"Lahirkan anakku atau kau akan kujadikan mayat dan kubuang ke hutan?!"
Christa membulatkan matanya. "Kenapa harus aku?!" sentaknya tak terima. "Aku bahkan tak mengenalmu! Siapa kau dan siapa aku hingga kau bisa mengatakan itu?!""Kau adalah anak pembunuh orang tuaku!" Tajam suara pria tegap tinggi berwajah angkuh dan garang di hadapan Christa, yang sudah membulatkan mata dengan rahangnya yang sempurna jatuh. "Ayah ibuku ... dibunuh oleh ayahmu! Maka kau harus memberikan nyawa pengganti untukku, yaitu dua orang bayi yang tak lain adalah anakku."Christa masih tak mampu menjawab, tatapannya kosong hingga sebuah remasan kencang hinggap di lengannya. Tangan pria itu yang meremasnya, dengan cengkraman kuat dan membuat perih."Kau harus menikah denganku," ujarnya dingin hingga Christa membeku. "Lahirkan anak untukku sebagai pengganti ayah ibuku. Atau ..., aku akan membuangmu dalam keadaan tak bernyawa ke hutan. Tubuhmu akan di cabik-cabik hewan liar dan tidak ada yang bisa menolongmu," lanjutnya dalam bisikan.Tubuh Christa menegang, bibirnya bergetar dengan tatapannya yang bergoyang kaget, juga syok."A-ayahku?""Ya! Albene Adixon! Sementara dia sedang diselidiki, tapi aku tahu kalau dia yang membunuh ayah dan ibuku." Suara pria itu semakin dingin, hingga tubuh Christa bergetar mendengar nama yang disebabkannya.Itu memang nama ayahnya! Tetapi-"Kau sudah baik karena aku menikahimu." Pria itu mengeluarkan bisikan yang mampu membelah alam pikirannya. "Anakku tidak akan kuhadirkan dalam keadaan haram! Dan kau, mau setuju atau tidak akan tetap kunikahi! Kau akan menjadi istriku dan juga melahirkan dua anakku. Setelahnya ... kau harus pergi tanpa pernah memunculkan dirimu lagi di hadapan kami."Brak!"Agh ...." Christa meringis, merasakan bokongnya yang terhempas ke lantai."Bawa dia ke kamar rias! Siapi dia karena dia akan segera menjadi pengantinku."Lima orang wanita berpakaian seragam langsung maju, memegangi setiap tubuh Christa dan membawanya dari hadapan pria itu.Dia menatap nanar kepergiannya dengan wajah yang berangsur merah. Ada rasa sakit hati dan juga kebencian yang mendarah daging. Dia akan menyiksa sekaligus mendapatkan anak-anak sebagai nyawa pengganti orang tuanya. Anak-anak yang akan menjadi masa depannya, anak-anak yang akan menjadi pewarisnya dan anak-anak yang akan meneruskan bisnisnya.Dia takkan melepaskan wanita itu, sampai nanti melahirkan anak keduanya."Tuan Hafens ...."Kesadaran pria itu kembali bersamaan dengan napas yang dia raup banyak-banyak. Dihempaskannya tubuh ke sofa, dengan wajah angkuh nan dingin yang mampu membuat suasana rumah berubah seratus sembilan puluh derajat."Pegawai pencatatan pernikahan sudah tiba, Tuan.""Bawa mereka masuk.""Tunggu, Tuan Hafens ...."Hafens tak bergeming, menunggu ucapan pria di sampingnya yang sudah mengulurkan sebuah map. Hafens menerimanya, membaca isinya dan tersenyum tipis.~Menjadi istri dan harus mengandung secepatnya, tidak akan menyusui anaknya dan lebih memberikan susu formula, merawat bayi pertama sampai berumur delapan bulan dan barulah hamil kedua, jika anak kedua sudah berumur delapan bulan juga maka perceraian akan turun.~Point tambahan : Christa dilarang terlalu dekat dengan anaknya yang akan membuat bayinya merasa terbiasa, semuanya akan dirawat baby sitter dan Christa hanya perlu melihatnya sesekali. Tidak masalah mengakui pernikahan mereka asalkan bukan untuk tujuan mencapai keuntungan, mencari bantuan, melarikan diri atau membuat rencana perpisahan. Jika hal itu diketahui maka ada sanksi dan hukuman berat."Tampaknya ada yang perlu ditambah." Hafens, pria yang duduk di sofa itu bersuara."Ya, Tuan?"Hafens tersenyum tipis. "Sampai anak perempuan atau anak laki-laki tidak lahir, maka tidak akan ada perceraian. Aku hanya butuh anak laki-laki dan anak perempuan, dia harus bisa menghadirkan minimalnya tiga anak laki-laki dan satu perempuan atau sebaliknya.""Hmm, baik, Tuan. Akan saya tambahkan ...""Bawa padaku malam nanti, karena aku akan memintanya menandatangani itu saat malam pertama kami.""Baik, Tuan ...."Hafens menggerakkan kepalanya, mengusir sang pengacara hingga yang tertinggal hanya seorang pria sebayanya."Kau sudah memeriksa semua musuh kita?""Sudah, Tuan. Tidak ada bukti yang mengarah pada mereka. Bukti kuat ada di tangan Albene Adixon. Mereka sudah tidak di temukan dimana-mana. Skillnya sebagai mafia cukup hebat, hingga mampu hilang tanpa terdeteksi."Hafens menarik napas dan membuangnya dengan cepat."Tender itu? Pengiriman barang kita?"Pria di hadapannya tampak menghela napas perlahan. "Tender hangus, Tuan .... Kita keduluan orang karena tujuan yang terpecah. Kematian orang tua anda bertepatan dengan hari dan jam dimana kita harus menghadirinya. Namun, semuanya terlepas karena ulah Albene Adixon. Dan mengenai pengiriman barang kita yang dibawa oleh kapal tanker tenggelam di laut perbatasan Klan Minamoto dan Klan Mogera.""Kurang ajar!" Sekuat mungkin Hafens mengeluarkan makian dan kekesalannnya. "Orang-orang kurang ajar yang sudah bosan hidup! Tunggu ajal kalian, akulah yang akan mencabutnya!"Emosi yang belum stabil sejak seminggu setelah kematian ayah ibunya tampak mencuat di wajah angkuh dan tampan Hafens Barack, seorang mafia yang banyak memiliki musuh. Mereka tak mengenal siapa, yang pasti mereka akan membunuhnya selama itu menyangkut tentang untung dan puas.Seperti halnya Hafens, dia yang dikenal sebagai sindikat mafia, malah orang tuanya yang harus menerima hal yang mengerikan dari musuh besarnya. Hal itu takkan bisa dia lupakan seumur hidup. Dia takkan mengampuni siapapun yang bersangkutan dengan kasus pembunuhan ayah ibunya maka akan berakhir tragis dengannya.''Christa Felisha Adixon ... Kaupun akan menderita bersama denganku. Dengan tanganku sendiri kau akan merasakan neraka dunia.'' Dia menghembuskan napas berat, dengan pinggiran mata kuningnya yang mulai memerah. ''Itupun belum seimbang dengan apa yang dilakukan oleh orang tuamu. Jadi, kau akan mendapatkan apa yang seimbang itu di atas penghargaan yang kuberikan.''Pria itu bangkit, menyeka air matanya yang jatuh di hadapan pria yang tak lain adalah asisten sekaligus tangan kanannya. Dave Soccer, dia menatap kepergian Hafens dengan tatapan yang sama sedihnya. Well, dia mengenal siapa Hafens. Mafia kejam yang baru kehilangan ayah ibunya akibat kelicikan musuhnya. Dua pahlawan yang amat dicintai oleh Hafens Barack harus tiada akibat musuhnya yang menghalalkan segala macam cara untuk menghancurkannya.Kali ini Hafens akan melakukan balas dendam penuh yang terarah pada wanita itu. Dia mengalami sakit hati yang besar, orang tuanya yang begitu dia cintai harus mati ditangan musuhnya! Maka dari itu, Hafens akan membalaskan semua rasa sakit yang dirasakannya, agar bisa dirasakan oleh Christa. Penderitaan gadis itu adalah penderitaan bagi Albene Adixon!Hafens membenci gadis itu karena selain nyawa orang tuanya melayang, bisnisnya juga mengalami kerugian karena kapal tanker miliknya tenggelam di perbatasan. Itu membuatnya mengalami kerugian sampai triliunan. Intinya dia sebagai Ketua Mafia begitu merasa terpuruk akan kabar buruk yang menimpa mereka berturut-turut. Itu memecahkan hatinya, menumpulkan semangatnya dan juga membuat mereka kacau dalam beberapa hari.Dalam lamunannya, dia memecahkan gelas kaca yang digenggamnya sebelum mendengar suara langkah kaki yang tergopoh-gopoh di lantai bawah.''Tuan Hafens! Mafia yang dipimpin oleh Royman Adiffer membuat kerusuhan di pelabuhan!''''Tuan Hafens! Mafia yang dipimpin oleh Royman Adiffer membuat kerusuhan di pelabuhan!''Karena Hafens dilantai atas, Dave yang tengah terpekur di ruangan bawah langsung aktif mendengar ucapan seorang anak buah yang terengah-engah menghampiri. Tubuhnya memutar, menatap tajam dan penuh intimidasi kabar yang dibawa oleh anak buahnya itu. Tangannya terarah, plak ....Brugh ....Tubuh itu jatuh tersungkur, menghempas kelantai akibat tamparannya.''Tidakkah kalian bisa menyelesaikannya?! Haruskah melapor pada kami?! Hancurkan mereka, bunuh! Hal itu bukan hal yang sulit bagi kalian, 'kan?!'' bentaknya tajam, membuat tubuh pria itu beringsut mundur.Baru saja dia akan melarikan diri, Hafens sudah berdiri di undakan tangga terakhir. Wajahnya terlihat sangat serius, juga tajam dan angkuh.''Tuan .... Ada yang Anda butuhkan?''Brak!Sebuah Colt 1911 terlempar ke lantai, membuat kedua pria itu saling tatap.''Habisi mereka dengan senjata itu. Bawa kembali padaku setelah kau mampu membunuh sebany
Christa langsung melihat ke arah pintu, ketika benda dari papan kayu itu terbuka. Jantungnya sudah berdetak kencang, takut yang masuk adalah Hafens. Namun ternyata, dia masih di beri waktu untuk bernapas. Seorang wanita paruh baya dengan membawa nampan yang masuk, mengantarkan makan malam untuknya.Dia kenal wanita ini, pelayan. Namun anehnya, Hafens menghilang saat setelah mengucapkan janji pernikahan. Kemana dia? Padahal ini sudah pukul sembilan malam. Pria itu memintanya ke kamar lebih dulu sejak mereka selesai mengucap janji suci. Dan sampai sekarang dia belum kembali.''Nona Christa, makan dulu. Tuan meminta saya menghidangkan makan malam untuk anda, sebelum dia datang.'' Seorang pelayan wanita yang sudah berusia paruh abad bertubuh gempal berkata, seraya menata hidangan untuk Christa yang kini resmi menjadi istri majikannya.Christa mengenalnya, tadi siang wanita inilah yang menenangkannya saat akan di rias. Dia juga yang membantunya memakai pakaian pengantin meskipun amat seder
Hafens keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Dave sudah kembali dari melaksanakan tugasnya, hingga kini dia ada di dalam kamar majikannya yang kembali bersikap datar, arogan dan tak tersentuh."Semua sudah disterilkan, Tuan."Hafens hanya cukup mengangkat dagunya untuk merespon, dia berlalu ke arah lemari, mengambil satu stel pakaian tidur hitam dan mengeringkan rambut sedikit."Apakah sudah ada bukti?" tanyanya sambil bergerak duduk. "Dari tiga Klan Mafia yang sedang diselidiki?"Dave menggeleng pelan. "Sejauh ini tidak ada, Tuan. Karena mereka memang bisa dikatakan bersih, tidak bersalah sama sekali karena mereka adalah klan-klan kecil. Tidak ada kekuatan besar yang bisa melakukan hal itu. Jadi, memang satu oranglah dalang di balik ini semua."Hafens menarik napasnya samar, berpikir cepat dengan insting mafianya."Dan orang itu adalah Albene Adixon! Mafia kurang ajar yang kalah denganku, makanya dia menjatuhkanku lewat orang tuaku!" geraman rendah
Hafens menahan sudut bibirnya yang agak berkedut akibat pertanyaan dari Christa."Siapa yang melakukan hal ini padaku?" Christa bergumam lirih. "Disini banyak lelaki, hanya beberapa saja yang wanita. Apakah mungkin ada seseorang yang masuk ke kamar ini tadi malam? Aku merasakan ada yang meminumkan air ke mulutku, lalu mata dan tanganku seakan di ikat oleh sesuatu. Apakah kau tahu siapa yang melakukan ini padaku?"Hafens memalingkan wajahnya, tak mau menatap ke arah Christa yang baru bertanya. Entah mengapa pula ada yang menggelitik hatinya kala mendengar ucapan-ucapannya itu."Hafens-""Berhentilah mengatakan hal-hal tidak masuk akal itu!" selanya dengan tatapan datar. "Kau bersiaplah, temui aku di luar kamar ini nantinya. Cari tahu sendiri dimana aku, dalam sepuluh menit setelah kau mandi dan membersihkan diri, jika kau tidak menemukan keberadaanku, maka aku akan memberikan sesuatu hal yang akan membuatmu menyesalinya!"Christa membulatkan matanya mendengar ucapan itu. Bahkan saat de
Christa menapaki jalanan di lorong gelap yang ada di hadapannya. Panjang sekali, ketika setelah menikah tadi dan dia diantarkan ke sini sepertinya tidak sepanjang ini. Bagaimana bisa sekarang sangat panjang seperti ini?"Hafens ... Kau dimana?" Christa bertanya sambil merapatkan pakaian yang dipakainya.Dia hanya memakai dress dengan cardingan, pakaian yang dipakai memang masih menggunakan miliknya yang dia bawa dari luar negeri ketika dia diculik oleh anak buah Hafens. Dia harus meninggalkan semua pendidikan yang dia lakukan karena sekarang dia sedang terjebak di sini."Ggggrrrr ...""Suara apa itu?" gumamnya sambil memeluk tubuhnya sendiri.Langkah Christa pun tertahan ketika dia mendengar suara yang berasal dari ujung lorong. Suara yang seperti auman dari hewan liar yang terdengar menakutkan, membuat Christa tak bisa melanjutkan langkah kakinya."Apa itu tadi? Kenapa suaranya sudah hilang? Ya Tuhan, sebenarnya ada dimana aku?" batinnya seraya menatap kiri kanan.Wajahnya ketakutan,
Christa merasa bibirnya begitu kebas karena Hafens yang masih menciumnya dengan kasar, dalam dan intens. Dia menggenggam ujung dressnya, berusaha untuk bertahan di tengah siksaan yang diberikan oleh pria ini.Ini lumayan menyakitkan, apalagi Hafens menekan tubuh mereka dan tidak ada celah sama sekali."Hafens ... Hhhh, sakit ..." Christa bergumam dengan rasa sakit yang dia tahan.Hal itu membuat Hafens berhenti menciumnya, lalu menatap wajahnya dengan tatapan serius."Bercinta denganku!" ujarnya membuat Christa menelan ludahnya sendiri."Disini?" tanyanya tak percaya membuat Hafens tersenyum miring."Ya, kenapa? Kau tidak mau bercinta denganku disini? Kau maunya di kamar? Di atas ranjang? Melakukannya dengan romantis?" tanya Hafens dingin membuat Christa merasakan tenggorokannya tak bisa bersuara. "Mimpi!""Aaaghhh ..." Christa merasakan tubuhnya jatuh ke sofa panjang yang dingin. Seolah sofa itu tidak pernah terduduki oleh siapapun. Dia bergerak hendak bangkit tapi Hafens menatapnya
Christa terengah ketika dia merasa tubuhnya lemah akibat pelepasannya yang terjadi karena jari pria itu. Dia menggapai apapun yang bisa dia gapai untuk pegangan karena merasa seperti akan jatuh dari ketinggian. Gamang, untuk pertama kalinya secara sadar dia merasakan pelepasan yang besar.Hafens menatap wajah Christa yang terengah, dia memalingkan wajahnya lalu kembali pada permainannya yang terkesan panas dan kasar. Christa merasa tubuhnya sakit dan kini kembali bergetar pelan dengan rasa nikmat, sakit dan sentuhan dalam pria ini. Dia memejamkan matanya, meringis dan mendesah dengan perlakuan Hafens yang melakukan semuanya dengan caranya sendiri. Sesuka hatinya dan memang tidak berniat untuk melakukan kelembutan sama sekali. Christa yang selalu berpikir tentang pernikahan bahagia dan bercinta dengan romantis dengan suaminya, kini tidak bisa berharap apa-apa. Mungkin saja kalau dia pun berhasil bercerai dengan pria ini nanti, yang ada adalah trauma dan ketakutan dalam bercinta karena
Hafens menatap wajah Christa yang mengatakan semua itu. Dia memang agak berbeda dari ayahnya tapi Hafens tidak akan terperdaya sekarang.Menundukkan kepalanya, Hafens mencengkeram dagu Christa hingga wanita itu meringis kesakitan."Jangan mencoba untuk memperdayaku, Anak Pembunuh! Apakah kau mengira kau bisa melakukan apapun yang kau mau di sini hanya dengan menundukkanku dengan kata-kata manismu itu?!" bentaknya tajam membuat Christa meringis tak mampu bersuara. "Kau hanya seorang wanita yang akan kujadikan sebagai penghasil anak-anakku. Tanpa ada bayaran apapun dan tanpa ada kebaikan apapun yang kau terima selain nyawa orang tuaku yang dibunuh ayah ibumu!" ujarnya lagi membuat Christa memejamkan matanya.Sejak tadi matanya sudah berkaca-kaca dan dia tidak mau menangis di hadapan Hafens atau pria ini akan menganggapnya lemah walaupun dia memang tidak sekuat itu untuk menghadapi Hafens. Dia menarik napasnya beberapa saat, dagunya masih dicengkeram dengan kuat dan itu membuatnya harus