Share

Surat Rujukan

Author: Anidania
last update Last Updated: 2025-07-04 22:12:39

Elisse menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong, “Kita bisa kabur dengan surat rujukan dan alasan yang kuat,” ujarnya begitu saja.

Rosa menyipitkan matanya, menatap penuh selidik, “Kau tidak sedang menyusun rencana, kan?”

Elisse menoleh, menggelengkan kepalanya singkat, “Tidak. Hanya sedang menyusun sebuah cerita, yang mungkin akan membuat mereka percaya. Kita membutuhkan solusi dengan resiko paling ringan bukan?”

Rosa menatap Elisse beberapa detik, lalu senyum samar muncul di bibirnya, “Kau memang tak pernah bisa dipahami. Tapi, ide itu sedikit masuk akal.”

Elisse menarik napasnya dalam, dan mencoba duduk lebih tegak. “Jika kita bisa meyakinkan Dokter Clara dan ia bisa mendapat tanda tangan surat rujukan dari direktur medis, maka pihak rumah sakit akan mengeluarkan surat ujukan resmi, dan tidak akan ada yang curiga dengan hal itu.”

“Tapi kita perlu meyakinkan Dokter Clara agar ia mau melakukan hal tersebut, sementara ia adalah seorang dokter yang memiliki integritas t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Mata-mata Damian

    Panel komunikasi berubah warna menjadi merah, sebelum akhirnya terputus dan kini monitor hanya menampilkan grafik dan peta khusus yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang tertentu. Damian menoleh ke samping, lalu memundurkan badannya dan bersandar pada dinding di belakangnya.“Hhhh,” ucapnya menghela napas panjang seraya memijat pelipisnya yang tampak sedikit menegang. Ia terus memikirkan bagaimana agar peperangan yang lebih besar tak kembali meletus seperti beberapa tahun yan g lalu.“Pria itu benar-benar bajingan!” umpatnya. “Bagaimana bisa dia melakukan hal itu?”Damian kembali menoleh ke arah layar dan mencondongkan badannya ke depan. Ia mengetikkan beberapa perintah cepat, dan membuka peta digital yang menyorot pada area timur laut—tepat di dekat pelabuhan tua yang kini telah nyaris terlupakan oleh dunia. Titik-titik biru kecil menunjukkan perangkat pengintai yang telah dikirim Carden mulai menyebar secara otomatis, menyapu wilayah itu dengan sensor panas dan kamera gerak yang b

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Mencari

    Damian membuka tas ranselnya yang dilengkapi beberapa senjata tersembunyi di beberapa bagian. Tanpa banyak kata, ia mengeluarkan sepotong roti cokelat berbentuk persegi—tampak memiliki tekstur yang padat—dengan kertas pembungkus berwarna cokelat yang masih terlipat dengan rapi. Damian meletakkannya di atas meja, lalu mendorongnya perlahan ke arah Alea.Alea menoleh dan mengangkat sebelah alisnya. “Ini apa?”“Roti lapangan,” jawab Damian singkat. “Biasanya kami membawanya saat berlatih di medan perang dalam jangka waktu yang lama. Tidak mudah basi, padat, dan bisa mengganjal perut cukup lama. Aku sengaja menyisakannya untukmu, agar kau bisa mencicipi rasanya.”Alea menatap roti itu dengan rasa penasaran yang tinggi. “Kau membawanya langsung dari tempat latihanmu dulu?”Damian menganggukkan kepalanya. “Sesekali aku masih memesannya, sekadar untuk mengingat bagaimana sulitnya aku melewati situasi itu sampai aku bisa menjadi seseorang yang tenang dalam menghadapi berbagai situasi.”Alea t

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Memaknai Kata

    Alea menatap tulisan itu dengan mata yang sedikit mengembun lalu mengerjapkan matanya beberapa kali. “Aku tidak tahu harus mengatakan apa padamu,” ucapnya dengan pelan. “Tapi … aku bersyukur karena masih bisa membaca pesanmu hari ini.”Damian menoleh pada Alea. “Dan aku bersyukur karena kau membacanya saat aku masih bisa melihat reaksimu.”Keduanya saling berpandangan satu sama lain. Tak ada kata-kata yang diucapkan selain mata mereka yang saling bercengkerama. Alea menyelipkan kertas itu ke dalam sakunya, lalu menatap Damian tulus. “Terima kasih karena kau telah mempercayakannya padaku.”Damian mengangguk singkat. “Terima kasih telah memilih tetap bersamaku.”Alea menghela napas pelan, seolah mencoba menenangkan perasaannya sendiri yang masih mengambang. Ia melangkah mendekat ke arah Damian, lalu duduk di sisinya di atas balok kayu yang disusun seadanya di ruang bawah tanah itu. Cahaya lampu yang redup membuat suasana terasa lebih hangat, sekaligus lebih intim.“Aku belum pernah meng

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Bisikan Hati Damian

    Alea terbangun terlebih dahulu dan mengerjapkan matanya dengan perlahan, menyesuaikan diri dengan cahaya redup dari lampu gantung yang tetap menyala semalaman. Ia menoleh ke samping dan mendapati Damian yang masih tertidur dengan begitu tenang. Ia bangkit dengan perlahan dan berjalan menuju rak makanan dan perlengkapan logistik yang sudah ia rapikan sejak pertama kali sampai di tempat ini. Ia membuka satu kontainer kedap udara dan menemukan beberapa paket makanan instan, roti kering, dan kaleng sup krim ayam.Matanya beralih menatap microwave portabel yang terpasang di dinding logistik dan senyum kecil mengembang di bibirnya. Dengan gerakan yang cekatan, ia mulai memanaskan sup dalam wadah tahan panas, lalu menyusun dua cangkir kopi instan yang ia tuangkan dari botol kecil berlabel bahasa asing. Setelah terdengar bunyi beep dari microwave terdengar sedikit nyaring dan waktu mulai berjalan mundur, ia melangkahkan kakinya membersihkan wajahnya terlebih dahulu.“Kau sudah bangun?” tanya

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Layaknya Kehidupan

    “Yakin,” ujar Damian dengan mantap dengan menyalakan teko air untuk menyeduh teh herbal di atas kompor kecil yang menggunakan bahan bakar darurat.Alea duduk bersandar di kursi panjang dekat perapian. Rambutnya kini dibiarkan tergerai dan sepatu bootnya sudah terlepas dari kaki jenjangnya."Minumlah," ujar Damian, menyerahkan cangkir teh hangat kepadanya.Alea menerimanya dengan kedua tangan, seketika ia merasakan kehangatan yang meresap hingga ke dalam dadanya. "Apa menurutmu … kita akan keluar dari semua ini dalam keadaan hidup?" tanya Alea dengan menoleh pada Damian yang kini duduk di sampingnya.Damian terdiam untuk beberapa saat. “Aku tidak bisa menjanjikan itu,” jawabnya dengan jujur. “Tapi aku bisa menjanjikan satu hal padamu jika aku takkan membiarkan siapa pun menyentuhmu tanpa melewati tubuhku lebih dulu.”Kata-kata itu seakan menusuk hatinya paling dalam. Ia tahu dunia tempat mereka berdiri sekarang bukan tempat untuk sebuah harapan yang manis, melainkan untuk janji berdara

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Ruang Bawah Tanah

    Langit mulai berwarna jingga keemasan ketika Alea turun dari kamarnya dengan rambut yang dikepang ke belakang. Ia mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan sepatu boot selutut yang akan melindungi kakinya dari permukaan lantai yang tak rata.“Sudah aman kan?” tanyanya pada diri sendiri dan menatap pakaiannya sekali lagi.Langkahnya kembali membawa ke dalam kamar Damian yang kini sudah dipenuhi oleh beberapa tas yang berisi perlengkapan mereka. Ia membuka pintu kamar Damain dan menemukan pria itu tengah memastikan tak ada barang yang tertinggal. Damian menoleh sejenak, sebelum ia memakai jaket hitamnya dan menyodorkan sebuah ransel pada Alea.“Bekal, senter, sarung tangan, dan obat-obatan ada di dalam. Sementara aku membawa sebagian bekal lainnya dan pakaian kita,” ujarnya pada Alea.Alea mengangguk dan menerima tas itu, lalu menyampirkannya di punggung. “Apa kau yakin?” tanya Alea sekali lagi.Damian menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu menatap Alea dalam, “Aku tidak pernah seyakin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status