Damar berusaha memejamkan mata dan melupakan semua kejadian hari ini. Tapi tetap tidak bisa. Mata terpejam, tapi pikiran berkelana di tiga nama perempuan, Viona, Mila dan Marcia. Damar benar-benar takut kehilangan Viona, karena ia sudah merasa nyaman dan mencintai Viona. Ia takut kalau Mila dan Marcia akan menghancurkan rumah tangganya. Viona tahu kalau Damar sedang gelisah, karena dari tadi hanya membolak-balikkan badan saja. Ingin ia bertanya, tapi tidak punya nyali. Akhirnya ia pun bertanya pada Damar."Mas, belum tidur? Mikirin apa sih? Kok dari tadi kayak orang gelisah," tanya Viona. Damar diam, ia pura-pura tidur, karena ia tidak tahu harus menjawab apa. Viona penasaran, kenapa Damar diam saja. Ia pun duduk di tempat tidur, kemudian mengamati suaminya yang tertidur, walaupun sebenarnya pura-pura tidur."Oh, ternyata sudah tidur," gumam Viona.Viona memeluk Damar dari belakang."Aku tahu kalau Mas sedang memikirkan sesuatu. Pasti berhubungan dengan Marcia. Memang dia itu cantik
Damar beranjak dari tidurnya, duduk di tempat tidur dan menatap Viona"Siapa?" tanya Damar."Nggak tahu." Viona pun kembali merebahkan diri di tempat tidur. Hatinya masih saja kesal. "Dasar perempuan nggak punya malu. Malam-malam menghubungi suami orang," kata Viona dalam hati. Damar kembali merebahkan tubuhnya di sebelah Viona. Ia memeluk Viona dari belakang. Perlahan ia mencium tengkuk Viona, membuat hati Viona berdesir. Merasa tidak ada penolakan dari Viona, Damar melanjutkan aktivitasnya.Viona memang masih kesal, tapi ia tidak mampu menahan godaan Damar. Ia menggeliat kegelian diikuti dengan desahan. Akhirnya ia pun mengikuti irama permainan Damar. Benar kata orang, ketika suami istri bertengkar, mereka akan berdamai di tempat tidur. Ketika ketegangan telah mereda dan pasangan suami istri melakukan hubungan s*ks, maka mereka akan kembali mengalami yang namanya jatuh cinta serta akan merasa seperti saat baru pertama kali melakukan hubungan s*ks, dan merasakan sebuah sensasi yan
Ceklek! Pintu ruangan dibuka, semua mata menuju ke arah pintu."Pak Damar, ada tamu," kata seorang OB yang membuka pintu tadi."Dimana tamunya, Wan?""Ada di depan Pak.""O ya, Wan, suruh masuk kesini saja," kata Damar."Baik, Pak." OB yang dipanggil Wan itu pun keluar untuk memanggil tamu Damar."Syukurlah ada tamu, jadi bisa mengusir Mila secara halus." Damar bermonolog dalam hati. Ia terlihat sangat lega."Aku belum selesai berbicara. Nanti aku kesini lagi," kata Mila, kemudian ia keluar dari ruangan Damar dan masuk ke ruangannya. Tak lama kemudian terdengar pintu ruangan dibuka lagi.Ceklek! OB yang bernama Wan itu masuk lagi."Silahkan masuk, Bu. Pak Damar sudah menunggu," kata OB itu mempersilahkan tamu Damar untuk masuk."Saya permisi, Pak," pamit OB pada Damar.Damar pun mengangguk. Kemudian muncul seorang perempuan cantik yang membuat Damar dan Irfan terperanjat. Jantung Damar berdetak dengan kencang. Untuk sesaat pikirannya benar-benar kosong."Mati aku," kata Damar dalam h
"Selamat, Bu. Bu Viona positif hamil," kata Dokter Mahendra."Ha..hamil?" Viona sangat kaget dengan hasilnya. Ia tidak menyangka akan hamil secepat ini."Silahkan Ibu berbaring dulu, kita USG biar tahu berapa usia kehamilan Ibu," kata dokter Mahendra.Viona berbaring di tempat tidur pasien, asisten dokter Mahendra mengoleskan gel di perut Viona. Selanjutnya dokter Mahendra menggunakan alat USG yang bernama transducer yang ditempelkan di perut Viona. Dokter Mahendra tampak mengamati di layar sambil menjelaskan pada Viona.Viona tampak terharu, ada makhluk kecil di dalam rahimnya. Buah cintanya dengan Damar."Usia kehamilan Ibu sudah lima Minggu." Dokter Mahendra menjelaskan.Setelah cukup lama memberikan penjelasan pada Viona tentang kehamilan, Dokter Mahendra memberikan resep vitamin dan penguat kandungan. "Gimana hasilnya, Mbak?" tanya Hana."Aku hamil lima Minggu." Viona menjawab dengan pelan."Alhamdulillah, selamat ya Mbak. Semoga Mbak Viona dan calon bayi selalu sehat sampai lau
"Lebay, sok mesra," cibir Mila."Memangnya kenapa, Mbak? Kami kan suami istri, wajar dong kalau kami mesra. Yang nggak wajar tuh kalau masih pacaran tapi terlalu mesra, apalagi kalau pacarannya dengan suami orang." Viona berusaha untuk tenang."Kamu nyindir aku ya?" seru Mila dengan spontan. Beberapa orang melihat ke arah mereka."Siapa yang nyindir, Mbak? Memangnya Mbak pacaran dengan suami orang?" sahut Viona.Damar memegang tangan Viona, menatap Viona disertai dengan menggeleng dengan pelan. Seolah meminta supaya Viona tidak meladeni Mila."Mau nambah Mas?" tawar Viona ketika melihat Damar sudah selesai makan."Enggak, aku sudah kenyang.""Aku sebenarnya belum kenyang, tapi sudah nggak selera makan. Ayo, kita pulang saja," ajak Viona. Damar mengiyakan ajakan Viona, mereka beranjak dari duduknya. Damar kemudian membayar makanan di kasir. Mila masih mengikuti mereka sampai ke tempat parkir. Viona sebenarnya sangat risih dan kesal, tapi ia masih mampu menahan untuk tidak emosi.Damar
Drtt…drtt Damar yang masih dalam posisi memeluk Viona, tidak menggubris panggilan itu. "Kenapa nggak diangkat? Siapa tahu penting," kata Viona yang masih meringkuk di dalam pelukan Damar. Rasa lelahnya hati dan pikirannya langsung sirna."Biarkan saja."Drtt…drtt….Damar berusaha meraih ponselnya, ia melihat nomor yang tidak ada di kontaknya. Tapi ia paham nomor itu karena beberapa kali menghubunginya. Akhirnya Damar mematikan ponselnya."Kenapa malah dimatikan?" tanya Viona."Mengganggu saja.""Siapa yang menelpon?" "Nomor tak dikenal.""Kayaknya punya penggemar ya? Secret admirer!""Sudah deh Sayang, nggak usah mulai lagi.""Ternyata begini ya rasanya menikah dengan orang ganteng, mapan dan banyak penggemar. Harus sangat sabar, apalagi…."Damar pun memulai lagi aktivitasnya membungkam Viona.***"Kamu tahu kenapa kami memanggilmu kesini sendirian. Sengaja kami minta kamu tidak mengajak Viona," kata Yuda, papanya Damar.Hari ini ketika pulang dari kantor Yuda meminta Damar untuk p
"Damar!" panggil Mila sambil membuka pintu mobil Damar sebelah kiri dan kemudian duduk di sebelah Damar. Damar yang baru saja mematikan mesin mobilnya menjadi kaget. Ternyata Mila memang sengaja menunggu Damar di tempat parkir.Pagi ini Damar terlihat sangat macho di mata Mila. Mila memandangi Damar dengan tidak berkedip. Penampilan Damar selalu membuat Mila terpesona."Kenapa sih, Mila?" kata Damar dengan risih."Aku kangen sama kamu," kata Mila berusaha memeluk Damar, tapi Damar mengelak."Keluar dari mobilku," pinta Damar."Nggak mau! Aku kesal dengan kejadian kemarin. Istrimu itu memang harus diajari bicara sopan santun di depan orang lain." Mila nyerocos."Tapi aku bangga dengan apa yang dilakukan istriku. Istriku memang the best dan aku sangat mencintainya." Damar pun keluar dari mobilnya.Mila termangu mendengar kata-kata Damar, hatinya sangat perih dan terluka. Mila pun ikut-ikutan keluar dari mobilnya Damar."Damar!" teriak Mila. Tapi Damar tetap saja berjalan seolah-olah tid
"Ehem!" terdengar suara Irfan berdehem, sepertinya ia memberikan kode pada Damar.Damar menoleh pada Irfan, ia sangat kaget melihat sosok perempuan yang berdiri di sebelah Irfan."Vi-Viona," gumam Damar dengan gugup dan menatap istrinya yang baru datang ke kantornya. Ia tidak sadar ketika ia lengah, Mila langsung menggandeng tangan Damar dan Viona melihat semua itu. Sebenarnya Viona ingin marah-marah, tapi ia tetap bersikap elegan."Kebetulan aku dan temanku lewat depan kantor Mas, makanya aku mampir sekalian biar bisa pulang bareng," kata Viona dengan ekspresi yang dibuat setenang mungkin. Walaupun hatinya sangat emosi.Damar langsung tersadar dengan gandengan tangan Mila, segera melepaskan tangan Mila. "Ayo pulang," kata Damar yang segera mendekati Viona danmenggandeng tangannya."Damar, bukannya kamu tadi berjanji mau nganterin aku," kata Mila dengan wajah yang dibuat bersedih."Aku nggak pernah berjanji kok." Damar yang menggandeng tangan Viona, melangkahkan kakinya menjauhi Mi