Home / Romansa / Pesona Gelap Tuan Mafia / Ch—3 Siapa Dalangnya?

Share

Ch—3 Siapa Dalangnya?

Author: My_passion94
last update Last Updated: 2025-05-23 21:26:46

Niccolo meletakkan senapan di atas wastafel. Lalu mengangkat Siena ke dalam pelukannya. Sedang dari arah pintu, muncul dua orang yang memakai setelan hitam.

“Urus tikus itu,” perintah Niccolo pada Pietro saat berjalan melewatinya.

Pietro memberikan instruksi pada Cosimo, lalu mengambil senapan milik Niccolo. Ia menyusul Niccolo meninggalkan toilet yang kini dipenuhi oleh aroma anyir.

Pietro mengikuti Niccolo dari belakang. Tak ada percakapan di antara mereka. Pietro yang masih terkejut dengan keputusan tuannya, sedangkan Niccolo berperang dengan pikirannya.

“Cari tahu alasan dibalik kejadian ini,” perintah Niccolo.

“Iya,” jawab Pietro lalu memasukkan senapan itu ke dalam balik jasnya ketika dirasa sudah tidak panas.

Tak berselang lama, mereka sudah kembali berada di dalam kabin jet pribadi. Niccolo membaringkan Siena di atas kursi kulit krem yang berkualitas tinggi. Lalu memasangkan sabuk pengaman.

“Kau akan membawanya bersama kita?” Bosco bertanya saat melirik ke belakang, tepat ke arah tempat duduk Siena.

Niccolo tidak langsung menjawab. Ia menghampiri kursi yang kosong di depan Bosco. Sehingga arah matanya tertuju ke tempat duduk Siena.

Bosco Rossi, seorang pria paruh baya berbadan gempal yang sudah seperti orangtua untuk Niccolo. Ia bergabung dengan keluarga I Lupi Del Sud sejak kedua orangtua Niccolo masih hidup. Kini ia menjabat sebagai Consigliere.

“Percuma saja aku mengotori tanganku jika tetap meninggalkannya di sana,” jawab Niccolo.

“Lalu kenapa kau menolongnya?” Bosco masih bertanya, seolah tak paham dengan jalan pikiran sang Don.

Kini Niccolo diam cukup lama. Wajahnya tampak seolah merenungi perbuatannya. Awalnya ia memang tak tertarik untuk menolongnya. Sampai akhirnya ia merasa ada sesuatu yang menarik hatinya seperti magnet. Ia bahkan melakukannya tanpa kendali penuh dari pikirannya.

Sorot matanya yang tajam masih terpaku pada wajah Siena yang tampak menenangkan. Ia tak tahu kesalahan apa yang pernah dilakukan wanita itu hingga membuatnya diburu oleh dua anjing pemburu sekaligus, Cosimo dan lainnya.

Untung saja saat Niccolo baru memasuki bandara, ia bertemu Cosimo. Sehingga dirinya langsung memberikan perintah pada salah satu anak buahnya itu untuk menghentikan misinya tersebut. Sampai akhirnya, Cosimo mengatakan kalau ada pembunuh bayaran lainnya yang mengincar Siena.

Niccolo memang memiliki beberapa anak buah yang menjadi pembunuh bayaran. Mereka bekerja di bawah perintah majikan yang berani membayar dengan harga tinggi. Lalu bagaimana dengan bayarannya? Tentu akan masuk ke dalam lingkup keuangan milik keluarga I Lupi Del Sud.

“Kau hanya perlu membantuku menjaganya,” jawab Niccolo dengan suara pelan.

Bosco masih ingin bertanya, tapi ia menahan niatnya tersebut. Sehingga hanya desahan napas kasar yang terdengar dari arahnya.

Sedangkan Niccolo mengernyit saat menyadari ucapannya. Sejak kapan ia ingin menjaga seseorang bahkan wanita asing? Padahal ia tahu, sisi manusiawi sudah menghilang dari dalam dirinya.

Perlahan jet pribadi itu pun lepas landas. Memberi alarm untuk Niccolo bersantai. Ia menekan tombol untuk memiringkan sandaran. Lalu memejamkan mata untuk menenangkan pikirannya agar kembali normal.

***

Satu jam berlalu. Terdengar suara beberapa pria yang mengobrol. Siena membuka matanya perlahan. Seketika, wajahnya tampak kebingungan saat memperhatikan sekeliling.

Ia bermimpi ada di kabin first class seat? Siena mulai mengucek matanya. Berusaha untuk menyadarkannya dari mimpi.

Namun suara langkah kaki yang mendekat membuat Siena langsung tersadar sepenuhnya. Mata Siena tertuju pada satu wajah yang membawanya pada ingatan sebelumnya.

“Kau?!” Suara Siena yang cukup keras membuat Bosco dan lainnya terdiam lalu menoleh ke arahnya.

Siena membalas tatapan Bosco dan kembali ke arah Niccolo. Matanya memperhatikan dengan seksama saat Niccolo duduk di kursi yang berada tepat di hadapannya.

“Kenapa aku bisa ada di sini? Aku masih sangat ingat, aku tidak membeli tiket untuk first class,” tanya Siena, suaranya penuh tuntutan akan sebuah jawaban.

“Di sini tidak ada tempat duduk lain selain first class,” jawab Niccolo. Lalu bersandar.

Mata Siena masih mengamati kondisi sekeliling. Niccolo mengangkat satu tangan membuat seorang pramugari seksi itu menghampirinya.

“Bawakan dua gelas minuman,” perintah Niccolo.

“Ini bukan di pesawat Italia Airlines?” tanya Siena menyadari seragam yang dikenakan sang pramugari terlihat… seksi.

“Kau tahu, Siena. Ada dua hal yang bisa terjadi saat naik di dalam jet pribadi milikku. Dia akan mendarat dengan selamat, atau… tidak akan mendarat selamanya.”

Siena menyipitkan matanya. “Kau tahu namaku, dan aku tidak berada di tempat yang seharusnya. Siapa kau sebenarnya?”

“Bukan hanya namamu. Aku juga tahu… apa yang sebenarnya terjadi padamu,” jawab Niccolo.

“Itu semua karenamu?” tuduh Siena.

Niccolo menerima uluran gelas dari pramugari, begitupun dengan Siena. Tapi ia tidak langsung meminumnya dan membiarkan pria itu minum lebih dulu.

“Jika aku ingin menghabisimu, sudah kulakukan sejak aku menembak orang itu,” jawab Niccolo sembari menggoyang-goyangkan gelas miliknya.

Siena mengalihkan tatapannya. Ia berpikir sejenak. Kejadian yang terasa tiba-tiba itu membuatnya sulit menerka.

“Dimana orangtuaku? Mereka pasti sedang mencariku.”

Siena tampak cemas hingga tanpa sadar menjatuhkan gelas minuman yang belum sempat membasahi kerongkongannya tersebut.

“Ouch!” Siena reflek mengangkat kaki lalu mengibas celananya yang basah.

Niccolo menarik napas panjang. “Sepertinya itu sudah menjadi kebiasaanmu.”

Wanita itu tidak menjawab sindirannya. Ia membungkuk meraih gelas lalu meletakkannya di atas meja lipat.

“Kita akan mendarat dimana?” tanya Siena. Wajahnya berubah cemas saat memikirkan kondisi orang tuanya.

“Kita akan mendarat di Barcelona.”

“Baiklah, tidak masalah. Setelah itu kau bisa mengantarku ke Monaco,” timpal Siena masih berusaha untuk memenangkan diri.

Niccolo hanya diam seolah enggan memberikan jawaban. Sedangkan Siena tampak berusaha membuat dirinya nyaman hingga jet pribadi itu tiba di Barcelona.

“Kalau bukan perbuatanmu, lalu… siapa yang melakukannya?”

Niccolo memberikan gelas yang baru pada Siena saat pramugari itu kembali melintas. Sedangkan mata Siena diam-diam mencuri pandang, mencari arah tatapan Niccolo pada pramugari seksi di hadapan mereka.

“Banyak orang jahat di Italia. Itu hanya ulah orang iseng yang ingin membunuh seseorang. Kebetulan kau adalah orang yang tepat untuk dijadikan mangsa,” jawab Niccolo. Sebisa mungkin ia menyembunyikan kebohongannya.

“Lalu, kenapa kau tiba-tiba ada di sana dan menolongku? Sangat aneh kalau itu juga sebuah kebetulan.”

Niccolo menarik napas dalam-dalam. “Aku melihatnya mengikutimu. Apa kau masih berpikir kalau itu sebuah keanehan?”

Siena berdehem. Ia memalingkan mukanya. Tidak ada yang aneh dengan jawabannya. Kecuali jika memang Niccolo sedang tidak berada di bandara saat itu. Keberadaan mereka saat ini membuatnya sedikit percaya kalau Niccolo memang berniat membantunya.

***

Sepasang suami istri yang berusia lanjut itu tampak gusar. Sang suami berusaha menghubungi putra mereka tetapi tidak pernah tersambung.

“Bagaimana, Jean? Apa Maxime mengangkat teleponnya?”

Jean menggeleng, “Tidak.”

“Lalu apa yang harus kita lakukan? Siena belum datang. Bagaimana kalau dia menghilang?” tanya Lucile.

“Kita harus kembali. Kita katakan pada Maxime kalau Siena menghilang.”

Lucile mengangguk dengan wajah yang gugup. Ia terus saja meremas jari-jari tangannya. Sedangkan Jean memperhatikan sekeliling untuk mencari keberadaan Siena.

“Ayo,” ajak Jean, pasrah.

Mereka bergandengan tangan meninggalkan bandara untuk kembali ke tempat tinggal Maxime dan Laura.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-19 Tak Ada Cinta, Hanya Harga

    Siena mengikuti langkah Niccolò. Mereka memasuki pesawat. Seketika nuansa putih yang menguasai kabin terlihat mencolok di mata Siena, sangat kontras dengan warna pesawat yang gelap. Mereka mulai memilih tempat duduk. Niccolò duduk di salah satu kursi, begitupun dengan Pietro dan yang lain. Namun Siena masih berjalan, lebih dalam memasuki kabin hingga menemukan tempat yang membuatnya merasa nyaman. Siena duduk di kursi panjang. Setelah mendengar suara instruksi kalau pesawat take off, ia mengubah posisinya. Dirinya berbaring karena ingin melanjutkan tidur. Sedangkan dari arah lain, Niccolò tampak menyadari itu. Ia pun bangkit dari tempatnya. Langkahnya menghampiri Siena. “Kalau kau ingin tidur, masuklah ke dalam kamar. Jangan di sini,” ucapnya sambil melirik ke arah anak buahnya sekilas. Siena membuka matanya. Ia duduk dengan lesu sambil menguap. “Di sini juga tidak masalah,” ujarnya lalu menyandarkan kepala. Niccolò menghela napas berat. Ia meraih tangan Siena lalu menariknya t

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-18 Rasa Yang Mulai Berkembang

    Niccolò terbangun saat mendengar ponsel di atas nakas berdengung. Ia meraih benda itu, menengok jam yang tertera di layar. Waktu menunjukkan pukul enam pagi. Ternyata dirinya hanya tidur selama dua jam. Pandangan Niccolò teralihkan. Sorot matanya tertuju ke arah wanita yang tertidur di sampingnya. Napas masih tenang, menandakan jika tidurnya sangat lelap. Kemarin malam usai perbincangan panjang mereka, Niccolò memang membiarkan Siena tidur di kamarnya. Hanya tidur. Tak ada pelukan, ciuman maupun hal-hal yang lebih jauh. Ia hanya membiarkan Siena tertidur dengan tenang. Kaki Niccolò menapak di atas lantai. Ia bangkit dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi. Sekedar mencuci wajah untuk menyadarkannya dari rasa kantuk yang masih melekat. Perhatian Niccolò teralihkan saat mendengar suara ketukan dari arah pintu kamar. Ia pun menghampiri suara tersebut. Lalu membuka pintunya. “Semuanya sudah siap, Don. Pietro juga sudah menyusul di depan.” “Ya.” Niccolò menjawabnya dengan singka

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-17 Janji Seorang Penjahat

    Malam itu dingin. Tapi bukan karena suhu udara, melainkan sesuatu dalam diri Siena yang membeku. Siena terbangun dengan napas memburu. Keringat dingin membasahi pelipis, dan suara pria asing seolah masih memenuhi pendengarannya. Dalam mimpinya, ia berada di sebuah ruangan kayu tua yang terkunci rapat, tanpa celah. Lalu dari luar, ia mendengar suara beberapa orang berbicara. Ia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, tapi mengerti maksud dari percakapan mereka. Penculikan, penjualan orang, pengiriman barang dan yang paling mengerikan adalah pengambilan organ dalam dengan kondisi korban masih hidup. Mimpinya mengulang kenangan masa lalu yang pernah ia alami. Pandangan Siena menatap sekeliling. Seharusnya ia merasa lega karena itu hanya mimpi, dan dirinya sudah kembali ke rumah. Seharusnya ia merasa aman ada di sini. Tapi, kenapa rasa takut masih membungkus hati dan pikirannya rapat-rapat? Siena bangkit dari tempat tidur. Langkahnya cepat, menuju pintu kamar. Saat ia menuruni ana

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-16 Diantara Dada Yang Bergejolak

    Di tengah-tengah emosi yang berkecamuk di dalam diri Siena, ponsel di dalam tasnya berbunyi. Suaranya nyaring, memecah keheningan yang sempat membalut mereka. Siena tertegun sedang Niccolò hanya melirik ke arah tas yang ada di atas pangkuan. Sebelah tangan Siena merogoh ke dalam, mengeluarkan benda pipih yang masih berdering. Matanya tertegun saat menatap nama Maxime tertera di layar yang menyala. “Maxime…” gumamnya penuh ketakutan, lalu menoleh ke arah Niccolò. “Dia menelpon. Apa yang harus aku lakukan? Sebelumnya dia menyuruhku untuk menemuinya. Mungkin… dia masih menungguku.” “Angkat saja teleponnya. Katakan padanya kalau kau tidak bisa menemuinya sekarang. Dan suruh dia untuk datang ke restoran La Cripta Bianca di Palermo.” “Apa?!” Siena terkejut. “Bukankah kau melarangku untuk menemui mereka? Kenapa berubah pikiran?” “Kita akan menemuinya bersama-sama, kau tidak perlu khawatir.” “Tapi…” Siena menggigit bibirnya. Ia merasa frustasi. Rasa takutnya tidak hilang begitu saj

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-15 Rasa Yang Berbeda

    Suara ketukan pintu mengalihkan lamunan Niccolò. Langkahnya tertuju ke arah pintu, lalu membukanya. Ia melihat bayangan wanita yang membuat pikirannya berantakan. Hening. Keduanya saling menatap intens. Seolah menyimpan sesuatu yang mengganggu benak masing-masing. Siena tampak mematung kaku. Untuk pertama kalinya, pria itu berhasil menghancurkan irama jantungnya. Kaos hitam yang pas di badan. Dan celana panjang berwarna senada. Rambutnya masih acak-acakan dan basah, sebuah tanda kalau pria itu baru saja mandi. Tidak ada sapaan lembut atau senyuman ramah di antara mereka. Niccolò membuka penuh pintunya dan memberikan jalan, seolah membiarkannya masuk. Sedangkan Siena langsung menundukkan kepala, tak berani menatap wajah yang sekarang memberikan rasa berbeda. Mereka duduk di sofa berseberangan. Niccolò mulai menuangkan Red Wine ke dalam gelas kristal yang kosong. Lalu mendorongnya ke arah Siena. “Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Niccolò sambil menggenggam gelas miliknya. Sorot

  • Pesona Gelap Tuan Mafia   Ch-14 Hujan Yang Tak Pernah Usai

    Seorang pria sedang duduk diam di dalam mobil yang melaju pelan di jalan batu. Matanya tak lepas dari pemandangan malam kota Roma. Suasana kota yang ramai dan penuh, tidak mampu mengisi kekosongan di dadanya. Ia pulang dibalut rasa kecewa. Ia pulang tanpa pamit. Sepertinya ini adalah akhir pertemuannya dengan Siena. Ia harus menelan kekecewaan itu untuk kedua kalinya. Mobil itu berhenti di sebuah hotel di tengah kota. Niccolò sengaja menginap satu malam untuk menunggu hasil rekam medis Siena di masa lalu. Setelah menyelesaikan tugas terakhirnya untuk Siena mendapatkan warisan, ia akan kembali ke Palermo. Sendirian tanpa Siena. Selang beberapa saat, akhirnya Niccolò sudah berada di dalam kamar hotel. Seiring langkahnya, ia melepaskan jas lalu melemparnya ke arah sofa. Jari tangannya mulai membuka kancing kemeja hitam itu lalu melepaskannya. Dalam sekejap, terlihat tubuh atletis yang mampu menghipnotis setiap wanita. Sebuah tato salib kayu tua yang dibalut ular memenuhi punggungnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status