Compartir

Bab 8

Autor: Emily Hadid
Kedua tangan memegang setir. Rendra tertawa pelan. "Kenapa? Harus dihitung hari sebelum pisah?"

Clara menjelaskan, "Aku nggak bermaksud begitu. Aku cuma mau atur jadwal, biar bisa rencanain semuanya."

Beberapa waktu lalu, Clara sudah mengirim lamaran ke StarTech dan balasan langsung datang dari pemiliknya. Katanya dia bisa mulai bekerja kapan saja. Sekarang sudah awal Mei, Clara berencana menyelesaikan proses pengunduran dirinya bulan ini, lalu bulan depan langsung mulai bekerja di sana. Jadi, Rendra tidak boleh menunda terlalu lama.

Rendra berkata, "Sekitar sebulan, mungkin."

Kalau sekitar sebulan, itu masih bisa dia atur dengan pihak perusahaan. Dalam hati, Clara menghitung-hitung dan berkata, "Ya sudah."

Tak lama kemudian, mereka tiba di kantor. Rendra melempar kunci mobil ke manajer keamanan, lalu berjalan masuk ke gedung bersama Clara.

"Pak Rendra hari ini datang bareng Bu Clara ya?"

"Pak Rendra kok datang bareng Bu Clara? Demi opini publik lagi ya?"

"Selamat pagi, Pak Rendra, Bu Clara."

"Selamat pagi."

Mendengar sapaan para karyawan, Clara hanya mengangguk ringan sebagai balasan, sementara Rendra hanya membalas dengan tatapan tenang dan tangannya tetap di saku celana.

Namun, kebersamaan mereka tetap saja menarik perhatian. Semua mulai berbisik-bisik, bahkan ada yang bertaruh, apakah mereka hanya berpura-pura akur atau benar-benar baikan.

Hampir semua bertaruh kalau mereka hanya berpura-pura akur.

Sekitar pukul 11 lewat, Clara keluar dari ruang wakil presdir sambil membawa dua berkas. Tiba-tiba, suara Caroline terdengar dari depan.

"Clara."

Clara menoleh dan melihat Caroline, lalu menyapa dengan sopan, "Kak Caroline."

Caroline mendekat dengan senyuman hangat. "Aku bawain kamu sedikit camilan. Sudah aku taruh di mejamu."

Clara menjawab, "Terima kasih, Kak Caroline. Tapi lain kali nggak usah repot-repot."

Caroline tersenyum, lalu dengan lembut menyibakkan rambut Clara ke belakang telinga. "Nggak perlu sungkan sama aku."

Begitu tangannya menjauh, Clara melihat cincin platinum berlian di jari manis Caroline. Modelnya simpel, bisa dipakai baik pria maupun wanita. Rasanya dia pernah melihat cincin itu sebelumnya.

Ketika Clara masih memikirkannya, Rendra keluar dari kantornya.

"Rendra." Caroline langsung berjalan ke arahnya sambil tersenyum. Clara refleks menoleh dan tanpa sadar matanya tertuju pada tangan kiri pria itu.

Benar saja. Cincin yang sama juga melingkar di jari manis Rendra. Pantas saja terasa familier.

Melihat pasangan cincin itu, Clara jadi teringat masa pernikahannya dengan Rendra. Mereka hanya mendaftarkan pernikahan tanpa upacara, tanpa hadiah, tanpa cincin, tanpa pesta. Hanya pengumuman resmi dari Grup Adresta bahwa dia diangkat menjadi istri Rendra.

Saat masih larut dalam pikiran itu, suara Caroline kembali terdengar. "Clara, aku sama Rendra harus ke kantor pemerintah sebentar. Kami duluan ya."

Clara segera sadar dan menyingkir sedikit. "Hmm."

Tatapan Rendra hanya menyapunya sekilas, tanpa emosi, seolah-olah pria yang bersikap hangat semalam bukan dirinya.

Saat mereka lewat di sampingnya, Caroline berbisik pelan menegur Rendra, "Rendra, bagaimanapun juga Clara itu tumbuh bareng kita. Kalau nanti ada proyek besar, ajak dia juga ya."

Rendra menjawab dengan malas, "Dia sendiri tahu kondisi badannya, jangan kebanyakan mikir."

Menatap punggung keduanya yang semakin jauh, Clara merasa cincin di tangan mereka tampak begitu menyilaukan.

....

Sore harinya saat pulang, Rendra belum juga kembali. Clara makan malam bersama Delisha.

Di meja makan, Delisha memegang sendok dan garpu sambil menatap Clara dengan wajah serius. "Clara, Mama mau tanya jujur. Kamu sama Rendra sekarang sudah sampai mana? Tiga tahun menikah, dia pernah sentuh kamu nggak?"

Dia memang sudah lama memikirkan. Kalau saja pasangan muda ini bisa punya anak, mungkin Rendra akan berubah sedikit.

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • Pernikahan Lelucon: Cinta Tulus Lenyap Bersama Abu   Bab 50

    Clara menatapnya beberapa saat, lalu berkata dengan nada geli, "Aku nggak tahu batas? Aku kelewatan? Aku cuma makan dua kali sama Alain dan bicara sedikit soal pekerjaan, kamu sudah merasa nggak dihargai, merasa nggak nyaman begitu?"Belum sempat Rendra membuka mulut, Clara sudah melanjutkan, "Rendra, selama tiga tahun ini, kamu tahu apa itu batasan? Pernahkah kamu berada di dalam batasan itu? Setiap kali aku harus membereskan urusan perempuanmu di luar sana, pernahkah kamu memikirkan bagaimana perasaanku? Pernahkah kamu memikirkan apakah aku juga nggak nyaman?""Kamu membawa Caroline keluar masuk sesukamu, kamu memperlakukan Caroline seperti istrimu sendiri, tapi pernahkah kamu memikirkan bagaimana perasaanku?"Clara menatap Rendra tanpa berkedip. Saat semua kata itu keluar dari mulutnya, wajah pucatnya memerah karena emosi yang akhirnya tak tertahankan lagi.Dia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan nada dingin, "Batasan memang hal yang baik, tapi Rendra, kamu nggak punya itu. Ja

  • Pernikahan Lelucon: Cinta Tulus Lenyap Bersama Abu   Bab 49

    Pukul 22.30 malam, Rendra seharusnya masih belum pulang. Namun begitu Clara membuka pintu kamar dengan kartu akses, pandangannya langsung tertuju pada sosok Rendra yang baru keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk putih di pinggangnya.Bagian atas tubuhnya telanjang. Kulitnya masih basah, otot dadanya terlihat jelas, tampak begitu maskulin dan memikat. Clara sontak terpaku di tempat. Pipinya pun memanas seketika.Saat sadar bahwa Rendra juga sedang menatapnya, Clara buru-buru mengalihkan pandangan, berusaha bersikap tenang sambil bertanya, "Kenapa kamu pulang lebih awal hari ini?"Rendra mengeringkan rambutnya dengan handuk, lalu berkata dengan tenang, "Aku memang pulang lebih cepat. Kamu sendiri, habis dari mana bersenang-senang?"Clara meletakkan tasnya, lalu melirik lagi ke arah Rendra. Begitu matanya tanpa sengaja jatuh ke dada bidang itu, dia segera memalingkan wajah dan berkata dengan gugup, "Kamu ... pakai baju dulu, deh."Rendra tertawa pelan. Setelah itu, dia melepas

  • Pernikahan Lelucon: Cinta Tulus Lenyap Bersama Abu   Bab 48

    Tak jauh dari meja utama, Caroline sudah lama memperhatikan Clara dan Alain. Melihat keduanya tampak begitu akrab, duduk berduaan di meja besar yang hanya diisi mereka berdua, Caroline pun menepuk lengan Rendra dan menunjuk ke arah mereka."Rendra, itu Clara, 'kan?" katanya. "Yang makan bersamanya itu Alain dari StarTech, ya? Dia juga ikut konferensi ini? Sejak kapan Clara kenal dengannya?"Pertanyaan Caroline datang bertubi-tubi. Mengikuti arah jarinya dan menatap ke sana, Rendra melihat Clara yang terlihat serius mendengarkan penjelasan Alain, matanya bahkan berkilat penuh antusiasme.Melihat pemandangan itu, wajah Rendra langsung menggelap. Dia sama sekali tidak menyangka Clara mengenal Alain, apalagi bisa berbincang sedekat itu dengannya.Dengan tatapan dingin dan datar, Rendra menatap keduanya selama beberapa detik, lalu menarik kembali pandangannya dan melanjutkan percakapan dengan Levin seolah tidak terjadi apa-apa.Sementara itu di sisi lain, Alain dan Clara masih berbincang de

  • Pernikahan Lelucon: Cinta Tulus Lenyap Bersama Abu   Bab 47

    Clara tidak mengenalinya. Pria itu tersenyum hangat dan memperkenalkan diri, "Alain."Begitu mendengar namanya, Clara langsung tersadar. Dia buru-buru mengulurkan tangan dan menyapanya sopan, "Halo, Pak Alain." Lalu dengan sedikit canggung, dia menambahkan, "Maaf ya, Pak. Aku belum sempat benar-benar datang wawancara ke perusahaan Bapak, jadi tadi aku nggak mengenali Bapak."Waktu masih kuliah dulu, Clara sudah sering mendengar nama Alain. Namun, Alain hanya membimbing mahasiswa doktoral dan pascasarjana, fokus pada penelitian dan proyeknya sendiri. Dia memang pernah mengadakan dua kelas umum, tapi ketika Clara tahu dan ingin ikut, bahkan di depan pintu saja sudah penuh sesak oleh orang-orang. Jadi, dia memang belum pernah punya kesempatan untuk bertemu langsung dengan Alain.Alain membalas jabat tangannya dengan tenang dan tersenyum, "Nggak apa-apa."Setelah melepaskan tangan, Alain melirik sekeliling dan bertanya, "Sendirian?"Clara mengangguk sambil tersenyum, "Asistenku sedang ada

  • Pernikahan Lelucon: Cinta Tulus Lenyap Bersama Abu   Bab 46

    Begitu sampai di ruang rapat, Clara melihat namanya tertera di kursi yang ditempatkan tepat di sebelah Rendra. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mengambil papan nama itu dan memilih duduk di sudut ruangan yang sepi.Seandainya bukan karena Rendra yang menunda pengurusan dokumennya, Clara bahkan tidak perlu datang ke acara pertukaran bisnis ini. Namun, selama semuanya belum selesai, dia tetap harus memainkan perannya dengan baik.Tak lama kemudian, peserta rapat mulai berdatangan. Selain Rendra dan Jonas yang masih muda, para pengusaha senior juga hadir."Rendra, kamu juga datang.""Rendra, soal proyek kedua, nanti setelah rapat kita bicarakan baik-baik.""Baik, Paman.""Ini anak dari Keluarga Winandy, ya? Sudah pulang ke dalam negeri?""Benar, Paman. Mohon bimbingannya ke depannya."Rendra menanggapi dengan sopan sambil tersenyum, sementara Caroline berdiri di sampingnya dengan wajah penuh pesona, seolah-olah dialah istri resmi Rendra.Hanya saja, para pengusaha senior tidak begitu

  • Pernikahan Lelucon: Cinta Tulus Lenyap Bersama Abu   Bab 45

    Antusiasme Caroline membuat Clara tersenyum lembut dan memanggil, "Kak Caroline." Caroline menyapanya dengan ramah, barulah orang-orang di sekitar sadar kalau Clara juga datang.Meskipun melihat Clara, mereka tidak menyapanya, melainkan hanya saling berbisik pelan. Sebenarnya, beberapa dari mereka sudah melihat Clara sejak tadi. Hanya saja karena Rendra tidak memedulikannya dan sedang berbicara dengan Caroline, mereka pun ikut mengabaikannya.Bagaimanapun juga, Rendra tidak pernah mengakui Clara dan tidak pernah mengakui pernikahan mereka, bahkan pesta pernikahan pun tidak pernah diadakan. Sikap Rendra terhadap Clara juga menjadi sikap orang-orang terhadapnya.Caroline menggenggam tangan Clara dengan ramah sambil tersenyum, "Clara, kami baru mau sarapan, ikut saja sama kami."Clara tersenyum dan menolak halus, "Kak Caroline, kalian duluan saja. Aku sudah minta Miara ambilkan dokumen, jadi aku harus nunggu dia."Wajah Caroline tampak kecewa. "Begitu ya? Baiklah, kami masuk dulu. Kamu na

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status