Share

Bab 27

Penulis: Tama Fernandez
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-11 12:43:58

Kring! Kring! Kring!

Bel pergantian jam berbunyi memecah konsentrasi Gilbert yang sedang melamun di kelas. Ia berkemas dengan gerakan lambat pikiran masih tertinggal pada pesan Sheilla tadi malam yang berbunyi: "Aku merasa ada yang aneh dengan Seta. Dia sering menatapku dengan tatapan menyelidik."

Tap tap tap...

Langkah kaki mendekat dari belakang. Tangan merangkul pundak Gilbert dengan akrab.

"Bro, lo oke?" tanya Seta sambil berjalan beriringan menuju parkiran.

Gilbert tersentak kecil tidak mengharapkan Seta tiba-tiba muncul.

"Oke kok. Kenapa?"

Seta menatap Gilbert dengan tatapan yang sulit dibaca ada sesuatu di balik mata itu yang membuat Gilbert tidak nyaman.

"Gue yang harusnya nanya itu. Lo akhir-akhir ini aneh banget. Sering bengong. Sering nggak fokus. Kayak ada yang disembunyiin."

Gilbert tertawa canggung sambil mengalihkan pandangan.

"Nggak ada apa-apa kok. Cuma cape aja. Tugas akhir mulai padat."

Seta mengangguk pelan tapi ekspresinya tetap tidak percaya sepenuhnya.

"Kalau ad
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pesona Ibu Tiri Temanku   Bab 42

    Brak! Brak! Brak!Pintu kamar Gilbert digedor keras dari luar. Gilbert yang sedang berbaring sambil menatap langit-langit langsung terlonjak kaget. Ia melirik jam dinding—pukul sembilan malam."Gilbert! Buka pintunya! Sekarang!"Suara David terdengar keras dan serius—nada yang belum pernah Gilbert dengar sebelumnya dari sahabatnya itu.Gilbert bangkit dengan langkah gontai dan membuka pintu.Cklek! Brak!David langsung masuk tanpa permisi—wajahnya merah, rahang mengeras, mata menatap tajam."Kita harus ngomong," ucap David sambil menutup pintu di belakangnya dengan keras.Gilbert berdiri canggung di tengah kamar."Ada apa, Vid? Kenapa kamu marah—"David memotong dengan suara keras."Kamu ada hubungan dengan wanita yang sudah menikah!"Kalimat itu seperti petir di siang bolong. Gilbert merasakan darahnya mengalir dingin. Wajahnya pucat seketika."Apa? Nggak—"David melangkah maju—menunjuk Gilbert dengan jari yang gemetar karena amarah."JANGAN BOHONG! Aku sudah mengamati kamu berbulan-

  • Pesona Ibu Tiri Temanku   Bab 41

    Ia menemukan Gilbert berdiri di pojok koridor—sendirian, menatap layar ponsel dengan ekspresi yang sulit dibaca. Wajahnya murung, bahu sedikit membungkuk, aura di sekelilingnya gelap.David mendekat dengan langkah pelan.Tap tap tap..."Gil, yuk makan siang. Gue laper banget," ajak David sambil menepuk pundak Gilbert.Gilbert tersentak kecil—seperti orang yang tiba-tiba terbangun dari lamunan."Eh... maaf, Vid. Gue ada tugas yang harus dikerjain di perpus. Lain kali aja ya."David mengerutkan dahi."Lo udah seminggu ini terus nolak ajakan gue. Ada apa sih?"Gilbert menggeleng cepat sambil memaksakan senyum."Nggak ada apa-apa kok. Gue cuma lagi banyak kerjaan."David tidak percaya tapi tidak memaksa."Oke deh. Tapi kalau lo butuh temen ngobrol, gue ada ya."Gilbert mengangguk sebelum berbalik dan berjalan menuju perpustakaan.David berdiri sendirian di koridor—menatap punggung Gilbert yang menjauh dengan tatapan penuh tanya."Ada yang nggak beres," gumamnya pelan.***Kantin kampus, s

  • Pesona Ibu Tiri Temanku   Bab 40

    Hari terakhir di Bali. Seharusnya hari yang menyenangkan. Tapi semua orang berpura-pura.Berpura-pura tidak ada yang terjadi. Berpura-pura semuanya baik-baik saja. Berpura-pura mereka adalah keluarga bahagia yang sedang liburan.***Bandara Ngurah Rai. Gate keberangkatan penuh dengan turis yang pulang dari liburan. Pak Arman, Sheilla, Seta, dan Gilbert duduk di ruang tunggu sambil menunggu boarding call.Pak Arman membaca koran bisnis dengan tenang. Sheilla scrolling ponsel dengan wajah kosong. Seta main game. Gilbert menatap keluar jendela besar yang menampilkan pesawat-pesawat yang parkir di apron."Boarding untuk penerbangan GA-428 tujuan Jakarta via Bandung..."Announcer memanggil penerbangan mereka. Mereka berdiri dan berjalan menuju gate.Di pesawat, seating arrangement sama seperti waktu datang—Pak Arman dan Sheilla di row depan, Seta dan Gilbert di belakang.Pesawat lepas landas dengan mulus. Suara mesin jet mengaum keras.Ngiiiiiiing! Vrooooom!Gilbert menatap keluar jendela—

  • Pesona Ibu Tiri Temanku   Bab 39

    Deg! Deg! Deg!Jantung Gilbert berdegup sangat keras sampai ia bisa mendengarnya di telinga. Darahnya seolah membeku melihat siluet Seta yang berdiri di balkon lantai tiga—menatap ke arahnya.Berapa lama Seta di sana? Apa yang ia lihat?Seta dan Gilbert saling menatap dari jarak puluhan meter—tidak ada yang bergerak, seperti waktu berhenti.Sampai akhirnya Seta berbalik dan masuk kembali ke kamar.Brak!Pintu balkon tertutup.Gilbert langsung berlari—sprint dengan kecepatan penuh melintasi pantai menuju hotel.Tap tap tap tap tap!Kakinya bertelanjang di pasir, lalu di tangga batu, lalu di karpet lobby hotel yang sepi.Ia naik tangga darurat—tidak mau menunggu lift yang terlalu lambat.Tap tap tap tap!Nafasnya tersengal. Keringat dingin mengalir di pelipis. Pikiran kacau."Shit shit shit..." gumamnya sambil terus berlari naik tangga.Sampai di lantai tiga, ia keluar dari pintu darurat dan berlari ke kamarnya.Cklek!Key card ditempelkan dengan tangan gemetar. Lampu hijau menyala.Kri

  • Pesona Ibu Tiri Temanku   Bab 38

    Gilbert bangkit perlahan dari tempat tidur dengan gerakan hati-hati agar tidak membangunkan Seta.Tap... tap... tap...Langkahnya pelan melewati karpet tebal. Ia meraih kaus dan celana pendek, mengenakannya dalam gelap, lalu keluar dari kamar dengan sangat hati-hati.Cklek... kriiiit...Pintu tertutup perlahan tanpa suara.***Pantai hotel sepi di tengah malam. Hanya lampu-lampu taman yang menyala redup di sepanjang jalan setapak menuju pantai. Suara ombak terdengar lebih jelas tanpa gangguan suara lain.Byuuuur... crasssh... byuuuur...Gilbert berjalan ke pantai dengan kaki telanjang. Pasir putih terasa dingin dan lembut di bawah telapak kakinya.Ia duduk di pasir—cukup jauh dari air tapi masih bisa merasakan semburan angin laut yang asin. Menatap ombak yang bergulung di bawah cahaya bulan sabit.Langit penuh bintang. Indah. Tapi terasa begitu sepi.Tap tap tap...Suara langkah kaki di pasir dari belakang. Gilbert menoleh dengan refleks.Sesosok figur berjalan mendekat dengan langkah

  • Pesona Ibu Tiri Temanku   Bab 37

    Byuuuuur... crasssh...Ombak pantai Legian menghempas pasir putih dengan ritme yang menenangkan. Matahari pagi bersinar terik tapi tidak terlalu menyengat. Langit biru cerah tanpa awan. Pemandangan yang sempurna untuk liburan keluarga.Tapi bagi Gilbert, ini adalah neraka.Sheilla berjalan keluar dari kamar ganti pantai dengan bikini two-piece berwarna putih yang kontras dengan kulit sawonya yang eksotis. Tubuhnya langsing dan proporsional—hasil rajin yoga dan gym. Rambut panjangnya yang basah tergerai di punggung.Gilbert yang sedang duduk di sun lounger dengan Seta langsung mengalihkan pandangan ke laut—berpura-pura tidak melihat.Tapi sudah terlambat.Bayangan Sheilla dalam bikini itu sudah tercetak di otaknya. Dan ia tahu ia akan terus membayangkannya malam ini.Pak Arman berjalan di samping Sheilla dengan celana pantai dan kemeja Hawaii yang terbuka—memamerkan tubuh yang masih atletis untuk pria seusianya. Tangannya melingkar possessively di pinggang Sheilla."Sayang, kita foto d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status