Share

Menjadi Kepala Tim

last update Last Updated: 2025-06-26 15:32:33

Pagi harinya, Ayudhia terbangun oleh seberkas cahaya yang menyelinap dari celah gorden tebal. Ia menoleh, melihat sisi ranjang di sebelahnya kosong dan dingin.

Tadi malam adalah malam pertama mereka. Tentu saja Ayudhia tetap merasa canggung, dia satu kamar dengan pria asing. Meskipun pria itu adalah suaminya sendiri.

Arlo tetap menyuruh Ayudhia untuk tidur di ranjangnya, tetapi karena tidak terbiasa, Ayudhia menaruh bantal di tengah-tengah mereka.

Entah apa yang ada di dalam pikiran Arlo saat melihat Ayudhia memberi batasan di antara mereka. Ekspresi Arlo saat itu hanya datar tanpa berbicara apa pun.

Setelah itu, Ayudhia tetap tidur.

Jadi, ketika tadi Ayudhia terbangun dan melihat ranjang di sebelahnya kosong, Ayudhia berpikir mungkin Arlo tidak tidur di sampingnya tadi malam.

Ayudhia baru menghembuskan napasnya lega ketika pintu kamar mandi terbuka. Dari sana Arlo melangkah keluar, hanya mengenakan jubah mandi hitam yang sedikit terbuka, memperlihatkan dada bidangnya yang kokoh. Butiran air menetes dari ujung rambutnya.

Ayudhia terpaku. Napasnya tercekat sesaat, matanya tak berkedip.

Arlo mengerutkan dahi, menyadari tatapan Ayudhia. Senyum samar kembali terangkat di wajahnya.

Arlo melangkah mendekati ranjang, dia menjentikkan jarinya di depan Ayudhia.

Ayudhia tersadar, pipinya memanas. Dia buru-buru mengalihkan pandangan.

"Cepat bersiap. Kita berangkat bersama ke perusahaan," perintah Arlo, suaranya datar, sebelum melangkah menuju ruang gantinya.

Saat berjalan menuju kamar mandi, pergelangan kaki Ayudhia yang terkilir kemarin terasa nyeri. Dia berhenti sejenak, wajahnya mengeras, sebelum melanjutkan langkahnya dengan punggung yang lebih tegak dari sebelumnya.

***

Lobby A.R Atelier menjulang tinggi, didominasi marmer hitam dan aksen emas yang memancarkan aura dingin dan berkuasa.

Begitu Ayudhia turun dari mobil yang sama dengan Arlo, langkah kaki para karyawan di sekitarnya melambat. Kepala-kepala menoleh pelan-pelan ke arah mereka. Bisikan-bisikan juga mulai terdengar.

Mike, asisten pribadi Arlo, menyambut mereka.

Arlo menyerahkan sebuah stopmap pada Ayudhia. "Melaporlah ke HRD." Dia kemudian berjalan masuk bersama Mike, meninggalkan Ayudhia di tengah lobi, di bawah tatapan puluhan pasang mata.

Ayudhia menarik napas dalam-dalam, menegakkan dagunya, dan melangkah.

Proses di HRD berjalan secepat kilat. Kartu identitas dengan lanyard biru sudah tercetak atas namanya. "Selamat bergabung,” kata kepala HRD sambil menyerahkan ID-card pada Ayudhia. “Kamu bisa pergi ke Divisi Perencanaan di lantai 15."

Ayudhia menatap ID-card di tangannya. Secepat ini dia mendapatkan ID-card, sepertinya Arlo memang sudah menyiapkannya. “Terima kasih,” ucap Ayudhia lalu pergi meninggalkan ruang HRD.

Saat pintu lift terbuka di lantai 15, suasana yang tadinya ramai mendadak menjadi lebih hening.

Semua aktivitas seolah melambat saat dia melangkah masuk. Tatapan-tatapan aneh kembali mengarah padanya. Dia bisa menangkap beberapa kata: "... Ardhana ....." dan "... mata-mata ...."

Wajar mereka berasumsi seperti itu. Ayudhia masih tetap dikenal sebagai putri keluarga Ardhana, dan hari ini tiba-tiba dia bekerja sebagai karyawan baru di perusahaan saingan keluarganya.

Siapa yang tidak berpikir kalau dirinya adalah mata-mata?

Namun, Ayudhia memilih mengabaikan itu semua. Ayudhia tetap berjalan lurus. Mereka tidak tahu apa yang telah Ayudhia alami, jadi rasanya sia-sia jika meladeni mereka.

Yang terpenting adalah Ayudhia fokus pada tujuannya: menjatuhkan keluarga Ardhana dan memenuhi kesepakatan yang telah dibuat bersama Arlo.

"Kamu staf baru?" Sebuah suara ramah membuatnya menoleh. Seorang wanita berkacamata tebal tersenyum sambil mengulurkan tangan di depannya. "Aku Della."

"Ayudhia," balasnya, merasakan sedikit ketegangan di bahunya mengendur saat menjabat tangan Della.

Setelah perkenalan singkat itu, Della menuntun Ayudhia menuju meja kosong, sambil tetap ditemani beberapa tatapan sinis ke arah mereka. “Sudah, jangan dipedulikan ekspresi mereka. Memang begitu kalau ada karyawan baru. Biasa persaingan kerja.”

Ayudhia hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Baru saja dia akan duduk di meja kosong sebelah Della, Mike kembali muncul di ambang pintu divisi.

"Semua anggota tim perencanaan untuk kontes tahunan ke ruang rapat. Sekarang," Mike berkata dengan suara tegas. Matanya menyapu ruangan, lalu berhenti pada Ayudhia. "Termasuk Anda, Ayudhia."

Keheningan yang lebih dalam menyelimuti ruangan. Semua mata kini terpaku pada Ayudhia dengan tatapan tak percaya.

Della menatapnya dengan mulut sedikit terbuka, ada rasa kagum yang tulus di hatinya. “Kemampuanmu pasti luar biasa sampai-sampai baru masuk perusahan langsung diajak rapat pembentukan tim.”

Ayudhia sendiri hanya bisa berdiri membeku sesaat dan tersenyum kikuk sebagai balasan ucapan Della, sebelum mengambil buku catatannya dan berjalan mengikuti rombongan lain dengan jantung berdebar.

Ruang rapat itu terasa lebih dingin. Meja kayu panjang yang mengkilap memantulkan cahaya lampu yang menusuk mata.

Dan Arlo sudah duduk di kursi utama, menunggu dengan tenang seperti seorang kaisar di singgasananya.

Di seberang meja dari tempat Ayudhia berdiri, seorang wanita berpenampilan elegan menatapnya dengan tatapan tajam dan menilai. Ayudhia mengerutkan kening, dia tidak mengenal wanita itu, tetapi mengapa tatapannya terasa familier?

Ayudhia kembali mengabaikan itu. Dia memilih duduk di kursi paling ujung. Jauh dari kursi Arlo.

Setelah Mike membuka rapat dan memperkenalkan Ayudhia sebagai anggota tim baru, Arlo langsung mengambil alih. "Saya akan menunjuk langsung kepala tim untuk proyek ini." Pandangannya menyapu seisi ruangan, sebelum berhenti dan menunjuk tepat ke arah Ayudhia.

Waktu seolah berhenti. Ayudhia bisa merasakan gelombang permusuhan yang datang dari setiap sudut meja.

"Dengan segala hormat, Pak Arlo." Wanita elegan tadi, Disya, angkat bicara, suaranya halus namun menusuk. "Saya keberatan."

Arlo menatap Disya, wajahnya tanpa ekspresi. "Jelaskan," katanya, suaranya rendah dan dingin.

"Kenapa harus dia?" Disya menatap Ayudhia. "Seorang staf yang baru masuk hari ini. Kompetensinya belum teruji. Loyalitasnya diragukan. Yang kita tahu ... dia adalah putri dari perusahaan saingan utama kita. Menyerahkan proyek terbesar Atelier padanya, bukankah ini sebuah pertaruhan yang berbahaya?"

Ayudhia mengepalkan tangannya di bawah meja, kukunya menancap di telapak tangannya. Dia memaksa dirinya untuk tetap menatap lurus ke depan, wajahnya tanpa ekspresi.

Arlo tersenyum tipis. Senyuman yang tidak mencapai matanya, membuat semua orang di ruangan itu menunduk.

"Jadi," Arlo memulai, suaranya turun satu oktaf, menjadi bisikan yang berbahaya. "Kamu tidak hanya meragukan kemampuannya, tapi juga meragukan kemampuanku dalam menilai seseorang untuk memimpin proyek terpenting perusahaan ini. Begitu, Manager Disya?"

Wajah Disya memucat. "Bu-bukan begitu, Pak. Saya hanya ...."

"Keputusanku final," potong Arlo, suaranya kembali datar dan tak terbantahkan. "Ayudhia adalah kepala tim. Dan kalian semua akan mengikuti arahannya. Ada yang masih keberatan?"

Tidak ada yang berani bersuara.

Disya menunduk. Namun, saat dia mengangkat wajahnya, Ayudhia bisa melihat kilat kebencian di matanya.

Rapat itu berakhir ketika Arlo pergi meninggalkan ruang rapat diikuti Mike di belakangnya.

Semua peserta rapat juga meninggalkan ruang rapat.

Saat Disya keluar, dia sengaja berjalan melewati Ayudhia, bahunya menyenggol bahu Ayudhia dengan keras. Tetapi, dia kemudian bergegas pergi ke toilet dan mengeluarkan ponselnya di sana.

"Halo? Ini aku. Apa kamu tahu kalau Ayudhia masuk ke Atelier?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
wardah
wah disya mau cari gara" ini ,,pake acara senggol senggolan segala
goodnovel comment avatar
Adeena
Disya perlu di curigai ini....
goodnovel comment avatar
Aililea (din din)
adiknya Arlo kan cowok, wkwkwkwkkw
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan   Rapat Dadakan

    Siang hari di Atelier.Arlo dan Aksa tiba bersamaan di Atelier. Kedatangan keduanya di Atelier mengundang atensi beberapa karyawan yang sedang melintas di lobby.Arlo dan Aksa pergi ke ruang rapat yang terdapat di lantai dua. Sesampainya di sana, para pemegang saham sudah datang, tatapan semua orang tertuju pada Aksa yang mengambil kursi utama, sedangkan Arlo duduk di kursi samping Aksa.Rapat darurat itu dimulai, ekspresi wajah semua orang begitu serius menunggu pembahasan tentang turunnya saham Atelier pagi ini.“Penurunan saham pagi ini, bukanlah sebuah kebetulan semata. Semenjak berita tentang salah satu staff Atelier yang mencuat kemarin dan menyeret nama Atelier, saham di Atelier tiba-tiba saja terdampak. Apakah Pak Arlo sebagai pimpinan tertinggi di sini mau memberikan penjelasan soal berita yang sedang beredar?” “Benar sekali, bagaimana bisa, Anda sebagai pemimpin perusahaan, membiarkan staff yang sekarang diberitakan sebagai anak angkat Ardhana tetap ada di Atelier. Padahal

  • Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan   Dukungan Keluarga

    Di RDJ Group.Mike masuk ke ruangan Arlo dengan langkah cepat menghampiri Arlo yang sedang sibuk mengecek berkas. Begitu sampai di depan meja kerja Arlo, dengan wajah panik Mike meletakkan tablet di hadapan atasan ini. “Anda harus membaca berita terbaru hari ini, Pak,” katanya.“Berita soal Ayudhia semakin digoreng sampai narasinya melenceng dari berita utama, Pak.”Arlo mengalihkan pandangan dari berkas ke tablet. Dia menegakkan badan sambil meraih tablet yang ada di meja. Jemarinya mulai menggeser layar tablet pintar itu dengan tatapan menyapu cepat setiap kata yang tertulis di sana.Berita dari anak angkat berpindah ke pengkhianatan Ayudhia pada keluarga Ardhana, berbelok ke arah Ayudhia yang memanfaatkan Atelier untuk menusuk perusahaan Ardhana, sampai berita jika Ayudhia mengincar pemilik Atelier dinarasikan begitu negatif dalam satu berita baru yang muncul di pagi ini.“Banyak akun-akun di sosial media bermunculan menyudutkan Ayudhia, beberapa di antaranya memberikan narasi nega

  • Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan   Tekanan

    Della masih menatap nanar pada Ayudhia sambil terus mengusap lembut lengan sahabatnya itu. “Kamu yakin?” tanya Della memastikan. Ayudhia tetap menyunggingkan senyum saat kepalanya mengangguk pelan. “Iya, aku baik-baik saja.” Pintu lift terbuka di lantai divisi perencanaan. Ayudhia dan Della melangkah keluar dari lift menyusuri koridor menuju ruang divisi. “Itu dia ….” Samar, Ayudhia mendengar kalimat itu diikuti tatapan berbeda dari beberapa staff yang tertuju ke arahnya, termasuk staff dalam timnya. Ayudhia tak memedulikan tatapan semua orang padanya. Dia mengayunkan langkah menuju meja kerjanya, begitu Ayudhia mendudukkan tubuhnya di kursi, Ayudhia kembali mendengar pembicaraan rekan timnya yang berdiri berkerumun tak jauh darinya. “Kupikir berita tentang dia yang anak angkat sudah menghebohkan, ternyata ada yang lebih heboh lagi dari itu sampai-sampai nama Atelier harus terseret di dalamnya.” “Jika terus begini, bisa-bisa saat lomba nanti, Atelier akan kehilangan atensi ka

  • Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan   Masalah Baru

    Keesokan harinya.Ayudhia berangkat ke Atelier diantar sopir karena Arlo harus pergi ke RDJ Group.Begitu melangkah masuk ke lobby, Ayudhia melambatkan langkah sebelum berhenti ketika mendengar suara Della memanggilnya. Dia menoleh ke belakang, senyum Ayudhia mengembang saat melihat Della menghampirinya dengan cepat.“Bagaimana tidurmu semalam?” tanya Della. Tak dipungkiri, Della mencemaskan kondisi Ayudhia setelah digempur berita miring seharian kemarin.Senyum Ayudhia semakin lebar, kepalanya mengangguk pelan. “Ya, lumayan nyenyak.”Della menatap iba. Pasti berat bagi Ayudhia menghadapi fitnah itu. “Syukurlah, aku cemas kamu tidak bisa tidur semalaman lalu mengganggu pekerjaanmu hari ini.”Setelahnya tatapan iba Della berubah penuh kelegaan. “Tapi aku lega melihat wajahmu yang pagi ini berseri-seri.” Tawa kecil lolos dari bibir Ayudhia. Setelahnya dia mengangguk singkat.Keduanya menuju lift bersama, saat tiba di sana, Ayudhia dan Della segera masuk lift yang baru saja terbuka. Di

  • Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan   Butuh Genggaman

    Saat sore hari. Ayudhia duduk memangku kedua tangan di atas paha dan menyandarkan kepala di tepian pintu, pandangannya kosong ke luar jendela mobil. Kepalanya begitu penuh dengan kata-kata hujatan yang dibacanya.“Anda mau langsung pulang, Nyonya?” tanya sopir saat melirik ke spion tengah untuk melihat pantulan bayangan Ayudhia.Ayudhia mengangguk pelan. “Iya, langsung pulang saja.”Saat tiba di rumah. Ayudhia melangkah masuk lalu menaiki anak tangga menuju kamar atas. Langkahnya sedikit pelan, tubuhnya lemas tak bertenaga. Begitu sampai di depan pintu kamar, Ayudhia menegakkan badan lalu menarik sedikit kedua sudut bibirnya sehingga menciptakan lengkungan kecil sebelum akhirnya dia melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar. Melihat Arlo yang baru saja keluar dari kamar mandi, Ayudhia langsung melebarkan senyum. Dia tidak boleh terlihat sedih di depan Arlo“Ternyata kamu sudah pulang, apa mau kubuatkan kopi?” tanyanya sambil meletakkan tas di atas sofa.Mendengar suara Ayudhia, Arlo m

  • Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan   Berita Baru

    Arlo dan Ayudhia masih sama-sama diam. Ayudhia masih menatap layar ponselnya, membaca berita baru tentang dirinya dengan headline ‘Air Susu Dibalas Air Tuba.’, semua kalimat di artikel itu memojokkan dirinya, membuat dadanya sangat sesak, sampai-sampai Ayudhia kesulitan bernapas.Ayudhia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya pelan. Dia berusaha untuk tenang, ada Arlo bersamanya dan Ayudhia tidak ingin membuat siapa pun mencemaskannya lagi.Arlo meletakkan ponselnya kembali di meja. Sambil menoleh pada Ayudhia, dengan sikap tenang Arlo berkata, “Habiskan makananmu.”Saat mendengar suara Arlo yang pelan, lembut, dan tak ada nada kesal, Ayudhia menoleh pada Arlo yang sedang menatapnya. Namun, ekspresi Arlo tidak berubah, wajahnya tetap datar. Apa mungkin Arlo bukan membaca berita yang sama? Melihat diamnya Ayudhia, Arlo kembali bertanya, “Ada apa?”Senyum terangkat di bibir Ayudhia, lalu dia menggeleng pelan. “Tidak ada,” katanya.Ayudhia kembali menyantap makan siangnya dan be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status