共有

Bab 3 – Dunia yang Berbeda

作者: Iris Nyx
last update 最終更新日: 2025-03-12 19:21:06

Rhea menatap layar laptopnya dengan mata setengah mengantuk. Dosennya sedang menjelaskan tentang analisis pasar global dengan suara monoton yang nyaris seperti lullaby. Di sekelilingnya, mahasiswa lain tampak sibuk mencatat atau sekadar menatap kosong ke depan, sama bosannya dengan Rhea.

Lima menit lagi, dan akhirnya kelas selesai.

Rhea menuju lounge yang lumayan kosong. Ia suka duduk di pojokan dekat dengan jendela.

Dia menghela napas panjang, ia sudah berusaha bertahan dari sisa kelas yang terasa semakin lama. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk bertahan tanpa ketiduran hingga kelas selanjutnya dimulai—dan hampir berhasil—kemudian sebuah tangan tiba-tiba mendarat di bahunya.

"Rheaaa~"

Rhea menoleh dan langsung mendapati wajah Kyle yang menyeringai jahil. Dia melonggarkan topinya dan duduk di kursi kosong di sebelah Rhea dengan santai.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Rhea dengan suara datar.

Kyle mengangkat bahu. "Nggak boleh menemui istri sah-ku?"

Rhea memutar bola matanya. "Aku bukan istrimu, dasar sinting."

Kyle mendekat dan berbisik dengan nada dramatis. "Tapi kau sudah menikah. Kau sudah menjadi istri seseorang. Dan aku merasa dikhianati, Rhea."

Rhea mendesah kemudian membalas omongan Kyle dengan suara yang pelan. "Kyle, aku menikah dengan kontrak."

Kyle mendekat lebih jauh sampai hidung mereka hampir bersentuhan. "Tapi apakah suamimu tahu kalau aku lebih dulu mengenalmu? Aku yang selalu ada untukmu sejak SMA? Aku yang—"

Rhea menjejalkan buku catatannya ke wajah Kyle sebelum dia bisa melanjutkan. "Kau terlalu drama."

Kyle tertawa kecil, lalu bersandar di kursinya dengan ekspresi puas. "Setidaknya aku berhasil membuatmu tidak bosan lagi, kan?"

Rhea menghela napas panjang. "Aku tidak bosan. Aku hanya... ya, hidupku memang begini."

Kyle mengangkat sebelah alisnya. "Maksudmu, hidupmu yang membosankan?"

Rhea tidak menyangkal. Dia memang selalu menjalani kehidupan yang lurus-lurus saja. Sejak kecil, dia terbiasa fokus belajar, tidak banyak bersosialisasi kecuali dengan Kyle. Bahkan saat kuliah, rutinitasnya tidak jauh berbeda: kelas, tugas, makan, tidur.

Dan sekarang, dia menikah dengan seorang pria yang dunianya jauh berbeda darinya.

"Aku sekarang tinggal di tempat Miki," kata Rhea, tanpa sadar mengatakannya dengan nada ragu.

Kyle menatapnya dengan minat. "Oh, kalian sudah akrab ternyata? Gimana rasanya tinggal dengan seorang fashionista eksentrik?"

Rhea mengerjap, mengingat pertama kali dia masuk ke apartemen Michael. "Berbeda. SANGAT berbeda. Kau tahu, aku selalu suka tempat yang simpel, kan? Kalau apartemenku dulu cuma ada meja belajar, kasur, dan lemari, apartemen Michael itu..."

Kyle bersandar dengan ekspresi penasaran. "Bagaimana?"

Rhea menghela napas panjang sebelum mulai bercerita.

Apartemen Michael bagi Rhea yang kaku adalah definisi dari ‘berlebihan’.

Begitu dia masuk, dia langsung merasa seolah memasuki galeri seni. Rak-rak dipenuhi dengan koleksi aksesoris unik, mulai dari patung kecil, lilin aromaterapi dengan bentuk abstrak, hingga buku-buku desain yang tampak mahal. Warna-warna netral seperti putih, beige, dan abu-abu mendominasi ruangan, tapi ada sentuhan emas dan perak di beberapa dekorasi yang membuat tempat itu tampak elegan.

Tapi yang paling membuatnya pusing adalah koleksi parfumnya.

Satu lemari penuh. LEMARI.

Rhea masih ingat bagaimana ia berdiri terpaku di depan lemari kaca besar itu, menatap puluhan botol parfum dari berbagai merek mewah yang tersusun rapi di dalamnya. Ada yang berbentuk botol kaca klasik, ada yang unik dengan desain geometris, bahkan ada yang tampak seperti botol ramuan dari negeri dongeng.

Michael, yang saat itu baru keluar dari kamar, memperhatikan ekspresinya dan tertawa kecil. "Kau suka?" tanyanya dengan nada menggoda.

"Suka? Aku bahkan tidak tahu harus berkata apa Miki," kata Rhea jujur. "Aku hanya punya satu parfum, dan itu pun karena Kyle memaksaku membelinya."

Michael tersenyum tipis. "Parfum bukan hanya tentang bau. Ini seni. Aroma bisa mencerminkan karakter seseorang, suasana hati, atau bahkan kenangan."

Rhea mengernyit. "Baiklah, aku paham konsepnya, tapi... satu lemari penuh? Apa kau benar-benar menggunakannya semua?"

Michael melangkah mendekat, mengambil satu botol berwarna biru gelap dan membuka tutupnya. Dengan gerakan halus, dia menyemprotkan sedikit ke pergelangan tangannya dan mengangkatnya ke dekat hidung Rhea.

"Coba ini," katanya.

Rhea awalnya ragu, tapi akhirnya mencondongkan tubuh dan menghirup aroma yang lembut dan segar, seperti angin laut di pagi hari.

Michael tersenyum melihat ekspresinya. "Namanya ‘Blue Horizon’. Aroma citrus, sedikit mint, dan kayu cendana di akhir."

Rhea menatapnya. "Jadi, kau juga seorang perfumer?"

Michael terkekeh. "Bukan. Aku hanya menghargai seni dalam berbagai bentuk."

Rhea menggelengkan kepalanya. Dunia Michael benar-benar dunia yang asing baginya. Fashion, estetika, parfum—semuanya terasa seperti hal yang hanya ada di film-film, bukan dalam kehidupan sehari-hari.

Kembali ke dunia nyata, Kyle menatapnya dengan mulut sedikit terbuka setelah mendengar ceritanya.

"Jadi, suamimu itu fashionista sejati, pencinta estetika, dan kolektor parfum?" Kyle menggelengkan kepalanya. "Aku nggak percaya kau tinggal dengan seseorang seperti itu."

"Aku juga nggak percaya," kata Rhea sambil menyandarkan kepalanya ke meja.

Kyle tertawa. "Kau yang suka hidup simpel, sekarang tinggal di tempat yang aesthetic overload. Apakah ini karma karena kau terlalu membosankan?"

Rhea meliriknya malas. "Kalau ini karma, maka aku butuh panduan untuk bertahan hidup di dunia Miki."

Kyle memasang ekspresi berpikir. "Oke, sebagai sahabat terbaikmu, aku akan membantumu. Pertama, kau harus mulai mengenali parfum favoritnya. Kedua, kau harus mulai memahami fashion agar kau nggak terlihat seperti alien di dunia Michael. Ketiga—"

"Berhenti," potong Rhea. "Aku hanya perlu bertahan dua tahun. Aku tidak perlu memahami dunianya Miki."

Kyle menghela napas lalu membisikkan sesuatu ke Rhea. "Rhea. Kau sadar kan, kau sudah menikah? Kau tinggal dengan pria itu? Walau hanya sebagai kontrak."

Rhea terdiam.

Dia tahu itu. Tapi baginya, ini tetap pernikahan yang hanya ada di atas kertas. Tidak lebih.

Atau setidaknya, itulah yang ia yakini saat ini.

Langit sore mulai berubah jingga saat Rhea berjalan melewati lorong sepi di belakang gedung kampus. Hanya ada beberapa mahasiswa yang masih tersisa, sebagian besar tenggelam dalam tugas atau diskusi kelompok.

Hari ini cukup melelahkan. Setelah kelas dan ocehan Kyle yang tak ada habisnya, dia hanya ingin pulang, berbaring di sofa, dan tidur.

Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti saat sebuah tangan mencengkeram lengannya.

Sebelum sempat bereaksi, tubuhnya ditarik ke sebuah sudut terpencil di dekat tangga darurat.

"Hei—!"

Dia hampir berteriak, tapi seseorang sudah lebih dulu menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Saat matanya menyesuaikan diri dengan cahaya redup, dia melihat ada empat orang cewek berdiri mengelilinginya. Semua mengenakan outfit yang maksimal padahal hanya untuk ke kampus, tapi dari ekspresi mereka, Rhea bisa langsung menebak kalau ini bukan sekadar obrolan santai.

Salah satu dari mereka, seorang gadis dengan rambut panjang bergelombang dan ekspresi angkuh, melepaskan tangan dari mulut Rhea dan bersedekap. "Rhea, kan?"

Rhea menatap mereka dengan waspada. "Ya. Dan kalian siapa?"

Gadis itu mendengus. "Kami? Kami cuma penasaran. Kenapa kau selalu lengket dengan Kyle?"

Oh. Jadi ini tentang Kyle. Lagi.

Rhea mendesah dalam hati. Dia sudah mendengar gosip bahwa banyak mahasiswi yang menyukai Kyle—itu bukan hal baru. Kyle memang punya daya tarik bad boy yang bisa membuat banyak cewek jatuh hati. Masalahnya, Kyle tidak pernah serius dengan siapa pun.

Gadis lain, berambut pendek dengan poni rata, menyilangkan tangan. "Kami sering melihat kalian berdua di mana-mana. Makan bersama, bercanda, bahkan dia mengikutimu kemana pun. Itu bukan hubungan biasa, kan?"

Rhea mengangkat alisnya. "Dan kalaupun iya? Apa urusan kalian?"

Reaksi itu tampaknya membuat mereka kesal. Gadis pertama, yang tampaknya pemimpin dari kelompok ini, melangkah lebih dekat. "Jangan sok cuek, Rhea. Kami hanya ingin kejelasan. Apa kau pacarnya Kyle?"

Rhea menatap mereka satu per satu sebelum menghela napas. "Tidak."

"Benarkah?" Gadis berponi itu masih terlihat tidak yakin. "Lalu kenapa Kyle selalu bersama denganmu? Padahal jika melihat bagaimana tampilanmu…" ia hanya tersenyum mengejek melihat bagaimana Rhea selalu berpakaian ketika di kampus. Ia mengenakan kemeja biasa, celana kain atau jeans dan sepatu biasa. Tanpa dandanan norak dan kacamata yang selalu ia pakai.

"Karena kami sahabat." Rhea menatap mereka tajam. "Kami sudah berteman sejak SMA. Tidak ada hubungan spesial."

Gadis pertama menyipitkan mata. "Tapi dia tidak dekat dengan cewek lain seperti dia dekat denganmu."

"Itu bukan salahku, kan?" Rhea mulai kehilangan kesabaran. "Lagipula, kalian kenapa sih? Kalau suka Kyle, kenapa tidak mendekatinya langsung? Kenapa malah menginterogasiku seperti ini?"

Keempat gadis itu saling bertukar pandang.

"Kyle bukan tipe yang mudah didekati," salah satu dari mereka akhirnya mengakui. "Dia selalu sibuk dengan dunia sendiri dan... sepertinya cuma kau yang dia perhatikan."

Rhea nyaris tertawa. ‘Kyle memperhatikanku? Kalau itu benar, aku pasti sudah gila karena harus menghadapi kelakuannya setiap hari.’

Tapi dia tahu kalau mengatakan itu hanya akan memperkeruh suasana.

Dia melipat tangan di dada. "Dengar, aku sudah bilang kalau kami hanya sahabat. Kalau kalian suka Kyle, ya kejar saja. Aku tidak akan menghalangi. Lagipula, aku—"

Rhea langsung berhenti berbicara.

Dia hampir mengatakan bahwa dia sudah menikah. Nyaris.

Tapi kalau dia mengatakannya, pasti akan ada pertanyaan lain yang muncul.

"...Aku tidak tertarik dengan Kyle dalam hal romantis," akhirnya dia berkata.

Gadis pertama masih terlihat tidak puas, tapi dia akhirnya mundur selangkah. "Baiklah. Kami akan mempercayaimu untuk sekarang."

"Terserah kalian," balas Rhea dengan malas.

Salah satu dari mereka menghela napas, lalu menarik lengan temannya. "Ayo pergi."

Mereka akhirnya pergi, meninggalkan Rhea sendirian di sudut lorong yang sunyi.

Dia menepuk dahinya, menggelengkan kepala. Sungguh, drama kampus ini tidak ada habisnya.

Saat Rhea keluar dari gedung, dia menemukan Kyle sedang menunggunya di luar.

Dia bersandar di motornya dengan santai, mengenakan jaket kulit hitam dan kacamata hitam yang membuatnya terlihat semakin seperti karakter di film aksi.

Begitu melihat Rhea, dia menyeringai. "Hei, lama sekali. Kau habis melakukan sesuatu yang mencurigakan?"

Rhea berjalan mendekat dan menatapnya malas. "Kalau mencurigakan itu artinya diinterogasi oleh penggemar-penggemarmu, maka ya."

Kyle mengangkat sebelah alisnya. "Hmm? Maksudmu?"

Rhea menyeberangkan tangan. "Jangan pura-pura, kau sengaja kan menjadikanku tameng. Ada empat cewek yang menyeretku ke sudut kampus hanya untuk bertanya ada hubungan apa antara kita. Ini sudah ke tiga kalinya dalam semester ini aku diperlakukan seperti ini."

Kyle terkekeh. "Serius? Mereka bertanya begitu?"

"Ya," jawab Rhea ketus. "Dan aku terjebak di sana selama hampir lima belas menit menjelaskan bahwa aku bukan pacarmu."

Kyle tertawa. "Kau seharusnya berkata bahwa kita punya hubungan terlarang. Itu pasti membuat mereka panik."

Rhea menepuk keningnya. "Tolong, Kyle. Jangan tambah drama dalam hidupku yang sudah cukup merepotkan ini."

Kyle masih tersenyum, tapi sorot matanya sedikit berubah. "Kalau aku serius mengejarmu, apa kau akan menolakku?"

Rhea menghela napas, menatapnya lekat-lekat. "Kyle... kau hanya bicara begitu karena kau suka bermain-main, bukan?"

Kyle terdiam beberapa detik sebelum tersenyum kecil. "Mungkin."

Rhea tidak menjawab. Dia tahu persis bagaimana Kyle—tidak pernah serius dalam hubungan, selalu bercanda, dan kadang suka menyinggung batas antara persahabatan dan sesuatu yang lebih.

Tapi dia juga tahu, Kyle tidak akan pernah benar-benar jatuh cinta padanya.

"Sudahlah," kata Rhea akhirnya. "Antar aku pulang. Aku lelah."

Kyle tertawa lagi sebelum menyerahkan helm padanya. "Baik, Nona Rhea. Mari kita pergi sebelum suamimu marah."

Rhea mencubit lengannya. "Diam."

Dan dengan itu, mereka pun pergi.

Tanpa menyadari bahwa seseorang—dengan tatapan tajam dari kejauhan—sedang mengamati mereka.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

関連チャプター

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 4 – Hidup Bersama

    Apartemen terasa sunyi ketika Rhea membuka pintu dan masuk ke dalam. Ia melepas sepatunya, melangkah masuk sambil melirik sekeliling.Michael belum pulang.Tidak ada suara langkah kaki yang ringan, tidak ada aroma parfum khas miliknya yang memenuhi udara, dan yang paling penting, tidak ada komentar santai dari pria itu tentang betapa berantakannya kebiasaannya dalam meninggalkan barang di sembarang tempat."Jadi, aku sendirian."Rhea mendesah pelan. Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa, mengambil bantal dan memeluknya sambil menatap langit-langit. Sejak pernikahan ini dimulai, hari-harinya dipenuhi dengan hal-hal aneh yang tidak pernah ia bayangkan.Michael, dengan segala keanggunan dan selera fashion-nya yang eksentrik, adalah kebalikan dari dirinya.Ia lebih suka hidup praktis, sederhana, tidak berlebihan. Michael? Dunia pria itu penuh estetika, penuh barang-barang mahal yang bahkan fungsinya kadang ia tidak mengerti.Tapi ada satu hal yang mulai ia sadari.Apartemen Michael terasa… nyam

    最終更新日 : 2025-03-13
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 5 – Pagi yang Baru

    Matahari pagi menerobos masuk melalui celah tirai kamar, membanjiri ruangan dengan cahaya keemasan yang lembut.Rhea menggeliat kecil di tempat tidur, matanya masih sedikit berat karena tidur larut semalam. Namun, begitu kesadarannya mulai pulih, ia menyadari sesuatu yang tidak biasa.Michael tertidur di sampingnya.Rhea menoleh perlahan, dan benar saja. Michael terbaring miring menghadapnya, napasnya teratur dan dalam, jelas-jelas sedang terlelap.Baju yang dikenakannya masih sama seperti semalam—kemeja putih dengan beberapa kancing terbuka di atas, memperlihatkan sedikit tulang selangkanya."Jadi dia langsung tidur di sini setelah selesai bekerja?"Rhea menatapnya beberapa detik. Biasanya, Michael selalu terlihat rapi, seperti model yang baru saja keluar dari pemotretan majalah fashion. Tapi pagi ini, rambut hitam panjangnya sedikit berantakan, beberapa helainya jatuh ke wajahnya.Ada lingkaran samar di bawah matanya, tanda ba

    最終更新日 : 2025-03-14
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 6 – Perang Belanja di Supermarket

    Supermarket besar di pusat kota terasa ramai sore itu. Lorong-lorongnya dipenuhi pelanggan yang sibuk memilih barang, dan suara kasir yang sibuk memindai harga terdengar di seluruh ruangan.Di antara kerumunan itu, sepasang pria dan wanita tampak sibuk dengan troli belanja mereka. Michael mendorong troli dengan gaya anggun, sesekali memiringkan kepala untuk membaca daftar belanjaan di ponselnya. Sementara Rhea berjalan di sampingnya, fokus pada barang-barang kebutuhan yang perlu mereka beli."Baiklah," Rhea membuka daftar di ponselnya, "kita mulai dengan bahan makanan dulu."Michael mengangguk. "Baik, sayang."Rhea menatapnya tajam. "Jangan panggil aku begitu di tempat umum."Michael tersenyum jahil. "Baik, Rhea~."Rhea mengabaikannya dan mulai mengambil beberapa bahan makanan. Ia memasukkan beberapa sayuran segar ke dalam troli—wortel, brokoli, bayam. Tanpa ia sadari, Michael diam-diam mengambil beberapa sayuran itu dan mengembalikann

    最終更新日 : 2025-03-15
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 7 – Mencuri Nasi Goreng

    Kantin kampus siang itu cukup ramai, tapi Rhea sudah menemukan tempat yang nyaman di sudut ruangan. Ia duduk sendirian di salah satu meja dekat jendela, menikmati seporsi nasi goreng sambil membaca buku.Suapan pertama terasa hangat dan pas di lidah. Ia melirik buku di tangannya, mencoba memahami isi bacaan tentang strategi bisnis, namun fokusnya sedikit terpecah.Baru beberapa menit menikmati ketenangan, tiba-tiba seseorang menarik kursi di depannya dengan kasar.Braaakk!Rhea bahkan tidak perlu mengangkat wajah untuk tahu siapa yang baru datang.“Kyle.”“Hai, sayang,” sapa Kyle dengan suara ceria, langsung menjatuhkan tubuhnya di kursi seolah itu miliknya.Rhea hanya mendesah pelan, tetap membaca bukunya dan tidak menggubris tingkah laku temannya yang terlalu bersemangat.Kyle mengamati nasi goreng di hadapan Rhea dengan tatapan penuh minat. “Hmm… wangi sekali.”Rhea menoleh sekilas. “Beli sendiri sana!”

    最終更新日 : 2025-03-16
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 8 – Pacar Baru Kyle

    Setelah perjalanan dari kampus yang cukup panjang, akhirnya Rhea dan Kyle sampai di apartemen Kyle. Begitu pintu terbuka, pemandangan khas apartemen Kyle langsung menyambut Rhea—baju berserakan di sofa, tumpukan buku di meja, dan beberapa gelas kosong di sudut ruangan.Rhea mendecak pelan sebelum akhirnya melangkah masuk.“Tidak ada yang berubah sejak terakhir aku ke sini,” katanya sambil melirik ke sekitar. “Masih semrawut.”Kyle tertawa kecil dan meletakkan tasnya di kursi. “Hei, ini bukan semrawut, ini artistik. Aku menyebutnya ‘organized chaos.’”Rhea mendengus sebelum menjatuhkan diri ke sofa. “Kalau ini ‘organized,’ aku tidak mau tahu apa yang disebut ‘disorganized’ olehmu.”Kyle hanya mengangkat bahu sebelum berjalan ke dapur kecilnya. “Mau minum sesuatu? Aku punya kopi, teh, dan mungkin ada jus yang hampir kadaluarsa.”Rhea menatap Kyle dengan tatapan datar. “Air putih saja.”Kyle mengangkat alis. “Boring.”Namun, ia te

    最終更新日 : 2025-03-17
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 9 – Rahasia yang Tidak Pernah Jadi Rahasia

    Langit siang itu tertutup awan tipis, membuat suasana di taman kampus terasa teduh. Angin sepoi-sepoi bertiup, menggoyangkan dedaunan pohon yang menaungi bangku taman tempat Rhea duduk. Dengan santai, ia membuka bukunya, mencoba membaca di sela waktu kosong sebelum kelas berikutnya.Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.Tiba-tiba, suara langkah cepat mendekatinya, disusul suara yang sangat familiar."Oi, Rhea!"Rhea hanya mendongak sekilas, melihat Kyle yang sudah menjatuhkan dirinya di bangku sebelahnya dengan napas sedikit tersengal."Tumben nggak di kantin," komentar Kyle sambil mengatur napas.Rhea menutup bukunya sebentar. "Lagi nggak pengen makan berat. Lagipula, suasana di sini lebih tenang."Kyle mendengus kecil. "Makanya aku cari-cari, ternyata kamu di sini."Ia menyandarkan punggungnya ke bangku dan mendongak ke atas, menatap dedaunan yang bergoyang pelan tertiup angin. Beberapa saat mereka hanya duduk dalam d

    最終更新日 : 2025-03-18
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 10 – Seseorang Datang

    Minggu pagi di apartemen mereka terasa lebih tenang dari biasanya. Rhea baru saja selesai sarapan dan sedang membaca buku di sofa ketika bel apartemen berbunyi."Siapa pagi-pagi begini?" gumam Rhea sambil melirik jam di dinding.Michael yang baru keluar dari kamar, masih mengenakan piyama satin berwarna pastel, langsung bergegas ke pintu. "Aku yang bukain."Rhea tidak terlalu peduli dan kembali fokus pada bukunya. Namun, begitu pintu terbuka, suara berat seorang pria terdengar."Miki! Lama nggak ketemu!"Rhea yang tadinya tidak tertarik langsung melirik ke arah pintu. Seorang lelaki dengan tubuh tinggi, gagah, dan atletis berdiri di ambang pintu. Ia mengenakan kaos hitam polos yang membentuk otot-ototnya dengan sempurna, dipadukan dengan celana jeans yang memperlihatkan kakinya yang panjang dan kokoh. Rambutnya pendek rapi, dengan rahang tegas dan sorot mata yang tajam.Satu hal yang langsung disadari Rhea—lelaki ini benar-benar memili

    最終更新日 : 2025-03-19
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 11 – Tidak Punya Dress Sama Sekali

    Sore itu, Rhea sedang duduk di depan cermin sambil menatap dirinya sendiri. Tangannya terangkat ke dagu, wajahnya tampak serius seolah tengah memikirkan sesuatu yang berat.Michael, yang baru saja keluar dari kamarnya, berhenti sejenak melihat ekspresi Rhea yang tidak biasa itu. Dengan penasaran, ia berjalan mendekat dan bersandar di kusen pintu."Kamu kenapa?" tanyanya.Rhea menoleh ke arah Michael, lalu menghela napas. "Aku bingung mau pakai baju apa nanti malam."Michael mengangkat alisnya. "Oh, itu aja? Pakai dress simpel saja sudah cukup."Rhea terdiam. Wajahnya mendadak sulit ditebak.Michael menunggu, tapi Rhea tidak juga memberikan respons."Ada masalah?" Michael bertanya lagi, kali ini sedikit lebih waspada.Rhea akhirnya membuka mulut. "Aku nggak punya dress."Michael mengedip. "Apa?""Aku nggak punya dress," ulang Rhea dengan nada yang lebih santai, seolah hal itu bukan masalah besar.Michael men

    最終更新日 : 2025-03-20

最新チャプター

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 58 – Awal Baru

    Pagi itu, Rhea terbangun lebih awal dari biasanya. Sinar matahari pagi menyelinap melalui celah tirai kamarnya, menciptakan pola cahaya yang menari di dinding. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai Junior Brand Strategist di Bellezza Fashion Group.​Dia berdiri di depan lemari, menatap deretan pakaian yang tergantung rapi. Setelah beberapa menit mempertimbangkan, dia memilih blouse putih sederhana yang dipadukan dengan blazer biru dongker dan celana panjang hitam. Penampilannya mencerminkan profesionalisme namun tetap modis, sesuai dengan industri tempatnya akan bekerja.​Sebelum berangkat, Rhea menerima panggilan video dari Michael."Good morning, Mrs. Ataria," sapa Michael dengan senyum hangat dari layar ponselnya."Good morning, Mr. Gunawan," balas Rhea sambil tersenyum. "Hari pertamaku hari ini.""Aku tahu. Kamu akan luar biasa. Ingat, percaya diri dan jadilah dirimu sendiri.""Terima kasih,

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 57 – Dunia yang Baru

    Mentari baru saja merangkak naik di ufuk timur saat Rhea sudah berdiri di depan cermin.Hari ini adalah hari besar.Ia mengenakan blouse putih bersih dengan potongan sederhana namun elegan, dipadukan dengan celana panjang high-waist berwarna krem muda. Rambutnya dikuncir rapi, make-up natural menghiasi wajahnya, mempertegas kesan dewasa dan profesional."Hari ini aku siap," katanya, menguatkan diri di depan bayangannya.Ia mengambil tas kerja hitam kecil berisi dokumen lamaran, lalu melangkah keluar apartemen.Perjalanan menuju gedung perusahaan multinasional itu terasa begitu panjang, meski sebenarnya hanya butuh waktu tiga puluh menit dari apartemennya.Sepanjang jalan, jantung Rhea berdebar keras.Tangannya berkeringat dingin, meski AC mobil sudah cukup sejuk."Aku sudah latihan. Aku bisa," gumamnya berulang-ulang seperti mantra.Saat mobil yang ia tumpangi berhenti di depan gedung tinggi menjulang dengan kaca-kaca besar

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 56 – Pertemuan yang Tak Disangka

    Pagi itu, langit Surabaya cerah dengan sapuan awan tipis yang berarak malas.Rhea berdiri di depan cermin apartemen, memastikan gaun pastel sederhana yang dikenakannya tampak rapi. Ia mengambil undangan kecil berwarna krem yang telah dikirimkan beberapa hari lalu."30th Wedding Anniversary of Mr. & Mrs. Adrian Gunawan."Ia menarik napas panjang. Ini pertama kalinya ia menghadiri acara besar keluarga Michael sendirian.Mobil online yang ia tumpangi melaju mulus menuju kawasan elite Surabaya Barat.Sesampainya di gerbang rumah keluarga Gunawan, Rhea terpesona. Taman di depan rumah dipenuhi rangkaian bunga putih dan peach, membentuk lorong kecil menuju aula kaca di halaman belakang.Suara musik klasik mengalun pelan, tamu-tamu dengan busana formal bercengkerama sambil membawa gelas-gelas kristal berisi sparkling juice."Rhea!" seru suara hangat. Mama mertuanya—Emily Gunawan—berjalan cepat menghampirinya. Gaun biru navy

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 55 – Pertemuan yang Tak Disangka

    Langit Surabaya siang itu sedikit mendung, seolah ikut merasakan beratnya hati Rhea.Baru satu jam yang lalu, ia berdiri di balik dinding kaca besar bandara, melihat pesawat yang membawa Michael perlahan menghilang ke balik awan. Perpisahan yang walau sudah dipersiapkan dengan hati-hati, tetap saja menyesakkan dada.Dengan langkah ringan tapi hati berat, Rhea menyusuri jalanan kota, tidak ingin langsung pulang ke apartemen yang akan terasa terlalu kosong.Tanpa banyak berpikir, ia meminta sopir taksi online untuk mengarah ke sebuah kafe kecil di sudut kota—tempat yang dulu sering ia datangi bersama Kyle saat butuh tempat menenangkan pikiran.Kafe itu masih sama.Wangi kopi memenuhi udara, bercampur dengan suara gitar akustik yang samar.Rhea memilih duduk di pojok, dekat jendela. Ia memesan cappuccino hangat dan croissant cokelat. Ingin mengisi kekosongan itu dengan sesuatu yang sederhana.Sambil menunggu pesanannya datang, Rhea men

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 54 – Tawaran yang Menggoda

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap malu-malu melalui tirai apartemen. Rhea duduk di sofa, mengenakan sweater longgar dan celana pendek santai, sementara Michael sibuk di dapur menyiapkan sarapan sederhana—roti panggang dan telur dadar."Aromanya enak," puji Rhea sambil tersenyum lebar.Michael menoleh, mengedipkan mata genit. "Tentu. Chef suamimu ini sangat berbakat."Rhea terkikik. "Chef dadakan."Mereka sarapan dengan obrolan ringan. Namun suasana sedikit berbeda. Ada aroma kegelisahan samar di udara—karena hari itu, tersisa hanya dua hari sebelum Michael harus kembali ke Paris.Saat Rhea sedang menyeruput kopinya, Michael meletakkan garpu di piring dan menatapnya serius."Rhea," panggilnya lembut."Hmm?"Michael menghela napas kecil. "Aku udah pikirin ini beberapa hari... Aku pengen kamu ikut ke Paris. Untuk liburan, sekalian jalan-jalan sebelum kamu beneran masuk dunia kerja."Rhea terkejut, matanya memb

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 53 – Hari di Taman Hiburan

    Pagi itu, suasana apartemen dipenuhi aroma harum kopi dan roti panggang. Rhea mengenakan hoodie putih kebesaran milik Michael, sementara Michael sendiri sibuk merapikan rambutnya di depan kaca.“Hari ini cuacanya bagus banget, sayang,” kata Michael sambil mengintip ke luar jendela. “Gimana kalau kita pergi ke taman hiburan?”Rhea yang masih duduk bersila di sofa, mengunyah roti pelan, mengangkat alis. “Taman hiburan? Sekarang? Kita bukan remaja lagi, tahu.”Michael tertawa. “Justru itu. Sekarang kita bisa menikmati semuanya tanpa harus pura-pura sok dewasa.”Rhea menggeleng, tapi senyum tak bisa disembunyikan dari bibirnya. Ada sesuatu yang menghangat di hatinya—kebebasan, keceriaan, dan kehadiran Michael yang selama ini hanya bisa dirindukan lewat layar ponsel.“Oke,” katanya akhirnya. “Tapi aku nggak mau naik wahana yang bikin muntah.”“Deal,” sahut M

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 52 – Pagi yang Baru

    Sinar matahari menari lembut lewat celah gorden kamar, mengusik mata Rhea yang masih terasa berat. Ia membuka matanya perlahan, membiarkan cahaya pagi menyentuh wajahnya. Udara kamar masih terasa hangat, aroma maskulin yang khas Michael memenuhi udara, membuatnya menghembuskan napas pelan.Rhea menggeliat sedikit, lalu mengalihkan pandangan ke sisi tempat tidur.Di sana, Michael masih tertidur. Dada pria itu naik turun perlahan, wajahnya tampak lebih damai dari biasanya. Rambutnya yang kini sudah lebih pendek terlihat rapi, helai-helainya mengikuti bentuk kepalanya dengan teratur. Entah kenapa, potongan rambut baru itu membuat Michael terlihat... berbeda. Lebih dewasa. Lebih berwibawa.Namun tetap, itu adalah Michael-nya.Dengan hati-hati, Rhea mengulurkan tangan dan mengelus rambut Michael. Lembut, penuh sayang. Ia mengusapnya sekali, dua kali... dan akhirnya senyum terbit dari bibirnya."Kamu potong rambut diam-diam, ya...," bisiknya pelan.

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 51 – Waktu yang Terbatas

    Pagi itu Rhea membuka email dari kampus dengan jantung yang berdegup kencang. Setelah lama menanti, akhirnya jadwal wisuda telah diumumkan. Ia mengusap layar ponselnya, matanya menyusuri setiap kata hingga berhenti di baris yang membuatnya menahan napas:"Upacara Wisuda Sarjana – Sabtu, 25 Mei – Auditorium Utama"“Seminggu lagi…” gumam Rhea dengan suara pelan, hampir seperti bisikan kepada dirinya sendiri.Tangannya refleks meraih ponsel, membuka chat Michael yang terakhir. Ia mengetik:Rhea: Sayang, jadwal wisuda udah keluar. Sabtu depan. Aku deg-degan tapi seneng juga. Kamu jadi pulang, kan?Pesan itu terkirim, namun belum dibaca. Rhea menarik napas dalam, berusaha mengusir keraguan. Ia tahu Michael sibuk. Ia tahu Paris dan Jakarta punya selisih waktu. Tapi tetap saja, jantungnya terasa kosong menunggu balasan yang entah kapan datang.Hari bergulir lambat. Rhea menghabiskan siang itu dengan mempersia

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 50 – Sidang Skripsi Kyle

    Matahari pagi menyusup malu-malu di sela jendela apartemen, menebarkan cahaya hangat ke dalam ruang tamu. Rhea berdiri di depan cermin, membetulkan ikatan rambut dan kemejanya. Hari ini, ia akan menyerahkan revisi skripsi terakhirnya ke kampus dan menemani Kyle yang akhirnya sampai juga di hari sidangnya.“Kyle pasti panik, tuh,” gumam Rhea sambil meraih tote bag berisi berkas-berkas.Ponselnya bergetar.Kyle: “Rheaaa… aku muntah dua kali barusan. Aku takut gagal. 😭”Rhea tersenyum, lalu mengetik balasan cepat.Rhea: “Tenang, kamu siap. Kamu cuma panik. Aku otw ke kampus. See you.”Setelah memastikan semuanya siap, Rhea melangkah keluar. Angin pagi menyapa lembut, seolah tahu hari ini adalah hari penting bagi sahabatnya. Ia naik ojek online dan tak butuh waktu lama sampai di kampus.Di depan gedung fakultas, Kyle tampak duduk di bangku taman, memegang map

無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status