Semakin hari Ethan merasa istrinya semakin terlihat aneh dan berbeda, seolah istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Entah ini hanya pemikiran dan dugaannya saja atau memang ada yang disembunyikan oleh Nada darinya? Yang pasti, Ethan merasa kebiasaan istrinya sedikit berbeda dari biasanya."Sayang," panggil Ethan.Sembari menyebut nama Nada, Ethan meraba-raba tempat tidur di sampingnya di mana Nada tidur bersamanya. Tidak ada. Tempat tidur di sampingnya kembali kosong ketika matanya terbuka di pagi hari. Hal seperti ini sudah terjadi beberapa kali dalam beberapa hari ini.Ethan mengarahkan pandangnya pada pintu kamar mandi dan memasang telinga. Sama seperti pagi biasanya, suara gemericik air terdengar cukup berisik. Bisa dipastikan beberapa saat lagi Nada pasti akan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Nada sembari mengusap wajah menggunakan handuk kecil.Seperti perkiraan Ethan, dalam hitungan menit pintu kamar mandi
"Apa aku sekejam itu?" Tiba-tiba Ethan mendorong pintu dan berjalan mendekati mereka.Tatapan dan wajahnya dingin penuh rasa kecewa atas perkataan Nada yang dia dengar dari balik pintu. Bahkan langkahnya tegas seperti langkah dewa perang siap menebas musuh yang menghadang, meski sebenarnya Ethan berjalan normal. Bahkan terbilang lebih lambat dari biasanya."Ethan?" Mata Nada membulat sempurna.Nada dan Serly terkejut setengah mati melihat kedatangan Ethan. Namun, rasa terkejut Serly tidak sebanding dengan rasa terkejut yang dialami Nada. Bukan hanya kedatangan Ethan saja yang membuatnya hampir shock, tapi juga kata-kata yang diucapkan suaminya, serta cara Ethan melihatnya membuat hati Nada bergetar. Namun, seluruh tubuhnya dingin dan membeku.Bahkan, angin yang terbentur oleh tubuh Ethan terasa mencekam baginya. Hingga saat Ethan menghentikan langkah dan berdiri tegak di hadapan dengan sorot mata lekat nan tajam yang sulit diartikan sebagai tatapan cinta, Nada masih membeku membalas
Tujuh bulan lewat usia kehamilan Nada."Ethan, kenapa jalannya lambat banget?" Sejak berangkat dari rumah sakit tiga puluh menit lalu, Nada merasa jarak yang mereka tempuh masih sangat dekat. Bahkan sebagian besar kendaraan dan bisa dikatakan semua kendaraan yang tadinya melaju di belakang mereka telah mendahului. Mungkin juga mereka telah sampai di tempat tujuan dan sudah melakukan pekerjaan.Ethan tersenyum menanggapi protes istrinya sembari memberi lirikan teduh."Ethan, cepatlah sedikit! Mau sampai kantor jam berapa kalau kamu bawa mobilnya kayak siput begini?" Nada mulai sedikit kesal."Sayang, aku sedang membawa wanita hamil. Mana boleh melajukan kendaraan cepat-cepat? Itu sangat berbahaya," ucap Ethan sembari condong ke arah Nada. "Kamu ingat kata dokter tadi? Kehamilanmu mulai besar, kamu harus hati-hati dalam bergerak. Tidak boleh melakukan gerakan secara berlebihan," sambungnya. Ethan mengingatkan Nada pesan dokter pada mereka.Siang ini mereka bar
"Aku-"Anak itu kembali ketakutan setelah melihat Ethan sejenak. Perlahan kakinya melangkah mundur menjauhi Ethan dan kembali wajahnya tertunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas di depan perut."Huh ... aku pikir pria kecil ini pemberani dan bertanggung jawab. Ternyata nyalinya ciut juga," ucap Ethan dengan tawa kecil meledek, tapi sesungguhnya bercanda menggoda.Dia memang sempat marah karena anak itu hampir membahayakan istri dan anak dalam kandungan Nada. Hanya saja setelah melihat Nada memperlakukan dengan manis dan lembut, bahkan memaafkannya dengan mudah, kemarahan itu berangsur surut dan menghilang. Terlebih saat melihat wajah manis dan kata maaf yang diucapkan.Ethan merasa meski umur anak itu masih kanak-kanak, tapi dia telah belajar bertanggung jawab. Dengan kembali mendekati Nada dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf, menunjukkan etika yang baik. Dia terharu oleh sikap berani anak kecil itu.Mendengar tawa kecil Ethan, perlahan anak itu mem
Malam ini udara malam cukup dingin. Angin yang berhembus terdengar berbisik di antara kisi-kisi jendela kamar, dua orang yang sedang mencari kehangatan diri. Hanya kehangatan yang semakin naik yang dinikmati oleh sepasang manusia itu. Suara desahan bergantian dengan erangan, menyusup ke luar, menyatu bersama angin malam. Mengalun berirama membentuk nada cinta bagi yang memadu, tetapi tidak untuk yang tersakiti oleh mereka. Danica mengerang di bawah kungkungan Xavier. Pria berbobot lebih berat darinya itu memberi sentuhan tanpa henti yang membuat Danica merasa lemas, tetapi sepertinya Xavier malah menikmatinya karena deru napas Xavier terdengar sangat keras. "Ah ... Xavier, sshh ... ke-kenapa kau ... tidak putus saja ... dengan Nada?"Danica bertanya terengah-engah karena desakan Xavier tidak berhenti dan mengamati gerakannya. Saat melihat pertanyaan Danica, Xavier justru mendorong aksinya, menyelesaikan keinginan yang tengah bergejolak dan membuncah agar segera memintanya. Keduany
Hari ini adalah upacara pernikahan Nada. Sejak pagi buta, Nada sudah dirias dengan sangat cantik. Dolly membelikannya gaun putih toska dengan sangat indah. Tidak biasanya sang mama berbaik hati kepadanya, mungkin karena saat ini dia pertimbangkan Danica untuk bersanding dengan Ethan Andrew. Seorang lelaki dari keluarga Andrew yang di jodohkan dengan Danica dari keluarga Vincent. Ethan Andrew kabarnya adalah seorang lelaki pemalas dan menjalani hidupnya dengan sangat sederhana, hanya berfoya-foya dengan kaum rendahan. Tentu saja Danica langsung menolaknya ketika mengetahui calon suaminya adalah seorang lelaki yang dia anggap tidak kompeten sehingga dia bisa mengambil keputusan dari Xavier, pacar Nada, guna menggagalkan pernikahan tersebut.Jika bukan karena biaya pengobatan Bibi Bethany yang semakin mahal, Nada mungkin juga menolak kehadiran Ethan. Demi sang pengasuh yang dia anggap sebagai ibunya, Nada relakan Danica untuk menjadi mempelai wanita Ethan. Waktu upacara sudah terlambat
"Bros di badanmu, bukankah harganya sangat mahal?" lirih Nada menunjuk bros itu dengan perasaan heran.Setahu Nada, Ethan bukanlah orang yang mampu membeli benda mahal, tetapi melihat benda itu ada pada Ethan membuat Nada menjadi ragu dan penasaran, apakah Ethan benar-benar orang miskin?"Apa kamu membelinya?" tanya Nada lagi untuk memastikan.Ethan ikut melirik bros yang menempel dengan apik di jasnya. "Tidak, aku dipinjami oleh seorang teman. Apa ini cocok denganku?" bisik Ethan memajukan kepala.Nada spontan menjauhkan tubuh dari Ethan saat merasakan keintiman dari perbuatan lelaki itu. Ethan dengar bahwa putri sulung keluarga Vincent adalah seorang wanita yang tidak bermoral, tidak menyangka bahwa Nada akan menjadi pemalu. Lucu juga, Ethan semakin tertarik."Apa kamu malu denganku?" Ethan kembali berbisik hingga membuat Nada salah tingkah."T-tidak," balas Nada gugup kembali menegakkan kepala, lurus."Benarkah?" Ethan dengan sengaja menggoda Nada yang tampak semakin salah tingkah.
Nada menelan berat salivanya sendiri sambil sekali lagi melirik Ethan yang memakai wewangian di depan kaca rias kamar itu. Bagian atasnya yang bertelanjang membuat Nada jadi salah tingkah dan bingung bagaimana berbuat.“Nada?” panggil Ethan heran dengan pandangan Nada dan menyudahi pemakaian colognenya di dekat leher.“Ehem! Tidak,” geleng Nada menolehkan pandangan ke arah lain dan berpura-pura bersikap tenang. Meskipun begitu, tingkahnya yang gugup tentu saja disadari oleh Ethan sehingga pria itu tersenyum kecil.Nada pun mencari-cari pembahasan apa yang sebelumnya sempat dipikirkannya, namun terhenti dan buyar karena melihat tubuh seksi Ethan. Nah, sekarang dia ingat harus membahas apa dengan pria itu.“Ethan,” panggil Nada. Dia membiarkan Ethan mendekatinya di ranjang. Namun, dia bingung bagaimana memulai percakapan di antara mereka.“Hemmm.” Ethan duduk di ranjang dengan menyisakan sedikit jarak di antara mereka.“Em … ini soal pernikahan itu,” sahut Nada sambil mengulumkan bibirn