Share

Bab 2

Author: AliceLin
last update Huling Na-update: 2025-06-25 19:10:03

“Berengsek!” Sherin menggeram kesal.

Napasnya memburu saat derap kaki beberapa pria berseragam hitam terdengar kian dekat di belakangnya.

“Mereka pikir bisa menangkap pelari handal sepertiku?” tukas gadis itu seraya berdecak kasar.

Ia menarik troli makanan dan menjatuhkan semua isinya, lalu kembali berlari sembari menjatuhkan benda apa pun yang bisa menghambat pengejaran para pengawal Marco.

Begitu mencapai lobi, ia langsung menembus pintu kaca dan menyapu pandangan ke sekelilingnya dengan panik hingga akhirnya berhenti pada sosok pria berseragam staf hotel yang baru saja keluar dari mobil yang diparkirkan di area valet.

Tanpa berpikir panjang, Sherin menghampirinya. Ia harus mendongak karena tubuhnya hanya setinggi pundak pria itu saja.

Sherin tertegun, menatap rupa petugas hotel tersebut. Mata biru tajam, alis tebal, garis rahang tegas, hidung tinggi, dan bibir maskulin yang menggoda. Benar-benar terlihat seperti keluar dari lukisan maha karya yang sempurna.

Sorot matanya begitu tenang dan berwibawa. Sherin merasa pria itu terlalu menawan dan berkelas untuk bekerja sebagai petugas valet. Namun, ia segera menggeleng pelan. Bukan saatnya mengagumi pria tampan, pikirnya.

“Maaf, saya tahu ini gila. Tapi … tolong bawa saya pergi dari sini. Saya akan membayar berapa pun!” ucap Sherin cepat, di sela-sela napas yang masih memburu.

Pria itu mengerutkan kening, menatapnya dari atas ke bawah dengan sorot mata penuh curiga.

Penampilan Sherin memang sangat kacau. Selain bertelanjang kaki, riasan wajahnya juga luntur, rambut emas bergelombangnya tergerai tidak beraturan dan gaun pengantin yang dikenakannya juga dipenuhi noda makanan yang dicecerkannya tadi.

Sikap diam pria itu mengikis kesabarannya. Akhirnya Sherin terpaksa merampas kunci mobil dari tangan petugas hotel itu.

“Nona, apa yang─”

Sherin tidak memberi pria itu kesempatan menyelesaikan kalimatnya. Ia segera masuk ke dalam mobil dan duduk di balik kemudi.

Baru saja ia menyalakan mesin, pintu sisi penumpang terbuka. Petugas itu langsung duduk di sampingnya. Dengan cepat pria itu mencengkeram kuat lengan Sherin yang hendak memindahkan gigi mobil.

“Apa yang kamu lakukan?” hardik Sherin, tersentak.

“Seharusnya saya yang bertanya seperti itu, Nona Pencuri.” Suara datar pria itu terdengar menusuk.

“Pe-Pencuri?” Sherin terbelalak. “Siapa yang mencuri?! Saya hanya—”

“Merampas kunci dan kabur dengan mobil yang bukan milikmu. Apakah tidak termasuk mencuri?” sela pria itu dengan dingin.

Sherin terdiam. Ia tahu ucapan pria itu benar. Akan tetapi, saat ini ia berada dalam situasi yang mendesak. Selain tidak memiliki waktu untuk menjelaskan, cekalan tangan pria itu juga semakin kuat.

Sherin meringis kesakitan. Namun, pria itu tidak menaruh sedikit pun belas kasihannya.

“Lepaskan tanganku atau kamu akan menyesal!” gertak Sherin, menahan sakit.

Alih-alih merasa takut, pria itu malah menaikkan satu alis tebalnya dan menyeringai remeh. Sikap angkuhnya membuat darah Sherin terasa mendidih. Namun, ia mencoba untuk mendinginkan kepalanya.

Otaknya mulai bekerja dengan cepat untuk mengalihkan perhatian pria itu. Akhirnya dengan satu gerakan spontan, tangan kirinya menarik kerah baju pria tersebut dan tanpa berpikir dua kali, ia mengecup bibir pria itu!

Mata dingin pria itu membulat syok. Tubuhnya membeku. Namun, tidak ada penolakan darinya.

Sherin sendiri juga ikut terpaku. Ia nyaris tak bisa bernapas saat merasakan kehangatan dan kelembutan dari bibir pria tersebut.

Aroma maskulin menyergap hidung Sherin—campuran woody dan mint yang begitu kuat, menyelinap ke indera penciuman dan menyulut sensasi aneh di tubuhnya. Sensasi yang seharusnya tak muncul dalam situasi genting seperti ini.

‘Fokus, Sherin!’ pekik gadis itu dalam hati.

Ia buru-buru memaksa pikirannya kembali ke tujuan awal. Ketika merasakan cengkeraman pria itu melemah, dengan cepat Sherin mendorongnya menjauh.

Akan tetapi, pria itu lebih cepat. Tangan kuatnya menarik pinggang Sherin, kembali memangkas jarak mereka, dan bisikan panas menggelitik telinga gadis itu.

“Ciumanmu sangat payah, Kucing Nakal. Biar kuajarkan cara yang benar.”

Sebelum Sherin sempat memberikan respon, bibirnya telah dibungkam. Tidak seperti kecupan kaku yang dilakukan Sherin sebelumnya, ciuman pria itu lebih menuntut, penuh gairah dan tidak terkendali.

Bibir Sherin dilumat tanpa ampun. Lidah pria itu menyapu celah bibirnya, meminta akses untuk menjelajah lebih jauh dan akhirnya berhasil mendesak masuk untuk menyentuh setiap inci ruang di dalam mulutnya.

Sherin terperanjat, tetapi tubuhnya membeku di bawah gelora mendebarkan yang menjalar cepat, seperti ribuan aliran listrik yang menyengat

Sherin tahu ini salah! Ini gila!

Akan tetapi, tubuhnya telah terperangkap dalam gairah yang perlahan membakar batas pertahanannya dan meruntuhkan sedikit demi sedikit akal sehatnya.

Untuk pertama kalinya gadis itu merasakan ciuman panas yang menggetarkan hati dan pikirannya.

Saat akhirnya lenguh kecil lolos dari bibirnya, Sherin sadar … pria ini tahu persis cara menaklukkannya.

‘Sial!’ rutuk Sherin di dalam hati.

“Di sana!”

Teriakan salah seorang pengawal Langdon menyadarkan Sherin kembali ke realita. Saat ia melirik ke arah spion, para pengawal tersebut telah berlari ke arahnya.

Sontak, Sherin melepaskan tautan bibirnya, mendorong dada pria itu dengan segenap kekuatannya. Tanpa membuang waktu, Sherin memindahkan persneling ke posisi drive, lalu─

BRUUM!

Mobil melesat meninggalkan hotel.

Sherin mencengkeram setirnya erat-erat. Jemarinya masih gemetar. Jantungnya pun masih berdetak liar—entah karena pengejaran yang menegangkan atau karena kehangatan yang masih tersisa di bibirnya.

Namun, Sherin tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal tersebut lebih jauh, khawatir para pengawal Marco masih belum menyerah.

Di tengah ketegangan yang masih menyelimuti pikirannya, tiba-tiba suara berat pria di sampingnya terdengar.

“Siapa mereka? Jangan bilang kalau kamu juga mencuri sesuatu dari mereka?” sindirnya.

Sherin menoleh. Tidak ada rasa bersalah sedikit pun di wajah pria di sampingnya itu. Padahal tadi pria itu telah memporakporandakan pertahanannya dengan ciuman yang bergelora.

Dengan gerakan tenang dan terasa memikat, pria itu mengusap bibir bawahnya dengan ibu jarinya.

Wajah Sherin memerah. Ia memalingkan pandangannya kembali ke depan. “Tu-tutup mulutmu! Aku tidak mencuri apa pun. Kalau tidak tahu, jangan asal bicara,” balasnya dengan gugup.

“Masih mau mengelak, huh?” Pria itu mencibir. Tidak ada sedikit pun rasa hormat yang ia berikan kepada Sherin. “Jelas-jelas sekarang kamu sedang duduk di mobil curianmu, Kucing Nakal.”

“Aku cuma pinjam sebentar. Dan berhenti memanggilku seperti itu!” balas Sherin. Suaranya semakin meninggi.

“Meminjam? Dengan merampas kunci?” Pria itu tertawa mengejeknya.

Sherin menggertakkan giginya. Ia tahu alasan apa pun yang ia berikan tidak akan mampu meyakinkan pria itu. Karena kesal, ia menginjak pedal gas lebih dalam, lalu mobil membelok tajam ke kanan. Alhasil─

BRAK!

Tubuh pria itu terhempas ke depan. Kepalanya membentur dashboard sebelum akhirnya terpental kembali ke sandaran kursinya.

“Gadis gila!” geram pria itu.

Sherin melirik dingin. “Kalau kamu masih ingin hidup, duduk diam dan berpeganganlah.”

“Beraninya kamu mengaturku! Apa kamu tahu siapa─”

Belum sempat pria itu menyelesaikan ucapannya, Sherin telah membanting setirnya ke kiri. Mobil kembali berbelok tajam di tikungan. Suara klakson dan derit rem bersahutan di sekeliling mereka, tetapi Sherin tetap tidak melambat.

Pria di sampingnya tidak memiliki pilihan lain selain mencari pegangan untuk mempertahankan nyawanya. Ia tampak berusaha menahan diri untuk tidak mengumpat.

Sherin pun tersenyum puas saat melihat ia berhasil lolos dari pengejaran para pengawal Langdon. Namun, satu masalah lain masih menantinya.

“Berhenti sekarang atau aku akan menyerahkanmu ke polisi, Nona Pencuri!” ancam pria itu.

“Aku bukan pencuri! Apa kamu pernah melihat pencuri secantikku?!” bentak Sherin tanpa menoleh.

“Cantik?” Pria itu tersenyum mengejek. “Aku tidak melihat ada kecantikan apa pun darimu.”

Sherin mendelik tajam. “Kau─!”

TIN! TIN! TIN!

Klakson panjang yang nyaring menyela ucapan Sherin. Ia menoleh cepat ke depan.

Ternyata dari arah berlawanan, sebuah truk besar melaju ke arah mereka dengan kecepatan tinggi. Mata Sherin dan pria di sampingnya membulat besar.

“AWAS!”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
LuckyStar
woyyyyy....apa yg kalian lakukan baru ketemu udah main sosor²an wkwkwk
goodnovel comment avatar
Vha Candra
fokus Sherin malah berdebat udh kayak tom and Jerry ......
goodnovel comment avatar
Mbak Nana
astaga hati hati Sherin awas
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Berbahaya Suami Dadakanku   Bab 33

    “Seperti dugaanmu, Bernard Murray memang orang yang cukup licik dan serakah. Sudah banyak beredar rumor buruk tentangnya, tetapi berkat seseorang, semua isu itu berhasil dialihkan. Dan kamu pasti tahu siapa orangnya,” imbuh Sophia lebih lanjut.Arnold memutar pelan gelas whiskey di tangannya. Jelas siapa yang Sophia maksud, kemungkinan besar Frans Langdon-lah yang yang berada di balik pergerakan calon politisi itu.Arnold menatap cairan keemasan di dalam gelasnya, seolah bisa membaca jejak langkah lawannya di sana. Alih-alih menggali informasi lebih lanjut, ia menyoroti Alvin yang tengah asyik bersenang-senang dengan para bawahannya yang lain.“Apa bocah itu masih sering memberikan masalah untukmu selama aku pergi, Madam Nolan?” tanya Arnold seraya menunjuk pemuda itu dengan dagunya.Sophia mengikuti arah pandang Arnold, lalu mendengus kecil. “Tiada hari dia tidak berulah. Bukannya bekerja, dia malah sibuk menggoda semua wanita yang ditemuinya. Entah mau jadi apa dia nanti.”“Walaupun

  • Pesona Berbahaya Suami Dadakanku   Bab 32

    Musik hingar bingar memenuhi ruangan VIP Diamond. Terdengar suara tawa dari beberapa pria dan wanita yang sedang menikmati minuman berkelas, ditemani alunan musik live yang memekakkan telinga.Lampu kristal berpendar lembut, memantulkan kilau dari botol-botol champagne yang berjajar di atas meja marmer. Asap cerutu tipis menari di udara, bercampur dengan aroma alkohol yang menusuk.Tampak Alvin yang tengah memasang wajah serius, tangannya menggenggam stik biliar dengan penuh konsentrasi. Ia membungkuk, menatap bola putih seolah ingin menembusnya dengan sorot matanya. Satu kali pukulan, bola meluncur cepat namun berhenti beberapa sentimeter sebelum mengenai target.“Ah, sial!” gerutunya sambil mengumpat kecil, membuat pria-pria lain di sekitar meja tertawa.King, yang sejak tadi hanya berdiri santai dengan tangan terlipat di dada, melangkah maju dengan tenang. Ia mengambil stik biliarnya tanpa banyak bicara.Dengan gerakan sederhana, bola putih melesat mulus, memantulkan sisi meja, dan

  • Pesona Berbahaya Suami Dadakanku   Bab 31

    Sherin masih terpaku di depan pintu hingga salah satu pria mengisyaratkannya untuk masuk. “Kemarilah, Kucing Manis. Ayo temani Kakak minum.”Tamu pria itu menepuk tempat kosong di sampingnya. Senyum lebarnya memperlihatkan deretan gigi yang sudah tak lagi rapi dan menguning.Mendengar tawaran itu, satu alis Sherin menukik naik. ‘Dasar tua bangka tidak tahu diri. Dia bilang apa? Kakak? Apa dia tidak berkaca dulu sebelum keluar rumah tadi?’Ia menahan lidahnya agar tidak menyemburkan umpatannya. Demi pekerjaannya, ia memilih diam. Dengan penuh keengganan, gadis itu mendorong trolinya dan berdiri di tengah ruangan.Ketiga tamu paruh baya itu tidak mengenakan topeng mereka sesuai aturan kelab sehingga Sherin bisa melihat jelas wajah mereka. Kening Sherin langsung mengernyit saat tatapannya tertuju pada salah seorang tamu.Pria berperut buncit itu duduk sambil memeluk pinggang dua wanita pendamping kelab berpakaian seksi di kedua sisinya. Terlihat beberapa bekas lipstik di wajah gempalnya

  • Pesona Berbahaya Suami Dadakanku   Bab 30

    “Jack! Apa yang kamu lakukan di sana? Kemarilah!” Sophia Nolan tiba-tiba berteriak lantang padanya.Alvin mendengus kesal karena kesenangannya lagi-lagi diusik. “Dasar tante-tante cerewet,” gerutunya. Namun, ia tetap berjalan ke arah wanita itu.Sementara, Sherin masih terpaku di tempat, menatap King yang kini berdiri tegak di tengah ruangan dengan dikerumuni oleh para pengagumnya. Ia tidak dapat melepaskan tatapannya dari pria bertopeng perak itu.Aura yang terpancar dari sosok itu begitu kuat, hampir terasa seperti magnet yang memaksa semua mata menatap ke arahnya. Ketika tatapan dingin King tiba-tiba beradu dengan matanya, bulu kuduk Sherin meremang seketika.Napasnya nyaris tercekat saat melihat pria itu tersenyum tipis. Senyuman samar yang nyaris tidak terlihat, tetapi cukup untuk menimbulkan ribuan tafsir bagi siapa pun yang melihatnya.Ucapan Alvin sebelumnya bergema di dalam kepalanya, memunculkan ketakutannya. Namun, di sisi lain, Sherin merasa tatapan dingin pria itu sangat

  • Pesona Berbahaya Suami Dadakanku   Bab 29

    Sherin mendorong troli minuman keluar dari ruang ganti, melangkah pelan menyusuri koridor. Setiap langkah terasa berat—bukan hanya karena pakaian yang membuatnya tidak nyaman, tetapi juga nyeri yang masih menusuk di kaki kanannya.Ia berhenti sejenak di depan pintu besar yang memisahkan area internal karyawan dengan ruang hiburan utama kelab. “Hei, Kucing Seksi,” goda penjaga yang berdiri di dekat pintu tersebut sembari bersiul. Namun, Sherin tidak menggubrisnya.“Pulang kerja nanti ikut denganku, bagaimana?” Pria berotot kekar tinggi itu masih mencoba merayunya.Sherin hanya melototinya dari balik topengnya dan segera mendorong pintu di depannya dengan punggungnya.Begitu pintu terbuka, dunia di hadapannya seakan berubah seratus delapan puluh derajat. Cahaya lampu berwarna-warni menari liar di langit-langit, musik berdentum keras hingga terasa mengguncang dadanya, dan riuh tawa para tamu langsung menyergap telinganya.Jantung Sherin berdegup kencang, telinganya berdengung karena kebi

  • Pesona Berbahaya Suami Dadakanku   Bab 28

    “Apa kamu belum selesai? Lama sekali!”Ketukan keras menggema dari balik pintu ruang ganti, disusul suara bentakan bernada kesal.Sherin hanya bisa menghela napas panjang, mengabaikan kemarahan Clara─hostess senior yang akan ia gantikan malam ini. Saat ini perhatiannya tersita sepenuhnya pada penampilannya sendiri.Keningnya mengernyit. Matanya menelusuri pantulan dirinya di depan cermin. Ia hampir tak percaya, gadis seksi di hadapannya ini adalah dirinya.Balutan kostum kucing serba hitam yang menempel ketat di tubuhnya, stoking jaring yang menutupi kaki jenjangnya, ekor panjang buatan yang menjuntai di belakang, serta telinga kucing yang bertengger manis di atas kepalanya membuatnya merasa ... tidak mengenal dirinya sendiri.Sherin meremas ujung rok mini ketat yang menempel di pinggangnya, berusaha menutupi rasa canggung yang kian menyesakkan. Napasnya terasa berat, seakan ruangan sempit itu menutup seluruh jalan keluar untuk bernapas.Gadis itu meneguk salivanya dengan bersusah paya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status