Share

Bab. 6 Keluarga Abe

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu Rain pun tiba, hari dimana dia akan menemani Abe menghadiri acara pernikahan sepupunya. Semau kemungkinan ada didalam pikirannya, dia sangat cemas jika diacara itu dia akan bertemu keluarga dan teman-teman Abe.

Baju yang dibelikan Abe sudah siap dipakainya, sepatu dan tas yang semua berharga mahal itu pun segera dikenakannya.

"Kau cantik sekali hari ini" Sapa Una saat melihat sahabatnya itu selesai bersiap

"Iya aku tak menyangka Abe begitu baik"

"Baik, kaya, tampan, mmmmm... kau sangat beruntung bisa mengenalnya Rain"

"Seperti mimpi bisa bertemu dengannya"

Una nampak sangat bahagia melihat sahabatnya itu hari ini, mereka kemudian berbincang panjang hingga akhirnya Abe mengirimkan pesan singkat yang memberitahukan kalau dia sudah tiba didepan gang.

"Ah itu Abe, aku pergi dulu ya, daaa" Pamit Rain pada Una sambil mengunci pintu kamar kosnya.

"Hati-hati Rain"

"Iya... kau baik-baik di kosan ya"

Rain pun berjalan dengan hati riang hingga kedepan gang, dia melempar senyum kearah Abe.

"Hai nona" Sapa Abe

"Aku belum dandan"

"Iya, aku kan sudah bilang nanti biar MUA yang merias mu"

"Baiklah"

"Kau sudah siap?"

"Tentu"

Mobilpun mulai melaju dan mereka pun terus berbincang tentang,

"Nanti ku kenalkan pada mama papaku ya, anak-anakku juga"

"Haah...."

"Tak apa, aku sudah menceritakan tentangmu ke mereka semua kok"

"Akuuuu..."

"Tenang saja, aku akan selalu ada disampingmu" Abe berusaha menenangkannya sambil mengusap lembut rambut Rain

Jantung Rain berdetak sangat kencang, dia tak tau harus bagaimana jika kemudian diperkenalkan Abe pada keluarganya, dia tak dapat membayangkan jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

Setelah perjalanan sekitar tiga puluh menit merekapun tiba disebuah hotel yang sangat luas, Abe memarkirkan mobil tak jauh dari masuk hotel kemudian mempersilahkan Rain turun.

"Tenang saja, ada aku" Abe masih terus berusaha menenagkan Rain

"Nanti kalau mamamu tak suka padaku bagaimana?"

"Belum juga ketemu, bagaimana kau bisa berfikir begitu?"

Rain melemparkan senyum kuda, kemudian membenahi bajunya.

"Sudah, sudah rapi. Apa lagi yang kau tunggu. Ayo" Abe sedikit menarik tangan Rain.

Mereka berduapun memasukki resepsionis hotel lalu berjalan hingga tiba disebuah taman terbuka yang telah didekorasi sangat indah dengan hiasan etnik Bali yang kental.

"Kok nikahnya adat Bali?"

"Iya sepupuku keturunan Bali, lain kali kita main-main ke Bali ya"

"Kau keturunan Bali?"

"Yang orang Bali sepupuku nona. Memangnya kenapa kalau aku keturunan Bali?"

"Nanya aja"

Dari kejauhan nampak seorang wanita menghampiri mereka yang sedang berbincang tanpa ujung, sambil melambaikan tangan wanita itupun menyapa Abe

"Nak, kau sudah tiba"

"Oh mama, perkenalkan ini Rain. Rain ini mamaku"

Seketika jantung Rain berhenti berdetak, dia bahkan tak dapat melemparkan senyum sedikitpun

"Hai, kau teman putraku ya?"

"I..iya ... Sa..saya"

"Tak perlu gerogi begitu, Abe sudah sering menceritakanmu pada ku"

"Oh, tapi ceritanya yang baik-baik kan...hihihi" Rain mulai berani bicara

"Sebentar biar ku kenalkan pada putra-putri Abe ya"

Mama Abe kemudian melambaikan tangan pada seorang wanita berseragam suster, kemudian wanita itu mengajak ke empat anak Abe menghampiri Rain.

"Sayang, ini teman papi. Nah Rain yang paling besar namanya Lio, kemudian Lia, dan pangeran kecil ini Gio dan yang paling bungsu ini Gia" mama Abe mulai memperkenalkan.

"Hai, salam kenal. Namaku Rain"

Melihat Rain yang kikuk keempat anak Abe nampak saling berbisik.

"Kau teman papiku, kau nampak terlalu muda untuk papiku" Respon Lia menggoda Rain

"Kau nampak cantik dengan baju itu, tapi kau maukan menggendongku meski pake baju bagus" Canda Gia sambil memandangi baju Rain

"Hei anak-anak, ayo kembali bermain. Papi lagi ada tamu, kalian yang manis ya sama bibi pengasuh"

"Baik nenek" Jawab keempat anak Abe kompak kemudian berlali berpencar.

"Baik lah, cukup acara perkenalannya ya. mama harus kembali menyapa tamu undangan yang lain. Selamat menikmati acara hari ini" Tutup mami sambil melambaikan tangan pada Rain dan Abe.

Abe kemudian mengajak Rain menuju tempat duduk dekat kolam renang tak jauh dari mereka berdiri saat ini.

"Kau masih ingat nama anak-anakku kan?" Goda Abe

"Kenapa nama mereka sama?"

"Mereka anak kembar, Lia dan Lio kini berusia 17 tahun, dan Gia serta Gio berusia 7tahun."

"Oh seru juga"

"Maaf Abe, aku belum pernah bertanya kenapa mendiang istrimu meninggal"

"Dia meninggal karena kecelakaan, ceritanya panjang. Nanti lah ku ceritakan"

"Maaf kalau kau tak nyaman dengan pertanyaanku"

"Tak apa, cepat atau lambat kau juga pasti harus tau"

"Hei Abe" Seru Isa, adik Abe dari sebrang kolam renang

"Nah yang itu kau sudah kenal kan?" Tanya Abe pada Rain

"Itu adikmu kan?"

"Iya, si bawel. Jangan kaget kalau dia tak berhenti bicara kalau dia sudah jadi adik iparmu ya"

Rain hanya tersenyum.

"Hai Rain, akhirnya kau sampai disini juga"

"Iya kak"

"Panggil aku adik ipar saja"

"Ahh kakak ini bisa saja"

"Bukankah Abe akan menikahimu secepatnya" Ujar Isa menggoda Abe

Abe nampak melotot melihat Isa yang mulai menggodanya

"Kenapa kau melotot, jangan bilang kau belum mau menikah karena....."

"Heeeh, udaah jangan diteruskan... ih kamu ini" Abe memotong pembicaraan Isa sambil melempar sebuah tisu

Mereka pun melalui hari itu dengan penuh canda. Tak terasa acara pernikahan sepupu Abe pun berakhir.

Abe yang kelelahan kemudian mengajak Rain menuju kamar hotel

"Aku lelah sekali, kita istirahat sebentar dikamar hotel ya. Aku ngantuk"

"Kekamar hotel..."

"Aku tak akan macam-macam, aku ngantuk aja"

"Iya tapi janji ya"

"Iya...." Abe meyakinkan

Mereka pun masuk ke kamar yang cukup mewah, Abe kemudian membuka jas, dasi dan sepatu yang dia kenakan. Rain hanya duduk dikursi yang tak jauh dari televisi.

Abe kemudian berbaring dikasur dan tak lama kemudian terlelap. Rain mulai menyalakan televisi dan mencari-cari acara yang sekitanya dia sukai.

Tak juga menemukan acara yang dia mau diapun kemudian mematikan kembali televisi itu. Setelah tertidur hampir setengah jam, Abe pun bangun dari tempat tidurnya.

"Rain, ada yang ingin aku katakan padamu"

"Apa?"

"Begini, sebenarnya aku sangat menyayangimu. tapi Rain..."

"Kamu mau bilang apa?"

"Bisakah kita menikah hanya untuk beberapa tahun saja"

"Maksudmu apa?"

"Kita nikah kontrak aja"

"Kau yakin?" Tanya Rain tak percaya akan apa yang Abe katakan

"Rain, aku pernah berjanji pada mendiang istriku akan sehidup semati dengannya"

"Lalu untuk apa kau menikahiku jika ini hanya sementara?"

"Dengarkan aku dulu"

"Kau memikirkan janjimu pada istrimu, tapi mengapa kau tak memikirkan perasaanku" Rain mulai marah.

"Maafkan aku, tapi aku berjanji meski ini hanya sementara aku akan tetap mencintaimu"

plaaak... Rain menampar wajah Abe. Kekagumannya hilang sekejap mata pada pria tampan ini. Dia tak menyangka Abe akan berniat hanya ingin menikah kontrak dengannya. Rain kemudian menangis sebisa-bisanya dan Abe berusaha menenangkan

"Aku menyayangimu Rain, percayalah"

"Omong kosong apa lagi ini, hentikan.... antar aku pulang dan lupakan aku"

"Rain dengarkan dulu"

"Sekarang!!!"

Melihat kemarahan Rain yang begitu besar Abe pun mengikutinya dari belakang. Mereka kemudian meninggalkan hotel tanpa berpamitan dengan mama dan anak-anak. Selama perjalanan hingga kosannya, Rain tak sedikitpun mengeluarkan kata-kata. Dia hanya terdiam hingga akhirnya tiba di depan gang.

"Aku akan mengembalikan semua pemberianmu. Kau tak perlu khawatir uang pemberianmu masih utuh, termasuk uang perawatan ayahku dulu, tunggu disini aku akan melepas pakain ini dulu"

"Rain jangan begitu..."

Rain kemudian turun dari mobil dan kemudian berlari kearah kosannya. Tak lama kemudian dia kembali ke mobil sambil membawa tas besar berisi baju, tas dan sepatu pemberian Abe.

"Ini semua pemberianmu, dan ini uang yang pernah kau berikan padamu"

"Jangan begitu, aku memberikan ini semua untukmu"

"Kenapa kau tak juga mengerti, mungkin aku orang miskin tapi apa yang kau lakukan ini sungguh membuatku hina"

Rain kemudian membanting pintu mobil Abe dan berjalan setengah berlari menuju kosnya. Abe yang tau betul kemarahan Rain hanya terdiam, setelah Rain sudah tak nampak mata diapun melajukan mobil kembali ke Batu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status