Home / Romansa / Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir / BAB 1 Kembalinya sosok yang ia kenal

Share

Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir
Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir
Author: Liana Lee

BAB 1 Kembalinya sosok yang ia kenal

Author: Liana Lee
last update Last Updated: 2024-12-19 21:17:08

David duduk di Ruang kerjanya asik dengan dunianya, sebagai seorang CEO dia sangat sibuk.

Tatapan dinginnya tersebut sungguh menusuk sampai - sampai jika tumpukan dokumen di depannya tersebut dapat berbicara mereka sudah pasti akan bergosip seperti persoalan sikap David seperti halnya para staff dan karyawannya.

Meski demikian, dengan sikap dan sifat David yang seperti itu dirinya memiliki asisten pribadi kepercayaannya yang kesetiaan serta kesabarannya dalam bekerja dibawah tekanan David tersebut tidak perlu diuji dan diragukan lagi. Ya, dia adalah Wilson Hamilton.

Suara ketukan pintu membuyarkan dunia serta keseriusan David.

"Masuk" nadanya terdengar tenang namun tersirat kedinginan.

Seketika pintu itu terbuka dan menampakkan sosok Wilson dengan setumpuk berkas dalam dekapannya.

"Tuan David.. Maaf mengganggu.. Ini adalah ber—" belum selesai bicara Wilson sudah dipotong dengan dingin.

"Tidak perlu minta maaf. Sejak kapan kamu tidak menggangguku?" David mendengus kesal.

Wilson mengerucutkan bibir agak kesal namun buru - buru mengubah eksprresinya menjadi serius setelah menghela nafas karena atasannya mulai lagi.

"Sungguh ini adalah berkas -berkas yang berisi informasi mengenai beberapa perusahaan yang anda butuhkan. Termasuk perusahaan Maynard dan Watson EP."

"Letakan saja di situ, kalau sudah tidak ada urusan keluarlah." David dengan dingin tanpa menatap asisten pribadinya itu.

Wilson meletakkannya di atas meja di sampingnya sebelum beranjak berbalik untuk pergi.

Namun saat memegang gagang pintu dia teringat sesuatu dan langkahnya terhenti.

"Tuan David..." Katanya ragu, berbalik menghadap atasannya tersebut.

"Hmmm.." David hanya merespon singkat tanpa menoleh atau mengangkat pandangannya, masih terlalu asik membaca berkas - berkas tersebut.

"Saya dengar calon sekretaris baru anda sedang wawancara di ruang HRD bersama pak Harry." Wilson dengan tenang.

"Lantas?" Suara itu begitu dingin membuat Wilson sekali lagi mengerucutkan bibirnya, Bosnya ini sungguh cuek sekali.

"Dia cukup cantik.. Dan.." Belum sempat menyelesaikan namun sudah dipotong oleh David dengan dingin "Wilson... Apa aku menggajimu untuk bergosip atau mengomentari dan melaporkan penampilan para karyawan padaku?"

Membuat Wilson hanya diam terkesiap.

"Gaji bulan ini kamu dipotong dua puluh—" Belum sempat David menyelesaikannya Wilson yang takut hanya meminta maaf setelahnya bergegas pergi berpura - pura tak mendengar gertakan bosnya tersebut.

Baginya sudah hal biasa bosnya sering menggertak seperti itu tapi tak pernah benar - benar melakukannya.

Sebebarnya dimata Wilson bosnya tersebut sudah menjadi seperti sosok panutan dan kakak baginya meski mulut dan sikapnya sedingin kulkas sepuluh pintu.

Namun belum juga membuka pintu dirinya kembali mendengar namanya dipanggil dengan dinginnya oleh bosnya tersebut.

"Wilson.." Nadanya terdengar tenang namun sebenarnya dingin dan menusuk tajam sampai - sampai Wilson bergidik ngeri merinding dan membeku di depan pintu.

'Matilah aku!' Batinnya.

Wilson menghela napas dan berbalik dengan ekspresi lelah dan kecewa.

"Siapa namanya?" Tanya David santai dengan matanya yang masih tetap sibuk fokus bergerak membaca dokumen digenggamannya.

"Ah? Iya?" Wilson dibuat bengong menatap bosnya yang bertanya dengan tenang dan santai tanpa memandangnya.

"Apakah kamu kekurangan uang untuk pergi ke pusat THT?" David masih sama.

"Hah?" Wilson hanya terheran - heran, bukankah tadi bosnya tidak begitu tertarik dan tidak ingin tahu.

Lantas..

Tak kunjung mendapatkan jawaban David kembali bertanya, kali ini meski masih terdengar tenang tapi agak terselip kekesalan.

"Apa aku harus mengulang sepuluh kali atau kamu mau cashbon gajimu bulan ini untuk pergi ke—"

"Saya tidak begitu jelas mendengarnya, hanya saja sepertinya nama keluarganya Edsel. Hanya itu yang saya dengar sekilas saat lewat depan ruang HRD." Wilson buru - buru menjawab takut David kesal.

Seketika David mendongak ke arah Wilson.

Matanya menyipit tajam , tatapannya dingin menusuk membuat Wilson sekali lagi bergidik ngeri.

Seolah apa yang tadi disebut oleh Wilson memancing sesuatu dalam diri David bahkan ia sampai mendongak menatap Wilson.

Wilson agak heran sekaligus takut.

Saat David ingin buka suara untuk mengatakan sesuatu, Wilson buru - buru membuka pintu "Masih ada yang harus saya urus, izin pamit." Seolah takut mendengar kata 'potong gaji' lagi dan tak mau memperpanjang masalah dengan bosnya tersebut.

Pintu ditutup dan meninggalkan David yang menatap tajam ke arah pintu tersebut, namun beberapa detik kemudian kembali terbuka.

Masih orang yang sama yang keluar terburu - buru, Wilson menyembulkan sedikit kepalanya.

"Masih ada di ruang HRD." lalu setelahnya pintu ditutup kembali.

David mengernyit agak sedikit dongkol dengan asisten pribadinya tersebut yang seolah menyiratkan 'Aduh bos kalau mau tahu lihat sendiri sana'.

Namun David kembali tenggalam dalam pikirannya tentang calon sekretaris barunya, "Edsel..." suaranya seolah bertanya dan penasaran.

Tiba - tiba tangan David mengepal dengan wajah dingin seolah kesal dan sedih bercampur, nama belakangnya itu..

Seolah - olah mengingatkannya akan sesuatu.

Dia memejamkan mata sebentar.

David beranjak dari kursi kerjanya dan mulai berjalan keluar, seolah rasa penasaran dan sesuatu yang berkecamuk di hatinya menggerakkan langkah kakinya menuju ke lantai 10 tepat dimana Ruang HRD berada.

Lantai ruang kerja David sebagai seorang CEO tentunya berada di lantai 23 paling atas, beberapa menit di dalam lift menuju lantai 10 pintu lift akhirnya terbuka.

Beberapa staff dan karyawan di lantai tersebut menyapa dan memberi hormat pada David yang hanya membalasnya dengan anggukan dan tatapan dingin tajam lurus kedepan.

Di lorong menuju ruang HRD, langkah kaki David tiba - tiba saja terhenti.

Sekilas dirinya dapat mendengar suara yang begitu familiar ditelinganya, sampai saat dia melangkah lebih dekat dan melihat seorang gadis yang familiar dari balik kaca pintu yang menjadi pembatas antara ruang bagian pemasaran dan ruang HRD.

Gadis itu sedang berbincang - bincang dengan Harry Fergal yang merupakan kepala Manajer HRD di perusahaannya ini.

Mata David terbelalak tak percaya dan hatinya seperti diremas dipaksa berhenti bernafas, ada beban berat saat melihat gadis tersebut.

"...." David tertegun, sebelum...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 2 Ternyata itu dia

    "Liana..." Matanya tak percaya dengan apa yang dia lihat, firasatnya setelah mendengar nama keluarga 'Edsel' dari mulut Asisten Pribadinya tersebut. Kini dibenarkan langsung oleh kenyataan di depan matanya. Ya, gadis itu adalah Liana Edsel. Seorang gadis cantik yang menjadi kekasihnya dua tahun yang lalu.Mereka menjalin kasih selama satu tahun, sebelum gadis itu tiba - tiba menghilang tanpa jejak atau sepatah katapun.Pergi tanpa memberikan penjelasan mengapa dan menggantungkan hati dan cintanya yang bahkan frustasi mencari - cari keberadaannya namun hasilnya nihil. Keluarga dan teman dekatnya juga bahkan bungkam soal keberadaannya membuatnya semakin frustasi dan putus asa untuk mencari. Berusaha tetap tenang dan ingin melupakan setelah dua tahun tak kunjung menemukan. Namun kini.. Takdir macam apa ini?Kembalinya sosok yang ia kenal, dan ternyata gadis yang dia cari selama dua tahun belakangan ini, hari ini gadis itu datang sendiri kehadapannya. Ditengah dirinya yang ingin

    Last Updated : 2024-12-19
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 3 Kenal namun terasa asing

    Liana melihat sepatu hitam mengkilap terkesan mahal berada dibawah pandangnya membuatnya mendongak, pandangan mereka saling bertemu. Kakinya ingin melangkah mundur namun terasa berat, dirinya membeku di tempat sambil menatap sorot tajam dan dingin itu. Jantung Liana seperti dipaksa berpacu, seolah dapat meledak kapan saja menghadapi tatapan dingin dari pria di depannya tersebut. Wangi musk khas David yang tak pernah berubah kembali tercium dan terpancar dari tubuh David yang begitu dekat.Terkesan hangat, maskulin, sedikit manis sekali lagi menerobos indra penciuman Liana menambahkan efek debaran dalam jantungnya yang seolah memaksa akalnya untuk mengenang hal yang sama.Pria di depannya ini sungguh adalah kekasih yang ia tinggalkan dua tahun lalu. Tidak disangka akan kembali bertemu dengan cara seperti ini. Meski sekeras apapun dia berusaha menghindar.Aroma khas parfurm ditubuhnya itu tentu saja tidak terlupakan juga tidak sedikitpun berubah.David mencondongkan tubunya kearah Li

    Last Updated : 2024-12-19
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 4 Apa hanya kata Maaf yang kamu tahu

    Liana's PoVHari ini aku sangat senang sekali.Setelah mencari kerja di berbagai tempat setelah kepulanganku ke kota kelahiranku ini, akhirnya aku diterima di perusahaan besar dengan gaji yang menjanjikan. Namun hari ini...Sungguh.. Sungguh sangat diluar dugaanku. Aku bertemu kembali dengan seorang Devan. Dia adalah kekasih yang aku tinggalkan dua tahun lalu dengan alasanku tersendiri.Ceritanya begitu panjang untuk diceritakan, mungkin panjangnya seperti struk belanja selama satu tahun lebih.Anehnya, hari ini aku baru mengetahui nama asli dan nama lengkap serta nama keluarganya. Itu, David Evans Hubert. Dan dia merupakan seorang CEO perusahaan besar raja bisnis di kota kami, Perusahaan Hubert tempatku diterima bekerja saat ini. Jadi rumor yang dulu aku dengar itu memang benar adanya.Dan lagi...Setelah menghilang selama dua tahun dan berusaha menghindar darinya. Aku tidak menyangka bahwa kami pada akhirnya akan dipertemukan lagi.Tapi... Mengapa harus dengan cara seperti ini

    Last Updated : 2024-12-21
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 5 Sudah terbiasa bukan?

    Liana's PoV "Kamu memang sudah terbiasa seperti itu?" Kata - katanya membuatku mengerutkan dahi, sontak akupun mengangkat kepalaku dan mata kami saling bertemu pandang. Ada tatapan begitu rumit dari matanya, terasa seperti dibalik aura dingin dan suram itu jugq terselip kerinduan dan kesedihan yang mendalam. Ntahlah, apa memang seperti itu atau mungkin hanya sekedar perasaanku belaka. "Terbiasa membuat kesalahan, mengulanginya dan dengan mudahnya mengucapkan kata maaf seolah hanya dengan kata maaf saja semua masalah akan selesai, begitu?" Kata demi kata ia lontarkan ntah kenapa seperti memberiku beban, setiap kata terasa sangat tajam seolah belati tajam melayang menusuk hati. Aku sungguh antara fokus tak fokus mendengarkannya. Karena memiliki perasaan aneh tiap kali dia bicara. Aku masih menatapnya dengan heran berusaha menerka - nerka maksudnya. Namun juga takut dan ragu dengan terkaanku sendiri. Sambil menerka nerka dalam hati, hal tersebut tanpa sadar membuat

    Last Updated : 2024-12-21
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 6 Kamu tidak akan bisa lari lagi

    David's PoV Hari ini cukup sibuk. Setumpuk dokumen yang terasa sangat menjengkelkan setiap kali aku melihat mereka seolah tidak ada habisnya dan tidak memberiku jeda untuk beristirahat sedikitpun. Terkadang beberapa orang juga masuk silih berganti meminta revisi atau ACC dariku. Aku memijat pelipisku agak sedikit penat. Tetapi sebenarnya kesibukan ini cukup membantuku melupakan sesuatu yang sangat ingin aku lupakan. Sesuatu yang selalu membuatku frustasi. Aku mencoba kembali fokus memeriksa setiap dokumen kerja sama dan dokumen lainnya dengan seksama, juga beberapa dokumen dan surat - surat yang juga menunggu untuk direvisi. Saat sedang asik dengan duniaku, tiba - tiba saja Wilson datang. Tentu saja, apalagi kalau bukan membawa setumpuk kertas untuk kulihat. Namun kali ini dia membawa sesuatu yang menarik perhatian serta pendengaranku. Seolah merangsang ingatan lama kembali memenuhi pikiranku. Ya.. Pikiran yang telah lama ingin akh lupakan dan kubur dalam - dalam tentang ha

    Last Updated : 2024-12-21
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 7 Sedikit berubah

    David's PoVSaat dia membalikkan badan untuk menyapaku matanya yang terbuka lebar mungkin terkejut melihatku, ekspresi itu membuatku berdegup kencang ntah mengapa. Namun. Aku masih menatapnya dengan dingin dan agak kesal. Aku mencoba menerka - nerka isi hatinya, namun tak bisa. Kedua mata kami saling bertemu pandang, ku tatap lekat mata indahnya yang merupakan perpaduan coklat keemasan. Mata elegan yang meneduhkan itu, mata yang membuatku jatuh hati sejak pertama kali menatapnya. Dia sedikit banyaknya telah berubah, kamu sungguh menjadi lebih dewasa dengan bentuk tubuh yang semakin indah. Sial! Liana, jika seperti ini pasti akan ada banyak pria yang jatuh cinta padamu. Bagaimanapun juga, aku... Aku.. Aku sedikit frustasi memikirkan kemungkinan - kemungkinan tersebut. Terbesit rasa sakit dan sedih serta kemarahan dalam saat aku menatapnya, juga ada kecemasan serta rasa lainnya yang tak dapat ku mengerti. Untuk beberapa saat suasana menjadi hening. Lalu liana buru - buru meme

    Last Updated : 2024-12-22
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 8 Bawahan yang menjengkelkan

    David's PoV Kali ini tak sedikitpun terbesit dalam benakku tentang sebuah niatan untuk melepaskanmu. Yang ada akan ku pastikan kamu selalu dalam genggamanku. Liana... Sungguh jangan harap kamu bisa melarikan diri lagi kali ini. Aku akan meminta semua pertanggung jawaban atas rasa sakitku. Mataku masih asik memandanginya yang tentu saja sedang melamun, aku pun berdeham dan membuatnya sedikit tersentak dan tersadar. Kepala gadis itu menengadah keatas dan pandangannya bertemu dengan tatapanku yang sedari tadi menatapnya dengan dingin dengan berbagai pikiran dalam benakku. Dan ntahlah, apa dia sadar atau tidak bahwa setiap kata yang ku lontarkan untuknya merupakan sebuah 'sindiran'. Aku tak mempedulikan orang disekitar, fokusku hanya tertuju padanya. Tak peduli pemikiran orang ketiga diantara kami itu. "Nona Liana, nanti akan ada orang yang antar untuk mengarahkan dan memberitahu letak ruang kerja—" Mendengar Harry bicara seperti itu, aku memotongnya tak memberi kesempatan untu

    Last Updated : 2024-12-23
  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 9 Masih milikku

    David's PoV "Kamu memang sudah terbiasa seperti itu?" Kataku remeh dan sinis. Mendengar hal tersebut dia mendongak mengerutkan dahi, mata kami saling bertemu pandang. Namun begitu menatap mata indah gadis tersebut aku merasa ada kesedihan dihatiku juga kerinduan yang mendalam. Liana.. Aku benar - benar tak bisa membencimu sepenuhnya. "Terbiasa membuat kesalahan, mengulanginya dan dengan mudahnya mengucapkan kata maaf seolah hanya dengan kata maaf saja semua masalah akan selesai, begitu?" Aku buru - buru mengubah diri ke mode dingin dan serius lagi. Dapatku lihat ada tatapan bingung dan rumit di wajah gadis manis tersebut, ntah mengerti atau tidak maksud perkataanku. Namun tatapannya juga sedikit kosong. Apa dia melamun? "Ekhmm.." tanganku mengepal menutupi mulut gaya khas orang berdeham. "Ah?!.." dia menggelengkan kepala seperti seseorang yang berusaha mengumpulkan kembali fokus dan nyawanya. Aku mengubah ekspresiku menjadi santai. Sekali lagi berdeham. "Ek

    Last Updated : 2024-12-25

Latest chapter

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 27 Tanyakan pada diri sendiri

    “Namun, dua tahun yang lalu dia tiba – tiba menghilang…” Lanjut David dengan ekspresi kalem, nadanya yang tenang menutupi kesedihan pada kata – kata yang baru saja ia ucapkan.Mendengar hal tersebut, seketika Liana menundukkan kepalanya tak berani menatap David.Wajahnya nampak sedih dan merasa bersalah namun ada sesuatu dalam diri dan hatinya yang seolah ingin keluar untuk menjelaskan sesuatu yang kontras dengan raut wajahnya.Mungkin saja perasaan kecewa?“Setelah kepergiannya yang tanpa kabar atau bahkan sepatah kata itupun, duniaku seakan – akan runtuh saat itu juga..” Kali ini nada bicara David terdengar sedikit suram dan kecewa.“Selama dua tahun belakangan ini aku berusaha mencari keberadaannya, bertanya – tanya kenapa dia pergi meninggalkanku begitu saja dan dimana dia? Bagaimana kondisinya? Apakah dia hidup dengan baik? Atau… Apakah dia baik – baik saja tanpaku?”.David membuka matanya mengintip untuk mengetahui reaksi Liana setelah ia berkata seperti itu.Dilihatnya Liana me

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 26 Sebuah kopi bersama dengan kenangannya

    Setelah mendapatkan perintah dari dalam, Liana masuk dan mendapati sosok David tengah menyibukkan diri tenggelam dalam tumpukkan dokumen di hadapannya.Fitur wajahnya yang tampan nan tegas begitu dingin dan serius menatap benda - benda tersebut.Wibawanya terasa begitu lekat dan kuat.Seketika hati Liana dipenuhi sesuatu, Liana merasa sosok di depannya tersebut terasa begitu asing.Dirinya terdiam beberapa saat berdiri di ambang pintu, sebelum berbicara, "Tuan David.. ini... Kopi anda.".Mendengar suara tersebut David sontak mendongak sekilas untuk melihat kearah sumber suara tersebut.Dengan dingin dan acuh tak acuh ia menatap sosok gadis di depanya tersebut, kemudian ia kembali menunduk membaca dokumen yang ada di genggamannya.Liana yang hanya mendapati lirikan singkat nan dingin tersebut secara singkat membuat dahinya berkerut bingung."Letakan saja di meja." Katanya singkat setelah keheningan beberapa saat.Namun bagi Liana perintah tersebut terasa ambigu.'Meja yang mana?' Batin

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 25 Jangan salahkan aku itu menyesakkan

    David's PoVDan setelahnya dia membuatku agak dongkol. "Kalau begitu cuti lima hari boleh?" Wilson bertanya dengan ragu dan canggung. "Boleh.." Jawabku dengan santai, tenang dan halus. Mataku masih sibuk dengan berkas - berkas di hadapanku ini. "Bagaimana kalau satu minggu?" Tanyanya lagi aku dapat mendengar keraguan dqlam nada bicaranya. Namun tak masalah. Kalau dia mau begitu akan kuberikan. "Boleh.." jawabku masih sama. "Kalau satu bulan..... B-boleh?" Hatiku terasa dongkol, pandanganku masih menunduk dan sudut mataku sedokit berkedut kesal namun aku kembali tenang. "Boleh.. Segitu juga gk masalah.." Namu aku masih menjawabnya dengan sama, sangat tenang. "Hah? Serius? Tuan..." Aku dapat mengetahui bahwa dia terkejut tanpa melihat ekspresinya, hanya dengan nada bicaranya. "Tentu saja." Ku hentikan aktivitasku, kemudian aku mendongak menatap Wilson dengan senyuman yang menyiratkan kedongkolan.Sebelum mulut Wilson terbuka untuk mengatakan sesuatu yang masih tertahan di da

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 24 Diri sendiri yang tidak masuk akal

    David's PoV Entah mengapa melihat ekspresinya tadi yang begitu senang dan puas saat melihat dekorasi ruang kerjanya membuatku memiliki suasana hati yang cukup cerah dan bagus hari ini. Tanpa sadar senyuman dibibirku terukir tipis. Aku menatap jauh langit biru yang cerah di luar jendela. Seketika terlintas dalam benakku apa yang barusan saja ku lihat. Reaksinya terlihat senang dan nyaman, terutama saat menggambarkan perasaannya pada bunga melati di dalam lukisan itu. Wilson sungguh terima kasih, pengaturannya tidak buruk juga. Bahkan sangat baik."Liana.. Aku masih ingat detail tentangmu, semua.. Termasuk apapun yang kamu sukai.. Sekarang akan kuberikan perlahan." Aku tersenyum puas dengan mata terpejam kemudian kembali membukanya untuk melihat pemandangan hamparan satu kota Lincoln dari jendela yang sedang ku tatap. "Heh, gadis kecil masih bersemangat dan penuh tekad seperti dulu ha. Kita lihat saja bagaimana kedepannya, bukan berarti aku gk akan memberikanmu pelajaran, gadis n

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 23 Aku juga ingin mencobanya

    Tangannya mengepal melihat sosok dalam foto di layar laptopnya itu."Hm.. Ternyata dia.." Seketika ekspresi David menjadi sangat serius, ada kilatan amarah dan posesif dalam matanya."Liana.. Sama dia sekalipun, gk akan ku kasih. Jangan harap..."Tangannya mengepal, beberapa saat kemudian jari - jarinya dengan cekatan menggerakan mouse mengarahkan kursor dengan tepat pada suatu halaman.Matanya menatap serius dan menjelajahi dengan cermat isi halaman tersebut."Kita lihat saja nanti..."Kemudian dirinya menelpon seseorang......KlikBunyi pintu terbuka.Wilson mendongak dengan ekspresi agak senang.Liana tersenyum ramah melihat sosok Wilson yang sedang duduk di meja kerjanya yang menatap kerah Liana dengan riang."Kamu sudah kembali?" Wilson memiringkan kepalanya pandangannya teralih kearah dua cangkir dengan kepulan asap yang berada dalam genggaman Liana. Alis Wilson menyatu seolah 'Apa sebegitu beratnya tugas yang diberikan, sampai harus minum dua cangkir? Kenapa tidak pakai yang

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 22 Sebuah izin dan sesuatu

    Wilson pun terkejut dengan pemandangan yang baru saja ia lihat.‘Lagi?’ Batinnya, dahinya mengerut kebingungan.‘Apa aku gk salah lihat lagi? Tuan David, tersenyum ‘lagi'?’’ Masih dalam batin seorang asisten pribadi yang menatap Tuannya yang sedang tersenyum menatap jauh keluar jendela tersebut.Entah apa yqng ada dipikirannya saat ini.Dahi Wilson berkerut kebingungan.Mungkin merasa tak mendapat respon dari sang bawahan, pandangannya berubah beralih menatap dingin sosok Wilson, senyum yang terukir di bibirnya seketika pudar digantikan oleh ekspresi yang menunjukkan sikap ketenangan. David berdeham sambil menarik kerah kemejanya yang tidak berantakan.Matanya terpejam kedua tangannya bertopang didagu."Kamu.." Matanya masih terpejam dengan dagunya yang masih bertopang di tanganya seolah sedang memikirkan sesuatu.Seketika Wilson menegang. Buah adamnya naik turun menelan ludah menantikan perkataan bosnya tersebut selanjutnya."Y-ya, Tuan.." Wilson menelan ludah, jakunnya naik turun

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 21 Seperti bukan memperlakukan karyawannya

    Wilson pun teringat kejadian kemarin pagi. Itu terjadi begitu cepat, seketika dirinyapun flashback dengan wajah sedikit lelah dan jengkel. Wilson yang pada hari itu sudah cukup direpotkan dengan mengurus pertemuan bisnis dan urusan lainnya pun tiba - tiba ditelpon oleh Tuannya tersebut untuk segera kembali ke perusahaan. Nadanya terdengar dingin dan mendesak. Dia disuruh kembali dengan cepat. Wilson sempat berpikir itu mungkin adalah urusan mendesak dan penting atau terjadi suatu masalah, namun setelah Wilson bergegas kembali ke kantor dan masuk kedalam ruang kerja David untuk menghadap. "Tuan, apa ada masalah?" Wilson terengah - engah karena dirinya terburu - buru datang, namun seketika itu juga dahinya berkerut melihat David sedang duduk santai bersandar pada kursi kerjanya dengan mata terpejam. "Oh.. Sudah datang." David dengan santai, matanya terbuka dengan tatapan tertunduk kearah Wilson. Wilson hanya menjawab dengan anggukan. Seketika David berdiri dan pergi kelua

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 20 Sebuah tekad

    Begitu melihat kearah yang dituju sudah disambut oleh tatapan tajam dan dingin oleh David yang tertuju pada Wilson."Lupa tugasmu?" David dengan nada dinginnya.Wilson hanya menelan ludah dan terdiam tidak tahu bagaimana dia harus merespon."Kalau begitu biar aku ingatkan." Kali ini nadanya terdengar sangat mengancam, matanya masih menatap tajam sosok Wilson yang sedang tegang."Aku suruh kamu bantu dia untuk jelaskan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan, 'mengarahkannya'. Bukan membicarakan hal diluar itu." Ekspresinya begitu suram kedatangannya seperti membawa hawa dingin yang kelam dan menusuk, setiap perkataan dia tujukan pada Wilson dengan penuh penekanan seolah mengisyaratkan sesuatu.Wilson pun tersenyum kikuk dan mengangguk, tangannya yang bebaspun memegangi lehernya yang sebenarnya tidak pegal."B-baik Tuan." Liana menatap Wilson dan David secara bergantian, seolah bingung dengan David yang tiba - tiba datang dan bersikap begitu sinis dan dingin."Tuan Wilson menjelaska

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 19 Sebuah kenyamanan yang tak ia sadari

    "Nona Liana, ini.." Ditangannya ada sebuah kartu dengan wajah dan nama Liana.Liana menatapnya dengan bingung."Kartu akses ruangan kita." Wilson dengan santai masih selalu tersenyum."R-ruangan kita?" Tanyanya heran, kedua alisnya terangkat dengan lucu saat matanya membesar menatap sosok Wilson.Wilson mengangguk sambil terkekeh."Mulai hari ini, kita itu teman satu ruangan. Mejaku ada di sebelahmu. Kedepannya kalau Nona ada kesulitan atau apa bisa langsung mendatangiku." Wilson dengan santai menjelaskan, dirinya berpikir ekspresi gadis di depannya ini begitu lucu dan menggemaskan."Ah.. Aku mengerti, terima kasih Tuan Wilson. Kedepannya mohon bantuannya." Liana tersenyum dengan senang sambil mengangguk. Dia merasakan sebuah perasaan kelegaan bahwa ternyata dirinya masih memiliki teman seruangan."Ambillah, kamu coba sendiri." Wilson kembali menyodorkan kartu ditangannya tersebut kepada Liana.Dia pun mengambil kartu akses tersebut dengan sopan, menatapnya seolah harta paling berharg

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status