Share

Pernikahan Kontrak dengan Ibu dari Anakku
Pernikahan Kontrak dengan Ibu dari Anakku
Author: Suci Komala

Salah Target

"Bawa dia!"

"Hei, lepas! Kalian mau apa?!" Seorang wanita meronta karena dua orang pria berbadan besar menarik tangannya, memaksa masuk ke dalam mobil.

"Turunkan aku!" teriaknya saat berada dalam mobil tersebut.

Aaron Addison --seorang pengusaha sukses berusia tiga puluh delapan tahun itu tersenyum lebar saat mobil pengawalnya berhasil membawa targetnya. Ia pun mengikuti dari belakang sampai akhirnya tiba di mansion miliknya.

Aaron melihat kedua pengawalnya mendorong sang wanita ke salah satu kamar yang memang sudah ia siapkan untuk eksekusi.

Aaron menghampiri. Wanita itu tampak beringsut menghindar darinya.

Aaron berjongkok meraih dagu si wanita sembari bertanya, "Siapa namamu?!"

"Be-Bella," jawabnya terbata.

Aaron menepis dagu itu dengan kasar. "Nama yang bagus. Tapi, tak sebagus nasibmu karena bertemu denganku. Hahahahaha!"

Lagi, Aaron berkata. Kali ini ia berbisik, "Aku pastikan kau mati perlahan di tanganku!"

Aaron melihat wanita yang bernama Bella itu melotot. Sudah pasti ia kaget mendengarnya, pikir Aaron.

"Ti-tidak! Apa sa-salahku, Tuan?" Bella beringsut mundur.

Aaron berdiri. Sembari tersenyum, ia mengeluarkan pisau kecil dari saku, lalu berjalan perlahan seiring dengan Bella yang beringsut mundur hingga akhirnya terhenti karena mengenai tembok.

Aaron kembali berjongkok.

"A-aku mohon jangan lakukan ini, Tuan!" Bella merapatkan kedua tangannya, memohon.

Aaron tersenyum sarkas, bahkan ia menjambak rambut Bella membuat kepala wanita itu mendongak. Tiada belas kasih, pisau kecil itu Aaron sapu di pipi mulusnya.

"Yaaahh, kenna!" ucap Aaron saat pisau tajam itu berhasil menggores pipi mulus Bella, lalu tertawa puas.

Aaron melihat Bella menitikkan air mata. Mungkin merasakan takut juga perih, karena darah perlahan keluar dari luka itu.

Aaron merengkuh pundak Bella, membawanya berdiri.

"Hahahaha .... Sakit?! Asal kau tau, tidak ada rasa sakit melebihi ini selain yang aku rasa saat kehilangan sosok ayah. Itu semua karena ayahmu! Ayahmu sudah membunuh ayahku! Dan sekarang, nikmati pembalasanku! Hahahaha ...."

Gadis berambut pirang itu menatap Arron lekat dan menggeleng cepat.

Aaron mengamati Bella dari ujung rambut hingga ujung kaki sembari berkata, "Body'mu boleh juga. Sepertinya akan lebih asyik jika kau melayaniku terlebih dahulu sebelum pisau ini benar-benar menghabisimu!"

"Tidak! Akun mohon jangan!" Napas Bella memburu. Tatapannya memelas, memohon agar Aaron tidak berbuat macam-macam. Namun, sayang ... Aaron sungguh tak peduli. Pria itu mulai mencium leher jenjang Bella.

Wanita bermata hazel itu berontak. Sekuat tenaga ia menendang dan mendorong Aaron, membuat pria itu terjengkang. Ia mengambil kesempatan untuk berlari ke arah pintu. Namun, sayang ... Aaron dengan cepat berlari dan meraih tubuhnya.

"Mau ke mana, hem? Lebih baik kita bersenang-senang. Hahaha ...."

Aaron mengangkat tubuh Bella. Walaupun gadis itu berontak, tetapi tubuh Aaron yang tinggi kekar tidaklah goyah.

Brug!

Aaron melempar Bella ke atas ranjang. Bella merangkak hendak kabur. Nahas, kedua tangan Aaron menarik kaki Bella sampai-sampai tubuh wanita itu terlentang.

Tidak ingin membuang tenaga, akhirnya Aaron mengikat kedua tangan Bella pada ranjang.

"Aku mohon lepaskan aku!" pinta Bella sembari terisak serta menggerakkan tangannya berharap tali itu terlepas.

"Kau menangis darah pun tidak akan aku lepas!"

Aaron melucuti semua kain yang menutupi tubuh Bella.

Terpampang jelas pemandangan yang begitu indah membuat siapa saja akan terlena jika menikmatinya. Aaron tersenyum. Ia tak lekas melucuti pakaiannya sendiri, melainkan duduk di sofa sembari memandang tubuh indah Bella. Sesungguhnya Aaron bukanlah pria brengsek. Namun, amarah dan dendam kepada pria bernama Robert membuatnya menjadi sosok yang kejam.

Aaron mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Kamera pun ia bidikan ke arah Bella. Setelah puas mengambil gambar, Aaron menyalakan rekaman vidio dan meletakan ponselnya pada tripod. Aaron sengaja melakukannya karena gambar dan vidio itu akan ia kirimkan kepada Robert. Ia berharap pria tua itu akan hancur secara mental sebelum akhirnya Aaron melenyapkan Robert.

Dirasa cukup, Aaron menyudahi rekaman itu dan lekas melucuti semua pakaiannya, lalu naik ke atas ranjang.

"Aku pastikan kau akan mendesah merasakan nikmatnya seranganku! Hahahaha ...."

"Cuih!" Bella meludahi Aaron, tepat di wajahnya.

"Kurang ajar!"

Plak!

Plak!

Aaron menampar pipi kiri-kanan Bella, sangat keras. Membuat darah ke luar di sudut kiri bibir Bella.

Wanita berkulit putih itu menatap tajam. "Kau salah orang! Dan aku pastikan, kalau ayahku itu orang baik! Ayahku tidak mungkin melakukan hal sekeji itu!"

"Katakan sesukamu tentang ayahmu itu! Aku tidak peduli. Yang jelas, aku akan membalas dendam!"

Aaron mulai menyusuri setiap lekuk tubuh wanita malang itu. Perbuatan Aaron tentu saja berhasil membuat tubuh Bella menggelinjang hebat. Hati memanglah menolak, tetapi apa daya dengan raga yang memiliki titik sensitif tertentu.

"Aku mohon jangan lakukan ini!" pinta Bella memelas.

Lagi, Aaron sama sekali tidak peduli. Bak kucing lapar yang dihadapkan dengan tulang, Aaron melumat semua area yang ia sukai.

"Sekarang, bersiaplah! Hahahaha ...."

"Aku mohon jang--ngann ...." Suara Bella melemah seiring dengan berhasilnya Aaron mendobrak kesuciannya.

Aaron tertawa lepas saat melihat wanita tak berdaya itu menangis dan sesekali mengerang kesakitan. Aaron merasa bangga karena Bella tenyata masih perawan.

Aaron menyudahi aksinya. Entah berapa kali ia melakukan pelepasan. Pria berotot itu ambruk tepat di atas tubuh Bella.

"Enyahlah dari tubuhku, pria brengsek!" ucap Bella dengan suara bergetar.

Aaron mendongak, lalu berkata, "Terserah aku mau bagaimana! Tubuhmu benar-benar menjadi candu bagiku sekarang!"

"Akan sangat disayangkan jika pisau yang membunuhmu. Tampaknya aku akan sangat puas jika kau mati karena kelelahan," lanjut Aaron.

Aaron beranjak dari tubuh Bella sembari berkata, "Bersiaplah untuk sesi berikutnya!"

"Cuih!" Lagi, Bella meludah, "lepaskan aku, brengsek!"

Kali ini Aaron tidak marah saat ludah itu mengenainya lagi. Ia malah mengusapnya dengan jari, lalu menjilatnya.

Ponsel Aaron berdering. Lekas pria itu turun dan meraih benda pipihnya yang masih terpasang pada tripod.

"Ada apa?!" tanya Aaron, saat menerima panggilan.

"Begini, Tuan ... kita salah menangkap orang."

Aaron mengernyit. "Apa maksudmu?"

"Wanita itu bukanlah putri dari Robert!"

"Apa?!"

Aaron bergegas menuju ranjang.

Sembari membuka ikatan pada tangan Bella, tanpa merasa berdosa Aaron berkata, "Ternyata aku salah orang! Kau boleh pergi!"

Setelah tali itu lepas, Aaron melihat Bella segera mengenakan pakaiannya kembali sembari menangis. Tangannya bergetar hebat sampai-sampai memasang kancing kemeja saja terlihat sulit.

Sesungguhnya Aaron tak kuasa melihatnya. Akhirnya, ia memilih mengenakan pakaiannya kembali.

Bruk!

Aaron menyaksikan Bella terjatuh dari ranjang.

"Jangan sentuh aku!" teriak Bella disela tangisnya saat Aaron hendak membantunya untuk bangun. Napas Bella memburu. "Kenapa? Kenapa kau tega padaku! Apa salahku padamu?! Apa?!"

Pertanyaan Bella yang terkesan simpel, tetapi sungguh sulit untuk Aaron menjawab. "A-aku ... a-aku ...,"

"Kenapa tak bunuh saja aku?! Bukankah itu maumu?! Ayok, bunuh saja aku! Lebih baik aku mati!" Bella mengguncang lengan Aaron.

Aaron memijat keningnya. "Aku mohon, maafkanlah aku. Untuk menebus segala kesalahanku, kau boleh minta apa saja dariku! Uang, mobil, rumah, atau apa saja!"

Bella berusaha untuk bangun. "Aku tak butuh harta dari pria sepertimu! Dan aku tidak akan pernah memaafkan, sekalipun kau bersujud di kakiku!"

Bella menunjuk wajah Aaron. "Satu lagi, semoga hidupmu selalu dalam kesialan dan apa yang sudah kau perbuat terhadapku tidak akan membuatmu tenang!"

Deg!

Aaron tak mampu berkata. Tak menampik pula mendengar untaian kalimat itu membuat Aaron bergidik ngeri.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Latifah Hanum
Ceritanya bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status