Pernikahan KeduaMasa Lalu RiriBab 27Bu Marni masih bisa bernafas lega, uang mobil yang ia jual itu sebahagian dibayarkan untuk cicilan banknya. Sebagian lagi untuk biaya hidupnya. "Punya anak dua nggak ada yang bisa diharepin, nggak tau balas budi, blass," gerutunya. Ia sedang bertamu di rumah Maya temannya. "Gimana ceritanya, Mar, bukannya selama ini anakmu itu baik, Dia yang menanggung biaya keluarga kalian?" Maya menanggapi ucapan Marni barusan. Pasalnya Marni sering membangga-banggakan anaknya dulu. Tama yang sudah menjadi maneger di perusahaan ternama, Mita yang kuliahnya pintar. Marni selalu memuji-muji anaknya di depan teman-temannya. "Hah, itu dulu, May, sekarang Tama nggak kerja lagi. Si Mita, entah kenapa anak itu bisa hancur. Mana kuliah tinggal dikit lagi." Tanpa rasa malu Marni mengumbar aib keluarganya. Semua ia ceritakan dengan temannya itu."Kamu juga salah, Mar. Anak di penjara bukannya ditolong, padahal Kamu lagi pegang uang saat itu." Maya tak sependapat den
Pernikahan KeduaLiburan ke BaliBab 28Danu mengumumkan pada seluruh karyawannya, untuk melakukan perjalanan ke bali. Pasalnya tahun ini perusahaan mereka mendapatkan keuntungan ganda dibanding tahun lalu. Gilang diutus untuk mengatur kapan keberangkatan mereka. Hari Jum'at kebetulan tanggal merah, Gilang memilih hari itu, agar bisa liburan lebih lama tepatnya tiga hari.Semua bersorak gembira, mereka berangkat naik pesawat, semua biaya ditanggung perusahaan.Nirmala sangat antusias, meski tidak mengajak keluarga, Risti apa lagi karena keluarganya juga tidak bisa ikut.Perjalanan dimulai, total 60 karyawan yang berangkat. Di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, tepatnya di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Mereka sudah di tunggu oleh bus yang berjumlah tiga.Masing-masing berisi dua puluh orang. Sorak senang para karyawan Subrata Group mampu mengalihkan kegalauan Riri, yang sudah lima hari berpikir masalah lamaran Handy.Mereka menginap di The Radiant Hotel & Spa. Tak tanggung-
Kubalas Penghinaan Keluarga Suami Bertemu MiunaBab 29Riri sudah merasa lebih baik, begitu juga Gilang. Mereka pulang pagi harinya bersama orang tua Riri. Sedangkan rombongan menyusul siangnya. Gilang disuruh istirahat, agar kakinya benar-benar pulih karena besok harus masuk ke kantor. Adrian disuruh menjaganya. "Semoga Kau dan Riri berjodoh ya!" ucap Adrian yang mirip seperti doa, dan ia sedang menyetir sekarang. Mereka menitipkan mobil di dekat bandara sebelum berangkat ke bali. Jadi mereka tidak perlu taksi untuk pulang kerumah. "Kenapa Kau bicara begitu?"Gilang menatap adik sepupunya itu yang tetap fokus pada jalanan didepannya. Sesekali ia juga menatap lurus kedepan. "Cintamu itu terlalu besar, Kau tidak berpikir tentang dirimu sendiri sebelum menolong Riri yang tenggelam kemarin."Adrian mengutarakan pikirannya. Menurutnya bisa sajakan Gilang minta bantuan lain, bukan mengorbankan nyawanya sendiri. "Manurutmu, kalau itu bukan Riri aku akan diam saja begitu?" protes Gila
Pernikahan KeduaBelum MemilihBab 30Riri mematung setelah mendengar kalimat ausy, ingatannya langsung tertuju pada kejadian lima tahun yang lalu, disaat Handy membawa istrinya tanpa memikirkan perasaan Riri. Bukannya belum berdamai dengan keadaan, namun tetap saja ada yang mengganjal dihati. Riri terpaku ditempat, masih jelas ingatan itu berputar kembali di memorinya."Tante Lili! Tante lili!"Riri tersentak, tangan mungil Miu menggoyang-goyangkan tangannya. Lekas di tatapnya anak itu. Wajah yang semula tegang itu kini berubah dengan senyuman."Ya, Miu?" tanya Riri menyentuh lembut kepala putri dari pria yang pernah mematahkan hatinya itu. "Miu aus," jawab Miu."Bentar ya!"Riri melangkah menuju nakas, ternyata airnya habis. Riri terpaksa turun kebawah. Di gendongnya Miu menurun anak tangga. Dibawah, Handy segera berdiri menatap tak berkedip pada sosok yang berjalan menuruni anak tangga yang sambil menggoda putrinya. Hati Handy menghangat, senyumnya terukir manis melihat pemand
Pernikahan Kedua Bertemu Handy LagiBab 31"Papa rasa sudah saatnya Kamu memikirkan masa depanmu, Ri. Kami sudah tua, belum tentu bisa lebih lama mendampingimu." Pak Danu mengajak istri dan anak-anaknya bicara.Riri paham betul maksud perkataan Papanya, namun sebagai anak ia tak ingin menyela.Mamanya sibuk menyuapi Sean. Belakangan ini cucunya itu lebih sering datang, karena Nadia sudah sibuk mempersiapkan kelahiran anak keduanya. "Orang tua akan merasa tenang bila putrinya sudah memiliki teman hidup. Untuk itu menikah lah, Nak!"Semua diam menyimak, menunggu apa tanggapan Riri.Tidak salah memang keinginan mereka, tapi Riri sendiri pun belum terpikir untuk menikah dalam waktu dekat, bayang-bayang kegagalan rumah tangganya dulu saja masih melekat kuat dalam ingatannya.Layaknya wanita, Riri ingin pernikahan kedua adalah yang terbaik dan terakhir."Maafkan, Riri, Pa, Ma! Sejujurnya Riri masih takut untuk berumah tangga lagi, tapi kalau Papa dan Mama ingin Riri segera nikah. Riri p
Pernikahan Kedua Lamaran HandyBab 32Riri pergi memenuhi undangan makan malam dari Handy, yang di adakan dirumahnya. Sekaligus ingin bertemu Miu putri pria masalalunya itu. Entah apa yang ada di pikiran Riri, dia sendiri pun bingung dengan hatinya. Antara masih ada kah perasaan yang sama seperti dulu? atau hanya ingin menguji, adakah Handy di dalam hatinya lagi. Riri datang sendiri mengendarai mobilnya. Sepanjang jalan dia mempersiapkan jawaban untuk Handy, jawaban lamaran yang disampaikan kakaknya waktu itu. Dua puluh menit, Riri sampai dirumah Handy, dia disambut hangat oleh Handy. Handy langsung membawa Riri ke taman samping. Sengaja ia buat diluar agar suasana jadi romantis. "Miu, lihat siapa yang datang!" ucap Handy pada Miu yang sedang menonton serial kartun di tabletnya.Gadis itu mendongak. "Tante Lili!""Hai Miu!" balas Riri, kemudian menghampiri Miu yang juga hendak turun dari tempat duduknya.Mereka saling memeluk. Riri mengecup kepala Miu. Hal itu tak luput dari pa
Pernikahan KeduaDisuruh MelamarBab 33"Terimakasih, Gilang! Hari ini Kau banyak membantuku, aku tidak tau kalau tidak ada Kamu," ungkap Riri. Tadi dia sudah cukup pusing melihat file-file yang harus diperiksa. "Hadeh! Papa terlalu buru-buru memberikan tanggung jawab ini. Kalau begini, gimana mau nikah coba, rumah, kerjaan, suami lagi, bisa-bisa mati berdiri aku," monolog Riri, tangannya terus memisahkan dokumen-dokumen yang baru diperiksa, memindahkannya ke lemari di sudut ruangannya. "Memang tugasku. Oh ya sudah jam delapan, sebaiknya kita pulang!" ajak Gilang setelah melihat jam di tangannya.Sebenarnya pekerjaan ini bisa diselesaikan besok, namun Riri memaksa untuk selesai malam ini juga. "Baiklah, letsgo!" Riri meraih tasnya lalu melangkah keluar, diikuti oleh Gilang dari belakang. Lampu sudah di padamkan, memberikan kunci pada satpam yang berjaga malam hari."Hati-hati, Pak!" "Sip!" Gilang mengacungkan jempolnya. Satpam segera menutup pintu pagar. Gilang mengantar Riri
Pernikahan KeduaNasehat Orang TuaBab 34Jam tiga sore Riri sudah sampai dirumah. Entah apa yang di inginkan mamanya sehingga memaksanya segera pulang.Bertambah heran kala melihat gaun berlengan panjang terletak di atas tempat tidurnya.Riri menyentuhnya, gaun berwarna lilac itu memang cantik dan cukup menarik. Riri mem-paskan di tubuhnya. Sepertinya cocok untuknya, tapi milik siapa? Batinnya. "Syukurlah Kamu sudah pulang," ucap mamanya yang baru datang kekamarnya. "Dicoba, Ri!" pinta mamanya."Untuk Riri, Ma?""Iya, coba dulu, pas nggak Dibadan Kamu!" perintahnya lagi. Tanpa bertanya lagi, Riri segera mencobanya.Pas. Sangat pas ditubuhnya. Pilihan mamanya memang tak pernah salah. Riri selalu puas. "Cantik! Nggak salah pilih mama." Mama Anita tersenyum melihat Riri yang berdiri dihadapannya."Tumben, mama beliin baju begini, emang untuk apa?" tanya Riri penuh selidik. Baju ini cocok untuk acara keluarga atau untuk menghadiri acara resmi menurutnya. "Untuk Kamu, nanti malam ada