarakat sebagai pagar pembatas dari luapan sungai. Kebetulan pula, kemaren adalah masa hukuman Fajar berakhir. Hari ini adalah hari minggu, hari santai bagi Fajar. Sudah lama dia tidak merasakan nikmatnya tidur setelah subuh. Walaupun dia tahu, kebiasaaan ini tidak baik.Raya mengikat rambutnya yang masih basah, lalu berjalan perlahan mendekati ranjang sambil tersenyum. Dia, sang suami yang biasanya memiliki kulit cukup cerah sudah berubah menjadi gelap karena terbakar sinar matahari saat bekerja. Namun, Raya malah menyukai wa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status